Mohon tunggu...
Aziz Khairi
Aziz Khairi Mohon Tunggu... Guru - profesi saya sebagai guru pendidikan agama Islam di SMK Negeri 2 Surabaya

perkenalkan nama saya aziz khairi, saya tinggal di surabaya, disurabaya saya mengajar di sekolahan kejuruan tingkat menengah ( SMK ) yang mempunyai hobi membaca dan kuliner. itu aja yaaa deskripsi singkat perkenalannya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bergeliat Ketika Matahari Masih Tertidur dalam Selimutnya

1 November 2023   13:19 Diperbarui: 1 November 2023   13:24 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jualan cincau hijau/Dokpri

Matahari masih tertidur didalam selimutnya, saya sudah bergeliat didapur untuk menyiapkan produksi cincau hijau. 

Proses pembuatan cincau hijau berlangsung sampai 2 jam. Kemudian saya pergi kepasar untuk membeli kelapa parut dengan mengendarai motor bututku. 

Selama perjalanan ke pasar. Berlalu lalang orang bersamaan menuju pasar untuk menjajakan dagangannya. 

Setibanya saya di stand penjual kelapa, saya membeli parutan kelapa " Pak, kelapa 5 biji ya buat santan, ucapku kepada bapak penjual kelapa.? Ya pak. Siap pak. 

Waktu bapak penjual kelapa menggiling kelapa nya. Saya bertanya ke bapaknya., bapak siapa ya namanya, ucap saya. Kemudian bapak itu menjawab. Nama saya pak war, itu panggilan  para pedagang memanggil saya.

Biasanya perhari habis berapa kelapa ya pak war," Ucapa saya. Kemudian pak war itu menjawab. Ya sekitar 20 kg. 

Tak terasa sambil ngobrol, parutan kelapa sudah selesai, dengan biaya 32000. Terima ya pak. Doakan saya laris ya. 

Setelah saya dari pasar, saya langsung memeras parutan tadi menjadi santan. 5 kelapa saya peras menjadi 3 liter air. 

Setelah semua sudah siap semua perlengkapan cincaunya. Saya menyiapkan kerobak motor saya. Dan semua bahan cincau ( gula, santan dan cincau) saya masukan ke gerobak motor. 

Motor siap saya stater. Menuju ke sentra kuliner jambangan, tepatnya di pojok masjid al akbar surabaya. 

Perjalanan saya menyusuri jalan jalan menuju masjid al akbar. Masuk keluar gang, sekitar 10 km. 

Sesampainya di masjid al akbar saya mencari stand yang kosong. " Bu, apakah tempat ini kosong ya. Ucap saya? Gak pak. Silahkan aja menempati stand ini.. Jawab ibu ibu yang berada di samping stand yang kosong. Yang mau saya tempati itu. 

Setelah masuk stand. Saya membuka semua peralatan dan benner cincau hijauku. 

Sambil menyiapkan semua, dan beres. Saya menawarkan jualan saya. Sembari berterima  " Cincau hijau... Cincau hijau... Cincau hijau.. Dari gula asli 100%. 

Tiba tiba dari belakang saya ada suara seorang cewek cantik. Pak beli cincaynya 2 ya. Ucap cewek tadi." Ya mbak. Sambil saya menoleh ke belakang. Siap. Sambil saya menyiapkan dan membungkus cincau pesanannnya. Mbaknya tanya. Pak lek. Selain jualan di sini. Pak lek jualan dimana lagi ya.. Karena saya senang dengan cincau hijaunya. " Sambil menyiapkan bungkus plastik, "Saya jualan cincau ini hanya hari sabtu dan minggu aja mbak. Hari senin. Sampai jum'at saya gak jualan. " Jawab saya. Kemudian mbaknya tanya lagi, terus kerja apa pak lek. Saya semakin tersudut oleh pertanyaan mbaknya. Ini. Dengan berat hati saya mengatakan yang sebenarnya.. Senin. Sampai jum'at saya mengajar di salah satu SMK Negeri Surabaya. Mbak. Jawab saya. 

Setelah mengetahui bahwa saya adalah seorang guru., mbak pembeli itu tertunduk malu, dengan mengubah bahasanya. Yang semula bahasa Indonesia. Dengan bahasa jaw kromo inggil. 

Dan terakhir sambil mencium tanganku, semangat pak. Guru. Semoga Allah memberkahi dan laris manis jualannya. Aamiin

Setelah kepergian mbak mbak yang beli pertama itu. Alhamdulillah berdatangan pembeli pembeli yang lain. Sampai akhirnya habis sebelum waktunya. 

Terima kasih doanya ya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun