Mohon tunggu...
Achmad Azizi Falaqi
Achmad Azizi Falaqi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Aku wibu dan aku bangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Politik dan Peradaban Modern: Renungan dari Emha Ainun Najib

21 Juni 2024   00:31 Diperbarui: 21 Juni 2024   00:31 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kelompok manusia yang tidak mengikuti konsep negara modern sering dianggap primitif. Namun, penolakan terhadap kudeta manusia modern atas kepemilikan Tuhan tidak jarang dicap sebagai makar. Kaum Muslimin yang tidak sependapat dengan konsep negara modern terjebak dalam pola pikir yang sama, menyusun barisan polisi dan tentara mereka sendiri atau merasa putus asa oleh tradisi kemalasan amaliah Islam yang sangat sempit ruang untuk menerjemahkan Islam dalam kehidupan nyata. Akibatnya, yang tersisa adalah hafalan Qur'an tanpa manifestasi peradaban yang nyata.

Negeri Madinah: Inspirasi Sejati

Cak Nun menawarkan konsep Negeri Madinah sebagai alternatif yang lebih sejati dari negara modern. Negeri Madinah, yang didirikan oleh Rasulullah Muhammad saw., bukanlah negara dalam pengertian modern, melainkan komunitas yang berlandaskan pada wibawa dan akhlak Rasulullah. Piagam Madinah, yang menjadi dasar komunitas tersebut, jarang dijadikan bahan utama diskusi sejarah oleh kaum Muslimin, padahal di dalamnya terkandung nilai-nilai yang bisa menjadi pedoman bagi peradaban yang lebih adil dan manusiawi.

Dia menyatakan bahwa pengkaplingan bumi menjadi negara-negara lahir dari ketidakpercayaan kolektif manusia terhadap sesamanya. Untuk merintis kembali hubungan saling percaya di antara manusia, diperlukan usaha yang panjang dan mungkin tak pernah tercapai sepenuhnya. Namun, usaha untuk menciptakan serpihan-serpihan Negeri Madinah melalui jalan politik dan kebudayaan yang tidak bisa disentuh oleh negara menjadi harapan Cak Nun.

Dengan menciptakan ruang-ruang kecil yang lebih luas dari titik-titik hujan deras negara, Cak Nun berharap bisa berlindung di bawah payung keyakinan kepada Tuhan yang tak terjangkau oleh pandangan manusia. Dia menekankan pentingnya memahami dan menjalankan hikmah dari ayat-ayat Allah yang tidak difirmankan atau firman-firman yang tidak diayatkan, karena Tuhan akan memperlihatkan tanda-tanda-Nya di seluruh wilayah bumi dan dalam diri manusia hingga jelas bahwa Al-Qur'an adalah kebenaran.

Relevansi dengan Masyarakat Indonesia Saat ini

            Pemikiran Cak Nun sangat relevan dengan kondisi masyarakat Indonesia saat ini. Dalam konteks politik nasional, tantangan untuk mewujudkan politik yang benar-benar memperjuangkan kepentingan rakyat masih sangat besar. Praktik korupsi yang melibatkan berbagai level pemerintahan dan sektor menjadi bukti nyata bahwa politik di Indonesia masih sering digunakan sebagai alat untuk memperkaya diri sendiri dan kelompok tertentu, bukan untuk kesejahteraan bersama.

Selain itu, tantangan global seperti perubahan iklim, ketidaksetaraan ekonomi, dan konflik internasional juga mempengaruhi Indonesia. Dalam menghadapi isu-isu ini, solidaritas dan kolaborasi internasional seperti yang disarankan oleh Cak Nun sangat diperlukan. Namun, pada saat yang sama, politik domestik harus berorientasi pada nilai-nilai kemanusiaan dan kearifan lokal untuk memastikan bahwa setiap kebijakan yang diambil dapat membawa manfaat nyata bagi masyarakat luas.         

Generasi muda Indonesia, yang semakin aktif dalam politik dan menggunakan media sosial sebagai platform untuk menyuarakan pendapat mereka, juga menunjukkan potensi besar untuk membawa perubahan positif. Mereka bisa menjadi agen perubahan yang menghidupkan kembali nilai-nilai moral dan spiritual dalam politik, seperti yang diimpikan oleh Cak Nun.

Kesimpulan

            Pemikiran Cak Nun tentang politik dan peradaban modern menawarkan refleksi mendalam bagi kita semua. Dalam menghadapi dinamika politik dan kemajuan peradaban, kita diingatkan untuk tidak melupakan nilai-nilai kemanusiaan yang mendasar. Politik harus menjadi alat untuk mencapai kesejahteraan bersama dan menghormati keberagaman, bukan sekadar perebutan kekuasaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun