Dimana secara sadar itu diterima sebagai satu kejadian yang harus terjadi dan sebuah konsekuensi dari perjalanan. Hal ini sama seperti ketika Tuhan / Allah ta'ala benar -- benar menyeyangi anda dengan mengabulkan do'a anda untuk selamat diperjalanan dengan melalui " Operasi Polisi ".
Polisi adalah aparat yang diberikan kewenangan untuk memberikan perlindungan dan keamaanan khususnya keselamatan dijalan raya, jadi wajar kalau beliau harus tegas menindak masyarakat yang dianggap berpotensi menjadikan gangguan keselamatan diperjalanan baik yang membahayakan dirinya maupun orang sekitarnya. Dan salah satunya dengan melakukan peneguran dan penilangan
Kembali ke takdir, kalau anda penganut semua adalah takdir, maka jangan takut untuk bertemu polisi, jangan takut razia polisi karena sebenarnya bertemu polisi dan ditilang polisi pun adalah sebuah takdir Tuhan, bukan begitu ? heehehe
Waduh ko jadi kebalik nih..., semuanya takdir yah, ya begitu kalau kita mengaitkan semua sebagai takdir ya gitu, sampai anda membaca artikel ini juga " takdir " kan ?
PERLU MELIBATKAN TOKOH AGAMA UNTUK SOSIALISASI KESELAMATAN
Seperti yang diketahui dan banyak diberitakan media televisi dan online bahwa saat ini masih berlangsung Operasi Patuh pada pengendara berotor yang dilakukan dengan tujuan untuk menurunkan atau malah menghapus angka kecelakaan lalu lintas, aksi simpatik yang dilalukan oleh jajaran polisi dalam hal ini, lalu lintas untuk memperlancar lalu lintas dan menghancurkan angka kecelakaan.
Harapannya dengan gangguan / angka kecelakaan berkurang, akan meningkat keselamatan berkendara di jalan raya. Sayangnya seringkali masyarakat menganggap kegiatan seperti ini hanya sebuah seremonial rutin yang dianggap sebagai bagian dari gangguan perjalanan.
Kalaupun mereke membawa surat kelengkapan dan tertib berlalu lintas hanya sebatas karena ada sosialisasi ada Operasi Polisi, maka ketika periode operasi selesai mereka kembali pada pola dasar.
Hal ini dikarenakan tertib berlalu lintas dan keselamatan berkendara belum mendarah daging dalam jiwa masyarakat, belum menjadi kebutuhan yang sebenarnya harusnya dimiliki setiap pengendara, tertib jalan rasa masih sebatas seberapa banyak polisi atau program polisi yang mengontrolnya, selebihnya kembali ke pemahaman semua takdir.
Kadang memprihatinkan kalau melihat hal seperti ini, kadang pemaahaman akan satu perkara kalau hanya dipahami sepenggal atau bahkan hanya sedikit akan sangat berbahaya baik bagi dirinya mauun bagi orang lain. Perlunya melibatkan semua element khususnya tokoh agama dalam mensosialisasi hal ini yang sebenarnya.
Melibatkan tokoh agama serentak untuk mensosialisasikan dalam ceramah keagaamaan bukan soal program polisi, bukan soal keselamatan yang dipahami takdir tapi pada bagaimana takdir adalah satu hal yang dicapai dari sebuah usaha, ikhitiar yang dilakukan dengan optimal untuk mendapatkan keselamatan itu sendiri dan selanjutnya tawakal yang terjadi adalah takdir ( itu dalam pemahaman penulis ).