Mohon tunggu...
Aziz Aminudin
Aziz Aminudin Mohon Tunggu... Freelancer - Trainer, Professional Hipnoterapis, Penulis, Pembicara, Aktivis Sosial Kemanusiaan

Trainer, Professional Hipnoterapis, Penulis, Pembicara, Aktivis Sosial Kemanusiaan Founder MPC INDONESIA WA : 0858.6767.9796 Email : azizaminudinkhanafi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Fingercoffee Roastery, Dakwah Melalui Coffee

10 Agustus 2022   07:23 Diperbarui: 10 Agustus 2022   07:30 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Haloo sahabat kompasianer, 

Sukses selalu untuk anda semua dan semoga selalu diberikan kesadaran berfikir positif, menyukuri semua kenikmatan Tujan, diberikan kesehatan, lancar segala urusan dan berlimpah rezeki halal dan berkah.

Sejatinya saya awalnya bukanlah penikmat kopi, dan kalaupun saya suka kopi tu adalah kopi dengan rasa yang manis, sehingga konon dalam sejarah kehidupan saya pernah saya merasa menjadi orang yang paling benar dengan menyalahkan orang yang membuat kopi tapi rasanya pahit.

" Kamu belum pandai dalam meracik kopi, sehingga kompisisinya antara gula dan kopi tidak pas !! " kata saya pada masanya.

Hal seperti itu bahkan diawal - awal pernihan saya selalu melakukan itu, sehingga kadang mungkin beban bagi istri kalau membuatkan kopi " ayah aja, ibu nggak bisa buatkan kopi yang pass rasanya " katanya setiap kali saya minta buatkan kopi.

Kopi dan Gula

Saya pastikan saya bukanlah penikmat kopi sejati dan sejatinya saya mungkin bukan penikmat kopi dulunya, ya bagaimana menyajikan kopi selalu disandingkan dengan gula disampingnya, kenapa ? 

Kareana takut kopinya kurang manis, tempat gula selalu keluar dan disandingkan dengan kopi seperti minum teh poci. itu semua adalah perjalanan hidup bahwa kadang kita memandang sesuatu menjadi tidak baik, menjadi salah apabila tidak sesuai dengan apa yang kita pahami dan yakini, dan wajar saja ketika dalam tahapan perkembangan anak menuju dewasa ada masa yang dilwati adalah masa remaja yang disana seringkali dominan " Ego " sangat kuat dan sebagai cara mengekspresikan dirinya dengan mencoba mencari jati diri dan karakter hidupnya ia mencoba mempertahankan nilai keyakinan yang baru walau kadang ternyata tidak benar tapi baginya itu kebenaran.

Kopiku Kurang Pahit

Semua tidak berawal singkat, ada proses panjang sampai pada akhirnya menyadari bahwa apa yang selama ini dipahami, diyakini dan banyak menyalahkan orang terkait kopi, sejatinya bukan kopinya kurang manis, tapi " Kopiku yang kurang pahit ", mulai memahami bahwa sejatinya apa dan siapa kopi bagaimana perlakukan dan karakteristik kopi.

Kadang kita berharap seseorang menjadi apa yang kita inginkan, tanpa kita paham siapa dan bagaimana sejatinya karakter dan dirinya, biarkanlah dan terimalah ia seadanya maka kenikmatan sejati akan hadir didalamnya.

Tulisan ini hadir pagi ini mengawali pagi anda dan semoga setidaknya anda selau mendapatkan manfaat atas pilihan atas sajian kopi kehidupan anda.

Fingercoffee roastery, micro roastery base in tegal. Ada apa ?  yah, ini sejatinya cerita yang harusnya buat saya malu, tapi bukan Aziz Amin kalau punya kemaluan besar ( rasa malu besar, red ), branding sebagai " Wong Embuh " atau tidak jelas ya menjadikan urat malunya entah kemana dan jadilah bertemu santri yang pengusaha dan pengusaha yang santri, berkenalan dengan mas brilian founder Fingercoffee roastery saya menyebutnya rumah produksi kopi di Kota Tegal.

Cerita singkatnya sederhana, saya mencium aroma kopi yang menghipnotis dan membuat tubuh ini bergelora dan mencari sumbernya dan terlihat bangunan yang dalam persepsi saya seprti coffeeshop, ya tancap gass... maen masuk saja keruangan itu yang ternyata " taraaaawww !!! " ini ada yang janggal tidak seeti coffeeshop yang seperti biasanya dan disinilah akhirnya cerita kopi babak baru dari sisi rumah produksi, tapi kayaknya nanti aja deh nulis detailnya.

Yang saya tangkap dari diskusi dengan mas brilian adalah, " santri kadang identik dengan menjadi kyai, ustadz dan membuka pondok pesantren, saya memilih berbeda walau saya santri saya membuka fingercoffee roastery ini, bagi saya cara dakwah itu ya banyak sekali, salah satunya saya berharap dengan bisnis ini sajatinya saya juga bisa berdakwah, baik secara keilmuan yang saya pahami maupun kematangan finansial untuk berdakwah, dan itu pilihan " tegasnya.

Sukses selalu Fingercoffee Roastery dari saya Aziz Amin si Wong Embuh.

Brebes, 10 Agustus 2022

Aziz Amin | Komunitas Kompasianer Brebes
Trainer & Hipnoterapist

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun