Mohon tunggu...
Aziz Aminudin
Aziz Aminudin Mohon Tunggu... Freelancer - Trainer, Professional Hipnoterapis, Penulis, Pembicara, Aktivis Sosial Kemanusiaan

Trainer, Professional Hipnoterapis, Penulis, Pembicara, Aktivis Sosial Kemanusiaan Founder MPC INDONESIA WA : 0858.6767.9796 Email : azizaminudinkhanafi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Dilema Antara Terpapar Corona atau Terpapar PHK

13 Mei 2020   13:59 Diperbarui: 13 Mei 2020   15:35 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mediaindonesia.com

Warga kelompok usia di bawah 45 tahun boleh beraktifitas.

Mengamati berita nasional tentang penanganan pandemi covid 19 memang tidak ada habisnya, kebijakan demi kebijakan pemerintah kadang memaksa kita untuk terhenti sejenak untuk hanya melihat " Ada apa hari ini dengan Covid 19 ? ".

Tidak ellok dan tidak etis kalau membandingkan dengan penanggunalan atau penanganan covid 19 dibeberapa negara tetangga, kenapa ?

Karena Indonesia itu negara yang sangat kaya dan beragam, saya menyebutnya sangat majebuk yang dulu saya dikenalkan dengan " Bhineka Tunggal Ika ", jujur sekarang saya agak gagal paham memaknai kata bhineka tunggal ika saat melihat tidak bersatunya suara, pemahaman dan kebijakan baik pemerintah pusat, provinsi maupun daerah dalam penanganan pandemi covid 19 yang sejatinya kali ini menuntut kita benar benar bersatu melawan, "eh salah berdamai apa yah sekarang ? " ya pokonya apalah itu arahan atau himbauan pemerinta mau " mewalan " atau " berdamai " dengan Covid 19.

Cuma bahas soal kata " melawan " dan " berdamai " dengan corona saja saya sudah bingung bagaimana jadinya mereka pahlawan yang melawan covid 19, yang bertarung digarda paling depan kalau sekarang kita mesti berdamai ? " masih perlukan kita senjata untuk berdamai dengan covid 19 saat kita tak lagi mampu melawan ? ", kayaknya ini mesti kita tanya kepada rumput yang bergoyang.

Ilustrasi mediaindonesia.com
Ilustrasi mediaindonesia.com

Dilarang Mudik, tapi Boleh Pulang Kampung, eh salah juga, sekarang Boleh Mudik tapi dengan syarat 

Lama saya mau nulis kebingungan saya tentang mudik atau tidak mudik, tapi ya selalu saja tidak tepat momennya, dalam perpektif saya " positif aja " ya sudahlah tidak mudah mengatur pemerintahan di masa seperti ini.

Yang menarik saya masih ingat betul bagaimana gugus tugas covid 19 telah lama menyuarakan dan menginformasikan #JanganMudik " Sayangi keluarga lebih baik silaturahmi via digital ", mendadak sontak aplikasi meeting online, menjadi naik daun dan ramai menjadi buruan masyarakat.

Pandemi covid 19 nggak maen -- maen menyasar aspek dimasyaarakat, semua aktifitas dibatasi bagi yang menerapkan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM) atau yang melaksanakan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) dll, efeknya tidak maen -- maen, semua bekerja dirumah, pekerja disektor insutri yang tidak boleh beroprasi otomatis ya merumahkan karyawannya, maka hal ini menjadikan terjadi gelombang PHK dimana -- mana.

Apa yang terjadi dengan gelombang PHK ini, masyarakat tidak lagi stress dan takut terpapar corona saja tapi ada hal lain yang mulai menghantui merekaa adalah terpapat PHK.

Nasi sudah jadi bubur, banyak masyarakat produktif yang saat ini tertahan di kota besar (perantauan) yang telah terpapar PHK, wabah PHK jauh lebih mengerikan daripada wabah corona, karena meraka yang positif terkena corona akan ditanggung pemerintah dirawat di rumah sakit dengan taruhan sehat tertanggung atau mati ya mungkin takdir.

Tapi bagi mereka yang terdampak covid 19 dan positif terpapat PHK, mereka masih bingung menggantungkan nasib siapa yang akan menanggung sementara mereka tinggal dirantau tanpa penghasilan sama sekali, taruhannya ya kelaparan dan meninggal, maka banyak yang melakukan upaya nekad menerobos posko keamanan dan penanggulangan covid menyusup mudik secara diam -- diam.

Al hasil, anda mungkin sempat mendengar satu keluarga positif covid 19 terkonfirmasi di Cilacap setelah memaksa mudik dengan travel, bahkan di Brebes salah satunya ada yang 1 postif terkonfirmasi yang bukan dari klaster Jamaah GOA, tapi ia adalah pemudik dari bekasi.

Maka saya pun memaknai informasi yang terbaru bahwa pemerintah mengubah ketetapan dengan bahasa yang masih susah saya pahami adalah pemerintah membolahkan mudik dengan syarat.

