Mohon tunggu...
Azizah Savitri
Azizah Savitri Mohon Tunggu... Penulis - Writer

I am a writer loves to learn about the history of places

Selanjutnya

Tutup

Trip

Masjid Lautze, Masjid Unik Bergaya Arsitektur Tionghoa

3 September 2024   10:13 Diperbarui: 5 September 2024   15:15 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

JAKARTA, 3 September 2024 - Terdapat sejumlah Masjid bersejarah di Jakarta yang menarik untuk dikunjungi, salah satunya yaitu Masjid Lautze. Masjid yang terletak di Jalan Lautze No. 87-89, Kecamatan Sawah Besar (Jakarta Pusat) memiliki keunikan arsitektur bernuansa khas Tionghoa.

Bangunan Masjid

Masjid Lautze yang tampak seperti ruko ini terdiri dari empat bangunan lantai yang didominasi dengan warna merah dan warna kuning. Lantai pertama merupakan tempat ibadah untuk laki-laki. Lantai kedua, terdapat ruang ibadah bagi perempuan serta lengkap dengan toilet dan tempat wudhu. Lalu, pada lantai tiga sebagai kantor pengurus, dan di lantai empat adalah aula pertemuan yang sekaligus sebagai ruang belajar. Selain itu, warna-warna pada masjid ini memang terlihat mirip dengan wihara, hal ini dikarenakan agar terdapat kedekatan dengan masyarakat Tionghoa sehingga tidak merasa canggung saat memasuki masjid. Adapun sejumlah kaligrafi yang dilukis dengan sentuhan khas tulisan mandarin dan terpajang rapi pada dinding masjid. Dengan keunikan yang disajikan ini juga yang membuatnya berbeda dengan masjid kebanyakan.

Masjid Lautze (Dokpri)
Masjid Lautze (Dokpri)
Sejarah Masjid Lautze

Masjid Lautze (Dokpri)
Masjid Lautze (Dokpri)

Masjid Lautze berasal dari kata "Lautze" dari seorang tokoh muslim Tionghoa yang memeluk Islam pada tahun 1930-an. Masjid pun dikelola oleh Yayasan Haji Karim Oei. Haji Karim Oei merupakan pendiri dari Masjid Lautze dan sekaligus sahabat karib dari Bung Karno dan tokoh Nahdatul Ulama (NU).

Tujuan pendirian Masjid berawal untuk menyampaikan dakwah terutama ke warga keturunan Tionghoa dan memudahkan warga Tionghoa yang ingin mengetahui dan menggali lebih dalam tentang Islam. Adapun tujuan lain yaitu untuk menuntaskan masalah pembauran, khususnya antara warga pribumi dan non-pribumi serta antar-etnis dan agama.

Saat ini, Masjid ini juga sangat terbuka bagi pengunjung muslim dan non-muslim yang sekadar ingin diskusi atau berbagi tentang agama. Bahkan, terdapat juga pengunjung dari luar negeri yang sengaja datang untuk berdiskusi tentang pembauran. Masjid yang berada di kawasan Pecinan ini mampu menjembatani perdamaian sehingga menjadi hal yang unik di tengah perdebatan perbedaan antar umat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun