Mohon tunggu...
Aziz Aminudin
Aziz Aminudin Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas, Trainer, Personal Coach, Terapist, Hipnoterapist, Pembicara, Online Marketer, Web Design

Praktisi Kehidupan, Kompasianer Brebes www.azizamin.net Founder MPC INDONESIA www.mpcindonesia.com WA : 0858.6767.9796 Email : azizaminudinkhanafi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Melihat Hubungan Belajar dan Pintar

9 Juni 2020   10:39 Diperbarui: 9 Juni 2020   10:35 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" yah, apa kalau kita belajar pasti pintar ? "  pertanyaan sederhana bagi seorang yang basih baru tinggal di bumi, ya minimnya informasi dan belum punya banyak data bagi anak -- anak tentu menjadi hal menarik dan mebuat ia haus akan informasi dan selalu menelisik jauh lebih dalam apa yang ingin diketahui.

Bisa jadi anda memiliki pengalaman saat anak -- anak mulai tubuh menjadi anak yang luar biasa, ya pada masa anak masuk usia pra sekolah dasar baik di PAUD maupun TK sering kali ia mulai banyak bertanya dan menanyakan apapun dengan pertanyaan yang sangat dalam, introgatif.

Sebagai contoh ia mulai menanyakan sesuatu misal sholat, apa sholat ? kenapa sholat ?, buat apa sholat ?, dan lain pertanyaan yang akan terus ia konfirmasi dan ditanyakan sampai kadang oraang tua merasa kelelahan menjawab bahkan kehabisan kata -- kata atau malah kehabisan pengetahuan untuk memuaskan rasa penasaran si anak.

" Udah jangan tanya terus !!! " kalimat ini sering kali tanpa disadari diucapkan orang tua pada anak saat merasa lelah dengan pertanyaan anak yang sejatinya ia sedang mencoba mengisia database / data memori dalam pikirannya untuk menjadi pintar, bahkan cerdas.

Kalimat orang tua yang kadang terkesan bernada tinggi atau bahakan emosi, merasa lelah menjawab pertanyaan anak, bisa jadi akan menadikan anak merasa minder, takut dan akan malas untuk kembali aktif dan menimbulkan kepribadian yang menuju ke arah introvert.

Yang lebih tidak baik adalah seringkali justru kebiasaan ini akan menjadikan ia mencari jawaban apapun tertanyaan yang belum terjawab dengan orang yang kurang tepat atau orang yang kurang kompeten, misal pertanyaan tentang sex bisa jadi karena ia tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan dari orang tua ia akan mencari jawaban dari teman sebayanya bahkan dari media yang tidak bisa dipertanggung jawabkan.

Dalam keilmuan hipnosis ini sering disebut sebagai inprint sebuah pemahaman atau program bawah sadar yang salah atau kurang tepat yang ia dapatkan dari masa kecil, karena proses belajar yang ia lakukan mendapatkan model dan contoh baik yang ia lihat, dengar dan rasakan tidak seharusnya.

Misal ; ia sejatinya sama sekali tidak tahu kecoa, tidak punya rasa apapun akan tetapi karena melihat ibunya menjerit jerit baru lihat kecoa dan lompat lari bahkan berekspresi ketakutan, maka ini akan menjadi inprit pada anak sebagai program bawah sadar.

Perlu bijak menyikapi pola komunikasi dan asuh anak kalau terkait bagaimana proses belajar dan pembelajaran, orang tua menadi sangat penting memiliki ketrampilan mendidik anak dan memberikan edukasi yang tepat sesuai usia anak.

Kembali ke bahasan " apa kalau kita belajar pasti pintar ? "  , ini bukan soal benar atau salah nantinya anda menjawab, karena ini urusannya pada ranah keyakinan dan pola pikir, tentu yang menurut saya baik belum tentu untuk anda dan sebaliknya, atau yang menurut anda itu menarik juga belum tentu oleh saya.

Saya mengamati antara "belajar" dan "pintar" ternyata tidak memiliki hubungan yang erat, keduanya sama sekali tidak bisa dianggap seiring sejalan, artinya tidak bisa kalau orang pintar itu rajin belajar atau orang yang rajin belajar pasti ia akan pintar, saya melihatnya tidak ada hubungan dekat antara belajar dan pintar atau pintar dan belajar.

Loh, bagaimana dengan pepatah lama yang mengatakan " Rajin belajar biar pinter ", wah saya bisa kualat kalau saya kritisi ini pepatah wkwkwkw walaupun jujur saya melihatnya ada yang ditutupi dari pepatah diatas.

Orang tua kita dulu sangat memahami biar kita anggak setres ada beberapa kalimat yang dikemas dengan bahasa kiasan, dengan bahasa pepatah, saya melihatnya pepatah " rajin belajar biar pinter " itu buakan sebuah kepastian.

Sebuah contoh, saya punya teman tepatnya kakak kelas saya dulu di SMP, ia orang yang sangat baik, menjadi kakak dan sahabat saya, tapi saat ia lulus kuliah bahkan ia tidak mampu mengerjakan tugas tugas sederhana yang seharusnya bisa dikerjakan dia dengan gelar akademik yang disandangnya.

Apa ia tidak belajar ?, secara formal ia belajar dan sangat terpelajar tentunya dan kuliah di perguruan tinggi yang sangat terkenal di level nasional, saya tidak tahu bagaimana proses ia belajar dan bagaimana kejadiannya, saya hanya melihatnya bahwa belajar tidak menjadikannya pintar, teman saya menjadi awal saya tertarik memahaminya bagaimana hubungan belajar dan pintar.

Ditempat yang berbeda saya melihat banyak sekali bahkan sekarang sangaaaat banyak sekali, banyak orang yang telah belajar pemberdayaan diri, ilmu motivasi, ilmu terapi sampai belajar skill ( ketrampilan ) lagi -- lagi ada beberapa kasus yang dipertemukan dengan saya ia justru malah menjadi ;

  • Keminter ( seperti orang pinter, songgong dan menariknya ia nggak merasakan itu )
  • Bingung ( seperti orang stress yang merasa dibohongi dengan materi pelajaran, padahal teman yang lainnya mampu melakukannya )
  • Cukup Tahu ( ia sangat piawai menjelaskan tapi sama sekali tidak ada manfaat baginya karena ia merasa tidak bisa melakukan apa yang ia ketahui )
  • Dan masih banyak yang ternyata ... " belajar tidak serta membuatnya pintar "

Ach masa sih ? , pasti adalah yang belajar tapi pintar, itu mereka semua yang jadi pejabat, pemimpin negara, DPR, konglomerat dll pastai mereka belajar sehingga mereka pintar.

Sabar...., Tentunya memang ada jauh lebih banyak orang ang belajar terus pintar, tapi... kepintarannya bukan serta merta karena belajar secara formal ( membaca, berguru, atau apapun yang disadari sebagai proses belajar dan mengajar ).

Maksudnya adalah bahwa mereka yang berhasil pintar adalah orang orang yang siap dan mau mengambil pelajaran dalam hidupnya, mau secara istiqomah dan konsisiten belajar baik formal maupun tidak yang ada kunci yang mewujudkan ia menjadi pintar, menjadi cerdas setelah belajar adalah " konsisten mau mempraktekkan hasil belajarnya ".

Ya, selama belajar hanya proses formal membaca, melihat dan memahami maka saya jamin outputnya atau keluarannya menjadi anda seorang yang tahu dan mengerti tanpa bisa mempraktekannya.

Apa yang harus anda lakukan sekarang ?

Apapun proses kehidupan, apapun yang anda pelajari, yang anda baca dan anda sedang kerjakan #bahagiaaja dan jadikan media belajar baik secara formal dan tidak dan " konsistenlah mempraktekkan hasil belajarnya " dan menjadikan media belajar dan lajutkan " konsisten mau mempraktekkan hasil belajarnya lagi " sampai anda menjadi ahlinya ahli, menjadi pintar dan cerdas dalam menggunakan apapaun keilmuan yang anda pelajari

Aziz Amin

Trainer & Hipnoterapist MPC Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun