Mohon tunggu...
Aziz Aminudin
Aziz Aminudin Mohon Tunggu... Freelancer - Trainer, Professional Hipnoterapis, Penulis, Pembicara, Aktivis Sosial Kemanusiaan

Trainer, Professional Hipnoterapis, Penulis, Pembicara, Aktivis Sosial Kemanusiaan Founder MPC INDONESIA WA : 0858.6767.9796 Email : azizaminudinkhanafi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kopi Senja di Ujung Chat

24 November 2024   20:56 Diperbarui: 24 November 2024   21:05 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari-hari berlalu tanpa obrolan senja yang menenangkan itu. Alya mulai gelisah. Seolah kehilangan sebuah ritual yang membuatnya merasa utuh. Akhirnya, dia memutuskan untuk mencari tahu.

Pada suatu sore, ia kembali ke kedai kopi. Sambil menunggu pesanannya, ia memperhatikan Danu. Ada sesuatu dalam caranya menyeduh kopi yang terasa akrab. Alya mencoba mencari keberanian, lalu bertanya, "Danu, kamu suka senja ?"

Danu terdiam. Tatapan matanya mendalam, seperti menyimpan rahasia besar. "Kenapa tanya begitu ?"

Alya mengeluarkan ponselnya, menunjukkan layar aplikasi Chat Over Coffee. "Kamu tahu ini ?"

Danu tertawa kecil, getir. "Aku kira kamu tidak akan tahu."

Hati Alya mencelos. "Jadi... kamu adalah 'SenjaKelabu' ?"

Danu mengangguk pelan. "Aku pikir, di balik layar, aku bisa menjadi seseorang yang lebih berani. Tapi di dunia nyata, aku sering merasa terlalu kecil untuk diingat."

Hari itu, mereka duduk bersama. Untuk pertama kalinya, percakapan mereka tidak lagi tersembunyi di balik layar. Danu menceritakan kehilangan yang pernah membuatnya tenggelam---tentang seorang adik yang selalu ia temani menatap senja. Sementara Alya berbagi tentang perasaan kosong yang sering ia rasakan meski hidupnya tampak sempurna.

Senja hari itu terasa berbeda. Bukan hanya warna langit, tapi juga kehangatan yang melingkupi mereka. Alya sadar, terkadang, kita tidak perlu mencari jauh-jauh untuk menemukan seseorang yang memahami kita. Dan Danu menyadari, keberanian tidak harus selalu besar---kadang, cukup dengan membuat kopi untuk seseorang yang kita pedulikan.

Mereka kini punya ritual baru : duduk bersama di kedai kecil itu, berbagi cerita tanpa nama samaran, dan menikmati senja tanpa penyesalan.

Brebes, 24 November 2024
Aziz Amin | Wong Embuh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun