Gender adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam nilai dan perilaku. Gender adalah sifat dan perilaku yang berhubungan dengan laki-laki dan perempuan yang dibentuk secara sosial dan budaya.Â
Gender juga dapat didefinisikan sebagai keadaan dimana individu yang lahir secara biologis laki-laki dan perempuan selanjutnya memperoleh karakter sosial sebagai laki-laki dan perempuan melalui cara berpakaian seorang laki-laki dan perempuan yang biasanya didukung oleh nilai-nilai atau sistem dan simbol dalam masyarakat yang terkait.Â
Menurut sosiologi dan antropologi, gender itu sendiri adalah perilaku atau pembagian peran antara laki-laki dan perempuan yang telah dikonstruksi atau dibentuk dalam suatu masyarakat tertentu dan pada waktu-waktu tertentu. Dan perbedaan jenis kelamin mungkin didasarkan pada faktor biologis, proses belajar atau kerjasama antar keduanya.
Identitas gander merupakan rasa batin yang ada dalam dirinya baik wanita maupun pria. Sedangkan orientasi seksual adalah istilah yang digunakan untuk menyebut pola ketertarikan seksual atau emosional seseorang terhadap lawan jenis. Gender adalah interpretasi sosiokultural, seperangkat peran yang dibangun secara sosial tentang bagaimana menjadi laki-laki atau perempuan.Â
Gender adalah interpretasi sosiokultural, seperangkat peran yang dibangun secara sosial tentang bagaimana menjadi laki-laki atau perempuan. Kumpulan perilaku ini meliputi penampilan, perilaku, pakaian, sikap, kepribadian, seksualitas, tanggung jawab keluarga, dll.
Sikap dan perilaku individu dipengaruhi oleh karakteristik peran gender, peran gender individu sepanjang perkembangannya akan mempengaruhi bagaimana mereka melihat diri mereka sendiri, bagaimana mereka berinteraksi dengan orang lain, termasuk perilaku pro-sosial, kreativitas dan kemandirian.Â
Dengan kata lain, orientasi seksual merupakan kunci yang dapat dikontrol orang tua agar anaknya tetap normal. Orientasi seksual sendiri dapat diperkenalkan secara bertahap kepada anak, mulai dari perbedaan penampilan antara anak laki-laki dan perempuan hingga sikap dan keterampilan yang dapat memperkuat orientasi seksual anak dengan lawan jenis.
Pendidikan seks bertujuan untuk membekali dan menanamkan pada anak-anak pentingnya menjaga kesehatan, kebahagiaan dan martabat mereka dengan membantu mereka melindungi diri mereka sendiri dalam pengembangan hubungan sosial dan seks yang baik. Tingginya angka kekerasan seksual disebabkan oleh kurangnya pengetahuan pendidikan seks pada usia dini.
Bahkan, pendidikan seks pada usia prasekolah masih dianggap larangan. Orang tua sering salah mengartikan istilah pendidikan seks karena pendidikan sering dipahami sebagai bentuk pengajaran yang formal dan sistematis, sedangkan kata seks sering dipahami sebagai hubungan yang dimiliki oleh orang dewasa.
Tanggapan orang tua terhadap seks mempengaruhi pemahaman anak tentang seks. Jika orang tua berpikir bahwa pendidikan seks berkonotasi negatif dan harus dihindari, anak akan memiliki pemikiran serupa. Kesalahpahaman anak tentang seks dapat menyebabkan penyimpangan seksual pada anak di masa depan.
Dengan hal ini, terdapat hubungan positif yang signifikan antara pengetahuan orang tua khususnya ibu tentang pendidikan seks dengan penerapan pendidikan seks pada anak prasekolah. Peran orang tua dalam pendidikan seks dini tidak dipahami dengan baik.Â
Orang tua masih belum bisa membedakan pendidikan seks pada anak dan orang dewasa, serta belum mengetahui pentingnya menanamkan rasa malu sejak dini. Beberapa orang tua bahkan membiarkan anaknya berenang di halaman bersama teman-temannya.Â
Dan persiapan terbaik untuk pendidikan seks adalah dari periode kedua (7 hingga 14 tahun), karena pada usia ini anak-anak mulai memasuki masa pubertas. Harapannya, dengan pendidikan seks yang baik, anak-anak dapat memasuki masa pubertas hingga dewasa penuh dan tidak mengalami krisis pemikiran ketika mereka mulai beranjak dewasa.Â
Pendidikan seks merupakan metode pendidikan yang tidak kalah pentingnya dengan pendidikan lain yang harus diberikan kepada anak. Peran orang tua dalam pendidikan seks pada anak sangat penting karena mereka adalah orang yang paling dekat dengan anak, sehingga diharapkan orang tua dapat menjadi sumber informasi pertama bagi anak.
Lingkungan disekitar memiliki dampak terbesar pada penyimpangan seksual pada anak. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya penyimpangan seksual pada anak, yaitu;
- Pendidikan seks yang buruk
- Faktor pendidikan seks yang buruk.
Faktor buruknya pendidikan seks pada anak usia dini, dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut:
- Kurangnya pemahaman ayah tentang pendidikan seks
- Afrodisiak dalam keluarga.
- Anak-anak tidak dilatih untuk meminta izin.
- Tempat tidur berdekatan
- Meniru perilaku seksual.
- Anak-anak dilarang bertanya tentang seks.
Maka dari itu sebagai orangtua kita harus menjauhkan anak dari pergaulan bebas karena pergaulan bebas dapat menimbulkan dampak negatif bagi anak, mulai dari percobaan narkoba, hubungan seks tanpa pamrih, hingga aktivitas yang dapat merugikan orang lain secara mental dan fisik.Â
Oleh karena itu, orang tua harus tahu bagaimana menghindari pergaulan bebas yang harus dihindarkan ke anak-anak dan harus diajarkan mulai sedini mungkin agar anak tidak terjalin hubungan bebas dengan teman-temannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H