Digitalisasi saat ini membuat teknologi informasi dan media sosial menjadi tidak terpisahkan dengan kehidupan manusia. Perkembangan pesat teknologi memang memberikan banyak manfaat dan kemudahan bagi kita untuk mendapatkan informasi dan berinteraksi dengan orang di seluruh dunia. Namun, dibalik semua manfaatnya, teknologi di era modern dapat memunculkan fenomena baru yang bisa kita sebut dengan stress digital. Fenomena ini semakin umum terjadi di kalangan masyarakat, apalagi di kalangan generasi muda yang tumbuh dan besar dengan perangkat digital di tangan mereka.
Stress digital adalah sebuah kondisi dimana seseorang mengalami kelelahan secara mental yang bisa diakibatkan karena interaksi yang kurang sehat atau berlebihan dengan teknologi digital. Stres digital dapat terjadi ketika seorang individu sudah tidak mampu mengatasi tekanan yang berasal dari informasi atau interaksi sosial yang terjadi ketika mereka menggunakan teknologi digital. Fenomena ini lebih rentan terjadi di kalangan remaja dan dewasa awal karena mereka lebih mudah merasa memiliki tuntutan ekspektasi sosial yang harus dipenuhi.
Namun, yang saat ini menjadi sebuah kekhawatiran adalah pengaruhnya pada kehidupan seorang remaja. Dimana pada masa-masa ini mereka sedang dalam fase pencarian identitas dan lebih mudah merasa terbawa arus dan menerima informasi tanpa mengelolanya terlebih dahulu. Di era modern ini sudah sangat jarang kita dapat menemukan remaja yang tidak memiliki media sosial. Padahal pada platform inilah seorang remaja sering sekali ditemukan dengan standar sosial yang terkadang pun tidak benar-benar ada. Seorang remaja pun bisa terjebak dalam situasi yang sekarang sering kita sebut dengan ‘FOMO’ (Fear Of Missing Out), dimana mereka akan merasa khawatir jika tertinggal suatu informasi atau peristiwa yang penting jika mereka tidak selalu terhubung dengan dunia digital mereka.
Hal ini dapat berdampak pula pada kehidupan sosial seorang remaja dimana kebutuhan mereka untuk berinteraksi di dunia maya terasa lebih penting dibandingkan dengan berinteraksi secara langsung. Pada saat mereka sudah mulai merasa hal tersebut maka disitulah seorang remaja sudah rentan sekali bisa mengalami stress digital. Namun, perlu diperhatikan pula bahwa jumlah waktu yang kita habiskan bukan satu-satunya faktor yang bisa mempengaruhi seseorang mengalami stress digital. Cara masing-masing orang menerima sebuah informasi dan kepribadian mereka dalam mengatasi tekanan juga ikut memberikan pengaruh disini.
Stress digital dapat mempengaruhi pencapaian akademik seorang remaja. Dimana hal ini akan mengurangi produktivitas dan fokus mereka sehingga dapat menyebabkan penurunan pada pencapaian hasil akademik. Tidak hanya mental saja, fisik seorang remaja pun juga dapat terkena dampak negatif dari stres digital dimana mereka yang mengalami nya akan lebih mudah merasa kelelahan, mengalami masalah tidur, bahkan sesak nafas saat sedang merasa cemas.
Lalu apakah hal ini bisa hanya dibiarkan saja terus terjadi? Tentu tidak, perlu adanya kesadaran dalam diri seorang remaja itu sendiri dan orang-orang terdekat mereka untuk mencegah hal ini terus terjadi. Mengatasi hal ini dapat dimulai dengan diskusi terbuka dan edukasi mengenai penggunaan teknologi digital yang baik dan sehat. Perlu juga untuk kita menyisihkan waktu untuk beristirahat dari teknologi digital dan menghabiskan waktu untuk melakukan kegiatan yang tidak berhubungan dengan teknologi. Selain itu, dari diri kita sendiri juga perlu adanya kesadaran untuk bisa memahami kebutuhan kita dalam menggunakan teknologi agar tidak berlebihan dalam setiap penggunaannya.
Maka dari itu, disini kita dapat memahami bahwa stres digital memang dapat terjadi pada saat kita menggunakan teknologi digital. Remaja yang sedang dalam fase mencari identitas mereka menjadikan mereka mudah untuk menerima semua informasi yang ada. Tentunya hal ini menjadi sangat mengakhawatirkan, dan dapat mempengaruhi kehidupan mereka sehari-harinya. Dengan adanya kesadaran dan tindakan yang tepat tentunya stress digital di kalangan remaja dapat dicegah. Mari mulai saat ini kita tanamkan pemahaman tentang pentingnya kesehatan mental dan memastikan bahwa penggunaan teknologi adalah untuk meningkatkan kualitas hidup bukan merusaknya.
Sumber:
Cahyani, Utami, Siti, Rahayu. “FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRES DIGITAL PADA REMAJA DAN DEWASA AWAL: SEBUAH STUDI LITERATUR.” NUSANTARA: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, vol. 10, no. No. 7, 2023, pp. 3408-3413. http://jurnal.um-tapsel.ac.id/, http://jurnal.um-tapsel.ac.id/index.php/nusantara/article/view/12304/7439. Accessed 20 Desember 2024.
Emaniar, R., & Utami, R. H. (2023). Gambaran Stres Digital pada Remaja Awal. YASIN, 3(6), 1459–1463. https://doi.org/10.58578/yasin.v3i6.1891
Gambar: chatgpt
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H