Hal ini menjadikan informasi mendadak viral dimasyarkat seolah -- olah pemerintah jadi plin plan, padahal sekali lagi ini dilema yang luar biasa yang tentunya bila saya jadi bagian dari pemerintah tidak bisa berfikir dengan normal.

Kembali melihat banyak siaran langsung dan pemberitaan ada masanya memang ada perbedaan pendapat antara pemegang kebijakan dan tetap saja masyarakat tidak memiliki banyak ketakinan bagaimana persyaratan bagi pemudik bisa benar benar diterapkan, " Apakah kebijakan ini akan benar benar menjadi solusi terbaik atau menjadi bom waktu yang akan meledak pada masanya ? ", kembali ini kita perlu tanya pada rumput yang bergoyang

Kompas
Kompas

Berdamailah, Kalau Kena Corona Kau itu Kuat !!!

Mungkin agak berlebih tapi saya berfikirnya demikian, saat melihat dan mendengar bagaimana sekarang sedang viral tentang pilihan pemerintah untuk membolahkan dan mengizinkan memberikan kelonggaran pada warga kelompok usia dibawah 45 tahun beraktifitas dimasa pandemi covid 19.

" Ngeri !!! ? " ya pastinya ngeri lah, dimana negara lain masih berjibaku untuk benar -- benar mamastikan negara dan masyarakatnya aman tapi sekarang pemerintah justru melonggarkan dengan membolehkan mudik lah, dengan membolehkan warga berkatifitas kerja dan banyak hal yang saya secara pribadi tidak yakin.

Apalah saya tentu tidak penting dan itu semua adalah pikiran picik saya dan pikiran negatif saya, tapi saat saya sejenak merenung saya mulai memahami jalan pemerintah kenapa pada akhirnya mengambil pilihan kebijakan yang sangat luar biasa tidak mudah bagi siapapun yang berada didalam peranan tersebut.

Dikutip dari www.kompas.com, hal tersebut diambil pemerintah agar kelompok usia dibawah 45 tahun yang produktif tidak kehilangan mata pencarian. "Kelompok ini kita beri ruang untuk lebih banyak lagi potensi terpapar PHK bisa kita perbaiki lagi," kata Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo melalui konferensi video , Senin (11/5/2020).

Dijelaskan bahwa kelompok usia dibawah 45 tahun bukan usia rentan, " Kelompok muda di bawah 45 tahun mereka sehat, punya mobilitas tinggi, dan kalau terpapar mereka belum tentu sakit karena tak ada yang dipermasalahkan," kata Doni.

Doni mengutip, kematian tertinggi datang dari kelompok umur 65 tahun ke atas, yaitu mencapai 45 persen.

Ini menjadi menarik bahwa pemerintah mengalami dilema yang tidak berkesudahan terkait dampak pandemi covid 19 ini, salah satunya adalah ekonomi yang mengalami pelambatan luar biasa. Tidak adanya aktifitas masyarakat menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia anjlog.

Dikutip dari tempo.co, Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko Wahyono, menilai alasan pemerintah membebaskan kelompok usia muda beraktivitas di tengah pandemi Covid-19 karena ekonomi. "Tidak ada alasan lain kecuali ekonomi," kata Tri kepada Tempo, Selasa, (12/05/2020).

Tri mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini anjlok karena tidak ada aktivitas bekerja. Sehingga, harus ditopang dengan kegiatan ekonomi. Saat ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat tumbuh 2,97 persen pada kuartal I/2020.

Kita Semua Harus Mengambil Peran.

Penutup tidak elok kalau saya terlalu mengesampingkan kinerja dan upaya maksimal yang dilakukan pemerintah dan gugus tugas covid 19 dalam menyelesaikan persoalan pandemi ini di negeri tercinta ini, hanya saja memang ada banyak dampak yang menuntut kita semua jeli melihat setiap sisi yang terdampak, walau pasti tidak sempurna dan ada kekurangan disana sini, pemerintah pasti sedang berupaya meminimalisir dampak yang terjadi dimasyarakat.

Dan saat ini kita semua elemen masyarakat harus mengambil peran untuk benar benar dapat membantu menciptakan kondisi yang terbaik bagi negeri ini, mereka yang ada dirantau memang ingin pulang karena tidak lagi punya pekerjaan, dan mereka yang ada dirumah juga ingin keluar dan beraktifitas untuk mendapatkan penghasilan untuk menopang kehidupan, saya tidak membahas sisi lebaran yang akan datang sebentar lagi yang seperti lazimnya akan ada lonjangan harga bahan pokok, ya... kembali saya mengambil sisi sederhana kita tanyakan pada rumput yang bergoyang "

Semoga rumput masih tetap sisk bergoyang menikmati irama alam dan bersyukur atas semua karunia ilahi Allah Ta'ala.

Semoga manfaat,

Aziz Amin | Kompasianer Brebes KBC-10
Freelancer, Conten Writer, Copywriter, Hypnowriter
WA : 0858.6767.9796

fouter-kombes-5ebb9901d541df2f27268622.jpg
fouter-kombes-5ebb9901d541df2f27268622.jpg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun