Di era digital yang serba cepat ini, banyak orang tua mengeluhkan perubahan perilaku anak mereka---lebih mudah marah, kurang fokus, bahkan menunjukkan tanda-tanda kecemasan dan stres. Tanpa disadari, masalah gangguan pikiran, perilaku, dan mental pada anak sering kali berakar dari komunikasi yang kurang efektif antara orang tua dan anak.
Ketika Komunikasi Tidak Berjalan dengan Baik
Bayangkan seorang anak yang ingin bercerita tentang harinya di sekolah, tetapi orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaan atau lebih fokus pada ponsel mereka. Anak yang awalnya antusias akhirnya memilih diam. Lama-kelamaan, ia belajar bahwa berbicara dengan orang tua hanya akan berujung pada ketidakpedulian. Akibatnya, ia mencari tempat lain untuk mencurahkan perasaannya---bisa ke teman, media sosial, atau bahkan menekan emosi sendiri hingga memicu stres berkepanjangan.
Kondisi seperti ini bisa memicu berbagai masalah, seperti:
- Menurunnya rasa percaya diri -- Anak merasa pendapatnya tidak dihargai.
- Emosi yang tidak terkendali -- Anak lebih mudah marah atau cemas karena tidak tahu bagaimana menyalurkan perasaan dengan benar.
- Perilaku menyimpang -- Anak mencari perhatian dengan cara yang salah, seperti berbohong atau memberontak.
Bagaimana Cara Memperbaiki Komunikasi dengan Anak?
Kabar baiknya, komunikasi yang buruk bisa diperbaiki. Orang tua hanya perlu memahami bahwa berbicara dengan anak bukan sekadar bertanya, tetapi juga tentang mendengar dengan hati dan memberi respon yang tepat.
- Dengarkan dengan Sepenuh Hati
Jangan hanya mendengar, tetapi benar-benar hadir dalam percakapan. Jauhkan gangguan seperti ponsel saat anak ingin berbicara. - Gunakan Bahasa yang Positif dan Mendukung
Hindari menghakimi atau menyalahkan. Ucapkan kalimat seperti:
"Ibu/Papa mengerti perasaanmu, ayo kita cari solusinya bersama."
"Kamu hebat sudah berusaha sejauh ini, apa yang bisa kita lakukan selanjutnya?" - Bangun Momen Kebersamaan
Luangkan waktu berkualitas tanpa distraksi gadget---bisa dengan makan bersama, bermain, atau sekadar ngobrol ringan sebelum tidur. - Berikan Contoh yang Baik
Anak belajar dari perilaku orang tua. Jika orang tua ingin anak terbuka dan jujur, mulailah dengan menunjukkan keterbukaan dan kejujuran dalam komunikasi sehari-hari. - Jika Diperlukan, Gunakan Pendekatan Profesional
Jika komunikasi terasa sulit, pendekatan seperti hipnoterapi bisa membantu anak mengelola emosinya lebih baik. Teknik ini memungkinkan anak lebih rileks dan memahami pikirannya tanpa tekanan.
Kesimpulan
Gangguan pikiran, perilaku, dan mental pada anak bukan sekadar masalah individu, tetapi juga cerminan dari lingkungan dan pola komunikasi yang ada di sekitarnya. Sebagai orang tua, membangun komunikasi yang baik bukan hanya tentang berbicara, tetapi juga tentang hadir, memahami, dan mendukung.
Anak yang merasa didengar akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih percaya diri, stabil secara emosional, dan memiliki mental yang sehat. Mari kita mulai komunikasi yang lebih baik untuk masa depan anak yang lebih cerah.
Brebes, 29 Januari 2025
{{{ Positif, Sehat dan Bahagia }}}
Aziz Amin | Trainer & Profesional Hipnoterapi
Griya Hipnoterapi MPC Kabupaten Brebes
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI