Mohon tunggu...
Azizatul Liyanti
Azizatul Liyanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa 2021

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Interaksi Pertemanan Pada Anak Usia Dini

14 Desember 2022   00:34 Diperbarui: 14 Desember 2022   00:40 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1. Konsep Dasar Mengenai Hubungan Sebaya

Hubungan sosial teman sebaya merupakan interaksi individu dalam anak- anak atau remaja menggunakan taraf usia yg sama dan melibatkan keakraban yg nisbi akbar pada kelompoknya. Dan dalam hakikatnya insan menjadi makhluk sosial yg dituntut buat saling herbi orang lain pada kehidupannya. Individu pada gerombolan sebaya mencicipi adanya kecenderungan satu menggunakan yg lainnya misalnya pada bidang usia, kebutuhan, & tujuan yg sama bisa memperkuat gerombolan itu. Teman sebaya atau gerombolan sebaya adalah lingkungan sosial selain lingkungan keluarga, dimana berdasarkan lingkungan tadi seorang akan belajar & menambah wawasannya atau kemampuannya berdasarkan lingkungan gerombolan sebaya atau sahabat sebayanya yg akan mengarahkan seorang menuju konduite yg baik melalui masukan yg akan membawa efek positif terhadap individu yg bersangkutan.

Menurut John W. Santrock sahabat sebaya merupakan anak-anak atau remaja menggunakan taraf usia atau taraf kedewasaan yg sama, selain itu juga anak bisa berinteraksi, bergaul, bertukar pikiran, & pengalaman mereka pada menaruh perubahan & pengembangan dalan kehidupan sosial & pribadinya. Sedangkan Hurlock beropini bahwa, peranan sahabat sebaya terhadap anak usia dini sangat akbar lantaran sebagian saat anak dilakukan diluar ruangan beserta menggunakan sahabat sebayanya menjadi suatu gerombolan , maka efek sahabat sebaya dalam sikap, pembicaran, minat, penampilan, & konduite lebih akbar daripada efek berdasarkan keluarga. Dengan lebih kuatnya efek sahabat sebaya dalam anak bisa menyebabkan melemahnya interaksi antara individu menggunakan orang tua, sudara atau kerabat.

Jadi bisa kita simpulkan bahwa hubungan anak usia dini menggunakan sahabat sebaya itu dimana anak saling berinteraksi menggunakan anggota gerombolan yg usianya sekitar sama & mereka saling bertukar pikiran dan membuatkan pengalaman mereka. Dimana pada hubungan tadi mereka akan saling menaruh donasi pada temannya yg tadinya merasa takut & nir sanggup buat melakukan suatu aktivitas sebagai percaya diri lantaran menggunakan adanya donasi & dukungan berdasarkan sahabat-sahabat sebayanya sebagai akibatnya anak tadi merasa temotivasi & sebagai percaya diri.

2. Bermain dan Permainan Bagi AUD Berdasarkan Teori Piaget dan Vygotsky

Teori Piaget menyebutkan bahwa bermain bukan saja mencerminkan termin perkembangan anak, namun jua menaruh sumbangan terhadap perkembangan kognisi itu sendiri. Lebih lanjut Piaget menyebutkan bahwa Perkembangan bermain berkaitan menggunakan perkembangan kecerdasan seseorang. Anak mempunyai kesempatan memakai inderanya, misalnya menyentuh, mencium, melihat, & mendengarkan buat mengetahui sifat-sifat objek tadi. Dari pengindraan tadi anak memperoleh fakta-fakta, informasi, & pengalaman yg sebagai dasar buat berfikir tak berbentuk. Jadi bermain menjembatani anak menurut berfikir kongkrit ke berfikir tak berbentuk. Sejalan menggunakan Piaget, Vygotsky menekankan Bermain Sebagai Kebutuhan bahwa bermain memiliki kiprah eksklusif terhadap perkembangan kognisi seseorang anak. Menurut Vygotsky seseorang anak belum bisa berpikir tak berbentuk lantaran bagi mereka makna & objek sebagai satu. Melalui bermain dia akan bisa memisahkan makna menggunakan objek sebenarnya. Dengan demikian, bermain adalah proses self help tool.

Vygotsky menggunakan teori kognitifnya lebih menekan kiprah bermain dalam berbagi berpikir tak berbentuk, belajar pada kaitan ZPD, & pengaturan diri. Berdasarkan uraian yg dikemukakan bisa ditegaskan bahwa nir terdapat alasan buat membantah pernyataan 'bermain sangat berarti bagi perkembangan anak'. Anak akan mencoba, merasakan, mencari, menemukan sebagai akibatnya diperoleh sesuatu yg baru menurut akvitas pada bermain. Temuan-temuan itu memberi nilai tambah bagi perkembangan anak. Lebih lanjut mengenai teori bermain dijelaskan sang Piaget & Vygotsky menurut tahapan perkembangan.

Pandangan Piaget mengenai proses akomodasi & asimilasi jua mendasari teori bermain yg dikemukakannya. Piaget mengidentifikasi termin perkembangan menggunakan permainan. Dalam bermain, anak mulai menirukan kiprah tertentu. Anak akan menirukan kiprah orang-orang disekitar atau yg diketahui walaupun kadang terjadi modifikasi atau perubahan pada memainkan kiprah tadi.

Pada termin operasi-operasi konkrit anak, bermain menggunakan menerangkan adanya kombinasi pada aneka macam aktivitas, baik fisik juga bahasa. Mulai kelihatan bentuk-bentuk tak berbentuk pada permainan yg dilakukannya. Vygotsky menyatakan bahwa bermain merupakan cara buat membantu diri anak sendiri. Dengan bermain, zona of proximal development (ZPD) dilengkapi menggunakan scaffolding akan memperoleh stimulus sebagai akibatnya akan mempertinggi mencapai potential development.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun