Perjalanan saya menyusuri jalan jalan menuju masjid al akbar. Masuk keluar gang, sekitar 10 km.Â
Sesampainya di masjid al akbar saya mencari stand yang kosong. " Bu, apakah tempat ini kosong ya. Ucap saya? Gak pak. Silahkan aja menempati stand ini.. Jawab ibu ibu yang berada di samping stand yang kosong. Yang mau saya tempati itu.Â
Setelah masuk stand. Saya membuka semua peralatan dan benner cincau hijauku.Â
Sambil menyiapkan semua, dan beres. Saya menawarkan jualan saya. Sembari berterima  " Cincau hijau... Cincau hijau... Cincau hijau.. Dari gula asli 100%.Â
Tiba tiba dari belakang saya ada suara seorang cewek cantik. Pak beli cincaynya 2 ya. Ucap cewek tadi." Ya mbak. Sambil saya menoleh ke belakang. Siap. Sambil saya menyiapkan dan membungkus cincau pesanannnya. Mbaknya tanya. Pak lek. Selain jualan di sini. Pak lek jualan dimana lagi ya.. Karena saya senang dengan cincau hijaunya. " Sambil menyiapkan bungkus plastik, "Saya jualan cincau ini hanya hari sabtu dan minggu aja mbak. Hari senin. Sampai jum'at saya gak jualan. " Jawab saya. Kemudian mbaknya tanya lagi, terus kerja apa pak lek. Saya semakin tersudut oleh pertanyaan mbaknya. Ini. Dengan berat hati saya mengatakan yang sebenarnya.. Senin. Sampai jum'at saya mengajar di salah satu SMK Negeri Surabaya. Mbak. Jawab saya.Â
Setelah mengetahui bahwa saya adalah seorang guru., mbak pembeli itu tertunduk malu, dengan mengubah bahasanya. Yang semula bahasa Indonesia. Dengan bahasa jaw kromo inggil.Â
Dan terakhir sambil mencium tanganku, semangat pak. Guru. Semoga Allah memberkahi dan laris manis jualannya. Aamiin
Setelah kepergian mbak mbak yang beli pertama itu. Alhamdulillah berdatangan pembeli pembeli yang lain. Sampai akhirnya habis sebelum waktunya.Â
Terima kasih doanya ya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H