Mohon tunggu...
Aziz Aminudin
Aziz Aminudin Mohon Tunggu... Freelancer - Trainer, Professional Hipnoterapis, Penulis, Pembicara, Aktivis Sosial Kemanusiaan

Trainer, Professional Hipnoterapis, Penulis, Pembicara, Aktivis Sosial Kemanusiaan Founder MPC INDONESIA WA : 0858.6767.9796 Email : azizaminudinkhanafi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lentara di Tengah Gelap

20 November 2024   11:39 Diperbarui: 20 November 2024   12:20 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tengah malam yang sunyi,
langkahku terhenti,
mencari arah di antara bayang-bayang.  

Kegelapan datang seperti lautan,
mengajak jiwa terhanyut. 

Namun di ujung ketakutan,
aku temukan lentera kecil---
tak terang, tapi cukup
untuk memberi harapan. 

Ia menyala penuh keberanian
di tengah angin yang mengguncang. 

Meski langkah tersesat,
dan arah tak pasti,
ada cahaya samar yang memanggil,
untuk maju, meski tak tahu ujungnya. 

Lentera ini mengajarkan,
tak perlu cahaya sempurna,
cukup setitik nyala
untuk menuntun melewati gelap. 

Karena di balik setiap kegelapan,
selalu ada sinar yang setia  
menanti ditemukan.

Brebes, 20 Noember 2024

{{{ Positif, Sehat dan Bahagia }}}

Wong Embuh 

*****

Catatan Embuh

Di tengah pekatnya malam, langkah-langkah tertahan dalam kegelapan yang membingungkan. Namun, jauh di sana, ada lentera kecil yang menyala, menawarkan harapan meski samar. 

"Maukah kau mengikuti cahayanya, berani melangkah meski tak tahu ke mana jalan itu akan berakhir ?"

Puisi ini menggambarkan kekuatan harapan di saat-saat tergelap. Lentera kecil melambangkan keyakinan bahwa meski kehidupan dipenuhi ketidakpastian dan rintangan, ada cahaya yang cukup untuk menuntun kita maju. Kita tak selalu perlu melihat seluruh jalan ; kadang cukup dengan setitik sinar untuk terus melangkah. Dalam setiap kegelapan, harapan akan selalu muncul, menuntun kita menuju cahaya yang lebih besar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun