Bumi yang kering merindukan hujan,
seperti jiwa yang haus akan kasih.
Tetes pertama jatuh perlahan,
membasahi luka, memberi ruang untuk tumbuh.Â
Luka tak sembuh tanpa kelembutan,
seperti tanah yang hanya hidup dengan hujan.Â
Begitu pun hati,
akan sembuh ketika kita membuka diri
untuk menerima setiap tetes yang datang,
meski tak sempurna.Â
Setelah hujan, bumi hijau kembali,
menghidupkan yang dulu mati.
Begitu juga jiwa,
setiap luka dan cinta yang datang,
mengantarkan kita pada kebangkitan.Â
Karena, seperti hujan,
luka akan berlalu,
dan kita akan kembali lebih kuat,
lebih hidup,
seperti bumi yang merona setelah hujan..
Brebes, 10 November 2024
{{{ Positif, Sehat dan Bahagia }}}
*****
Catatan Embuh
Seperti bumi yang kering menanti hujan, jiwa kita juga merindukan sentuhan untuk menyembuhkan luka. Setiap tetesan yang datang membawa harapan baru, memberi hidup pada yang terlupakan.Â
Akankah kau menerima hujan itu untuk menghidupkan kembali hatimu ?
Puisi ini mengajarkan bahwa luka dan kesulitan hidup ibarat kekeringan yang hanya bisa disembuhkan dengan cinta dan penerimaan. Seperti hujan yang menghidupkan bumi, setiap tantangan dan kasih yang datang memberi kesempatan bagi kita untuk tumbuh, sembuh, dan menjadi lebih kuat.Â
Luka bukanlah akhir, melainkan awal dari sebuah kebangkitan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H