Perayaan hari besar keagamaan islam idul fitri selalu memancing kesan dan rasa rindu akan kerekatan dalam ikatan persaudaraan dan kedaerahan. Ada banyak alasan bagi sebagian masyarakat melakukan mudik kampung diantaranya adalah menyambung dan mempererat tali persaudaraan dengan saudara yang sekian lama tidak berjumpa. Ada pula karena alasan kangen akan suatu daerah dimana kita dilahirkan dan dibesarkan. Mungkin dua alasan tersebut agak klise bila dinalar akan tetapi itulah alasan paling mudah diungkap oleh para pemudik. Tradisi mudik yang dilakukan oleh sebagian masyarakat indonesia mencerminkan kepribadian personal maupun komunitas dalam sebuah stuktur sosial yang tidak bisa lepas dan melepaskan diri dari identitas keluarga, kerabat, marga, daerah, dan kebangsaan.
Makna Simbolik Mudik
Ada beberapa makna simbolik yang dapat kita tangkap dengan tradisi mudik ini. Pertama, mudik atau pulang kampung adalah seremonial tahunan yang dijadikan sebagai ajang unjuk diri status sosial yang baru. Keadaan ini semakin mengentalkan dan memperlebar jarak pendefinisian antara orang desa dan orang kota. Orang desa yang identik dengan kehidupan sederhana dan minim informasi jauh dari hiruk pikuk kehidupan hedonistis menjadi semakin terlena menjalani perannya sebagai penonton dan pemiarsa dari sebuah cerita panjang yang heroik, romantis, dan penuh nuansa perjuangan walaupun terkadang tidak berujung pada manisnya sebuah cerita kehidupan yang diperankan seorang pemudik. Cerita  manis dan harapan yang melambung yang diterbarkan pemudik di tanah rantau membuat teman dan kerabat tergoda untuk mencicipi kisah profan ini. Jarang atau bahkan tidak akan kita temui sebuah elegi kehidupan di tanah seberang dalam merangkai asa demi kehidupan yang lebih bermartabat. Dalam bayangan keseharian yang terpikirkan para perantau adalah bagaimana dirinya menjelma menjadi seorang individu yang berbeda dengan masa lalunya dengan logat, dialek, dan perilaku sosialnya. Kondisi dan situasi seperti ini adalah hal wajar dan manusiawi walaupun secara tidak langsung telah mereduksi makna mulia dari tujuan para pemudik dalam menyambangi sanak saudara menyambung tali persaudaraan.
Kedua, mudik adalah sarana rekreasi dan melepas kejenuhan. Bagi sebagian pemudik tradisi pulang kampung adalah mengasikkan dan penuh sensasi sehingga rela hati  menguras tenaga, biaya, dan pikiran. Secara psikologis mudik akan merestorasi persepsi personal akan makna dan tujuan hidup yang sesungguhnya. Ada banyak kejadian dan peristiwa positif sepanjang perjalanan yang dapat diambil hikmahnya.
Perjalanan Spritual dan Sosial
Mudik tidak bisa disamakan dengan perjalanan biasa. Mudik mempunyai makna yang dalam dan mendapat tempat tersendiri bagi masyarakat Indonesia. Mudik adalah perjalanan spiritual dan sakral. Mudik adalah salah satu cara mendekatkan diri dan mengenal Allah melalui penyadaran diri akan urgensi berinteraksi dengan manusia lain sebagai pengejewantahan konsep ilahiyah hablum minannas. Tersambungnya hubungan horisontal manusia dengan berkomunikasi langsung baik ucapan, sikap, dan perilaku dengan famili akan menjaga keseimbangan manusia dalam memaknai hidupnya.
Mudik sebagai budaya telah melahirkan pranata sosial yang masif yang melibatkan fungsi dan struktur sosial yang melembaga. Mudik sebuah gambaran munculnya sebuah peradaban  tanpa rekayasa dan munculnya didasarkan kepada nilai-nilai agama dan kemanusiaan yang dilakukan komunitas tertentu dan menjadi kecenderungan masyarakat melakukannya pada saat menjelang hari raya idul fitri. Ini mengisyaratkan kepada kita bahwa budaya dan peradaban manusia bisa saja terjadi secara spontanitas berdasarkan kebutuhan manusia.
Budaya mudik telah melahirkan postulat yang sofisticated,established, dan menciptakan kesepakatan-kesepakatan individual dan komunal dalam masyarakat. Ada prasyarat tertentu agar sebagian dari kita berlabel pemudik. Tidak semua anggota masyarakat yang melakukan perjalanan dapat dikatakan mudik. Sebagian penanda itu adalah waktu dan jarak tempuh. Orang akan disebut pemudik apabila melakukan perjalanan sebelum dan sesudah hari raya dengan jarak tempuh perjalanan tertentu minimalnya keluar kota dimana ia tinggal.
Mudik adalah tradisi, ritual, dan budaya yang muncul dalam kehidupan masyarakat Indonesia pada saat bulan ramadhan. Mudik sarat dengan nilai-nilai dan ajaran agama islam. Sebagai sebuah kumpulan tatanan nilai, islam telah mengabarkan kepada manusia bahwa kebaikan, inspirasi, penyadaran manusia akan tuhannya bisa saja diperoleh dalam perjalanan mudik. Wallahu a’lam bisshowab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H