SUAP
Identitas
Judul : Suap
Penulis : Putu Wijaya
Tahun Terbit : 2008/2009
Penerbit : Jawa Pos/PT Gramedia Pustaka Utama
Sinopsis
Cerpen ini bercerita tentang penyuapan. Kasus ini dapat terjadi pada siapa pun. Para pejabat rela melakukan suap asalkan apa yang mereka inginkan terpenuhi. Pada cerita ini menggambarkan ketidakberdayaan tokoh "saya" dalam menolak suap. Sebenarnya tokoh "saya" ingin menerima uang tersebut tetapi hati kecilnya berkata lain. Tokoh "saya" tidak ingin menjadi buronan jika menerima uang tersebut. "saya" menjadi galau dengan uang itu, ditambah si penyuap yang tak kembali menemuinya setelah memberikannya uang. Hingga ia memutuskan untuk mengambil uang itu meskipun beresiko masuk penjara.
Biografi
Putu Wijaya memiliki nama asli I Gusti Ngurah Putu Wijaya yang lahir di Puri Anom, Tabanan, Bali pada tanggal 11 April 1944. Pada masa remaja ia sudah menunjukkan kegemarannya pada dunia sastra. Saat masih SMP, ia mulai menulis cerpen dan beberapa di antaranya dimuat di harian Suluh Indonesia, Bali. Ketika SMA, ia melibatkan diri dalam kegiatan sandiwara. Setelah tamat SMA, ia melanjutkan kuliah di Yogyakarta.
Di Yogyakarta, selain kuliah di Fakultas Hukum UGM, ia juga mempelajari seni lukis di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) dan drama di Akademi Seni Drama dan Film (Asdrafi). Dari Fakultas Hukum UGM, ia meraih gelar sarjana hukum (1969), dari Asdrafi ia gagal dalam penulisan skripsi, dan dari kegiatan berkesenian ia mendapatkan identitasnya sebagai seniman.
Setelah kira-kira tujuh tahun tinggal di Yogyakarta, Putu pindah ke Jakarta. Di Jakarta ia bergabung dengan Teater Kecil dan Teater Populer. Di samping itu, ia juga bekerja sebagai redaktur majalah Ekspres. Setelah majalah itu mati, ia menjadi redaktur majalah Tempo (1971-1979). Bersama rekan-rekannya di majalah Tempo, Putu mendirikan Teater Mandiri (1974).
Pada saat masih bekerja di majalah Tempo, ia mendapat beasiswa belajar drama di Jepang (1973) selama satu tahun. Namun, karena tidak kerasan dengan lingkungannya, ia hanya belajar sepuluh bulan. Setelah itu, ia kembali aktif di majalah Tempo. Pada tahun 1975 ia mengikuti International Writing Program di Iowa, Amerika Serikat. Setelah itu, ia juga pernah menjadi redaktur majalah Zaman (19791985).
Ia juga mempunyai pengalaman bermain drama di luar negeri, antara lain  Festival Teater Sedunia di Nancy, Prancis (1974) dan Festival Horizonte III di Berlin Barat, Jerman (1985). Ia juga membawa Teater Mandiri berkeliling Amerika dalam pementasan drama Yel dan berpentas di Jepang (2001). Di samping itu, ia juga pernah mengajar di Amerika Serikat (1985 -1988).
Di samping itu, Putu juga menjadi sutradara film dan sinetron serta menulis skenario sinetron. Film yang disutradarainya ialah film Cas Cis Cus, Zig Zag, dan Plong. Sinetron yang disutradarainya ialah Dukun Palsu, PAS, None, Warteg, dan Jari-Jari. Skenario yang ditulisnya ialah Perawan Desa, Kembang Kertas, serta Ramadhan dan Ramona. Ketiga skenario itu memenangkan Piala Citra.
Selama tinggal di Yogyakarta, kegiatan sastranya lebih terfokus pada teater. Ia pernah tampil bersama Bengkel Teater pimpinan W.S. Rendra dalam beberapa pementasan, antara lain dalam pementasan Bip-Bop (1968) dan Menunggu Godot (1969). Ia juga pernah tampil bersama kelompok Sanggar Bambu. Selain itu, ia juga (telah berani) tampil dalam karyanya sendiri yang berjudul Lautan Bernyanyi (1969). Ia adalah penulis naskah sekaligus sutradara pementasan itu. Naskah dramanya itu menjadi pemenang ketiga Sayembara Penulisan Lakon yang diselenggarakan oleh Badan Pembina Teater Nasional Indonesia.
Karena kegiatan sastranya lebih menonjol pada bidang teater, Putu Wijaya pun lebih dikenal sebagai dramawan. Sebenarnya, selain berteater ia juga menulis cerpen dan novel dalam jumlah yang cukup banyak, di samping menulis esai tentang sastra. Sejumlah karyanya, baik drama, cerpen, maupun novel, telah diterjemahkan ke dalam bahasa asing, antara lain bahasa Inggris, Belanda, Prancis, Jerman, Jepang, Arab, dan Thailand.
Kelebihan
Unsur intrinsik
Tema : Penyuapan yang relevan dengan keadaan saat ini
Tokoh : Saya, penyuap, anak, istri, anak tetangga, tetangga
Penokohan :
Saya : Digambarkan secara dramatik memiliki sifat jujur tetapi juga tidak memiliki pendirian yang kuat
"Maaf tidak bisa. Tidak mungkin sama sekali..."
"...Tak menolak dengan tegas, berarti saya sudah menerima. Ketidakmampuan saya untuk tidak segera menolak, karena kurang pengalaman..."
Penyuap : Penggambaran wataknya sangat jelas jika memiliki sifat licik
"Lalu dia mengulurkan sebuah cek kosong yang sudah ditandangani..."
Anak : memiliki sifat jahil dan rasa ingin tau tinggi seperti anak kecil lainnya
"...Tapi sebelum tertangkap. Anak itu mengubah tujuannya. Dia mengelak dan kemudian mengambil kedua amplop..."
Istri : penggambaran secara tersirat bahwa istri memiliki sifat jujur
"...Aku tidak mau abang memaksa diri menerima suap hanya untuk menyenangkan hatiku..."
Anak tetangga : Jujur, penurut, dan polos
"Seorang anak tetangga, teman main anak saya mangacungkan kedua amplop itu..."
"...baru dia suruh anaknya supaya menyerahkan kepada saya..."
Tetangga : penggambaran sifatnya yang licik membuat pembaca gemas
"...Dia temukan amplop itu, lalu gantikan isinya, baru dia suruh anaknya..."
Alur : Memiliki alur maju yang mudah dipahami dan seru tetapi memiliki bagian flashback "...Mungkin ketika anak saya lari-lari berkejar-kejatan dengan Ade, kedua amplop itu sudah direbut oleh tetangga. Setelah tahu isinya, mereka langsung ganti..."
Latar : Latar yang terjadi pada cerita ini adalah permukiman warga dengan ekonomi menengah ke bawah
Sudut pandang : Orang pertama pelaku utama sehingga memudahkan pembaca masuk ke dalam cerita
Amanat : bersikap jujur dan berani menolak hal yang salah serta memiliki pendirian yang teguh
Kebahasaan
Menggunakan bahasa sehari-hari sehingga mudah dipahami pembaca
Kelemahan
Banyak kosa kata yang tidak baku
Penggunaan kalimat kurang efektif
Terdapat kata-kata kasar
Simpulan
Kesimplannya, "Suap" layak untuk dibaca. Banyak pelajaran yang dapat di petik dari cerpen "Suap", terutama bagi para pejabat. Banyak pejabat yang melakukan segala cara untuk mendapatakan apa yang diinginkan serta berani menolak segala sesuatu yang salah dan bertentangan dengan hati nurani.
Sumber : https://sites.google.com/site/sastrawanindonesia/home/biografi-sastrwan-putu-wijaya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H