Mohon tunggu...
Abdul Aziz
Abdul Aziz Mohon Tunggu... Konsultan - Memajukan Sepakbola Indonesia

Sepakbola adalah jalan hidup

Selanjutnya

Tutup

Bola

Maroko

12 Desember 2022   10:55 Diperbarui: 12 Desember 2022   11:58 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Marroko

Itulah kita penggemar sepakbola. Yang kita hargai hanya kemenangan. Bukan permainan. Kalau permainan menurut saya team Arab Saudi  lebih bagus. Tapi karena tidak lolos kita jadi lupa. 

Kita penggemar sepakbola sebenarnya dalam kondisi yang tidak bahagia. Karena  team kesayangan kita atau team yang sesuai dengan latar belakang sejarah dengan kita tidak ada di kancah sepakbola dunia. Yang kita saksikan tiap minggu sebetulnya bukan yang kita inginkan.

Timnas Inggeris,  Italia atau  Spanyol itu adalah kesebelasan yang  _secara bawah sadar_  berasal dari negara-negara yang mewakili masa lalu yang kelam. Atau yang dalam sejarahnya mereka negara kuat yang tidak bisa kita kalahkan. 

Beda dengan Marroko atau Saudi atau Jepang misalnya mereka datang dari negara sepakbola yang sebetulnya akrab dengan  kekalahan. 

Kita sebenarnya akrab dengan stigma  kekalahan. Baik sebagai bangsa, ras, agama ( _dari segi jumlah_) , teknologi dan juga sepakbola. Dalam diri kita ada rasa seperti itu. 

Ketika Marroko bisa mengalahkan negara-negara kuat seperti Spanyol dan Portugal rasanya kita terbebas dari belenggu itu. Apalagi Marroko juga berpenduduk Islam sama dengan  kita, kita  makin bangga. Ada rasa kebersamaan. Kita menjadi tenteram melihat pemain sepakbola sholat dan berdoa bersama.

Sepakbola tanpa kita sadari adalah media yang di dalamnya ada elemen identitas. Selama ini yang mendominasi ruang publik sepakbola kita adalah para pemenang yang bukan dari identitas kita. 

Identitas kita yang kita bawa dan banggakan ternyata tetap ada. Dan sebagaimana mereka kita coba hadirkan dalam sepakbola. 

Qatar sebagai tuan rumah mencoba menghadirkan itu di tengah budaya global yang materialistis. Penekanan pada agama Islam. Kemudian pada  _values_ nya seperti keramahan, keakraban dan sekaligus ketegasan membuat Piala Dunia 22 berbeda dari yang sebelumnya.

Apalagi Marroko _punya sejarah yang sama dengan Qatar_  bisa mengalahkan negara-negara kuat dan  maju sampai semifinal. 

Itu memberi euforia dasyat buat kita penggemar sepakbola dunia ketiga. Itu juga memberi dorongan yang kuat untuk selanjutnya berani  menampilkan identitas kita yang sejati. Wassalam. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun