Mohon tunggu...
Azizah Nur Azhari
Azizah Nur Azhari Mohon Tunggu... Mahasiswa - as a student | communication `20

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga | 20107030027

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Tetap Bertahan dengan Kearifan Lokal Sebuah Angkringan

29 Juni 2021   09:37 Diperbarui: 29 Juni 2021   12:18 1751
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
banner depan Angkringan Pa'Ong (dokpri) 

Lonjakan kasus positif Covid-19 memang menimbulkan kekhawatiran dari  berbagai kalangan, tidak terkecuali pada sektor usaha mikro, kecil, dan menengah, atau biasa dikenal dengan UMKM. Aturan pemerintah untuk melakukan PSBB menjadi faktor pemicu jual beli secara langsung mengalami kendala.

Penjarakan sosial yang diterapkan berdampak pada sepinya pembeli, hal ini tentu saja berpengaruh pada penurunan pendapatan. Omset yang terus menerus menurun ini juga berdampak pada pengurangan jumlah karyawan. Jika hal ini terjadi, tentu saya akan terasa sulit bagi seseorang untuk mendapatkan pekerjaan kembali di masa pandemi Covid-19.

Sulitnya mendapatkan pekerjaan kadang memaksa kita untuk berani mempertahankan apa yang sudah ada. Seperti halnya yang dialami Gunawan Efendi, seorang penjual angkringan di Yogyakarta. Gunawan Efendi atau yang kerap disapa akrab sebagai Mas Gondrong memilih tetap bertahan membuka angkringannya ditengah virus berbahaya Covid-19 yang sedang melanda.

Dikenal dengan nama Angkringan Pa'Ong yang diambil dari nama kakaknya, Ongki. "Kakak saya namanya Ongki." ucap Mas Gondrong, "Kan kakak saya udah punya anak satu, jadi dipanggil Pak Ong." lanjutnya.

Angkringan yang sudah berdiri sejak lama, tepatnya pada bulan Januari tahun 2015 ini tetap dijalaninya meskipun harus jatuh bangun melawan krisis ekonomi dimasa pandemi. Mas Gondrong mengaku bahwa awal pandemi Covid-19 ini hampir sama sekali tidak ada pembeli yang menjajakan jajanan di angkringannya.

"Lha mau bagaimana lagi, kita dateng jam 13:00 untuk prepare, makanan dateng itu sekitar  14:30, nanti ada pembeli baru jam 17:00 atau jam 18:00 sore. Belum lagi kena waktu PSBB suruh tutup dari mulai jam 21:00 terus ganti lagi jam 20:00 sampai  akhirnya jam 19:00. Ya, masa buka terus disuruh tutup lagi." ucap Mas Gondrong.

Angkringan yang normalnya buka dari jam 15:00 sampai jam 00:00 WIB ini memang sempat mengalami masa sulit disaat aturan pemerintah yang mewajibkan para membuka usaha untuk menutup usahanya lebih awal. Bahkan beberapa usaha pun ada yang harus ditutup sementara karena pandemi Covid-19.

"Alhamdulillah nggak pernah tutup, tapi ya itu, kena dampaknya sampai gaada yang beli, kalo ada pun juga cuma take away." ucap Mas Gondrong.  

Selain itu, dampak pandemi Covid-19 juga berpengaruh pada naiknya harga bahan baku di pasaran. Hal ini tentunya memicu kenaikan harga makanan yang dijual di angkringan. "Kami menyiasati dengan sedikit menaikan harga makanan, enggak banyak-banyak, biar nggak kaget pembelinya, karena inikan jalan kecil, nggak kayak di Malioboro yang wisatawan banyak dari orang luar." ucap Mas Gondrong.

Namun, hal ini tidak mematahkan semangat Mas Gondrong untuk tetap membuka angkringannya agar dapat menenuhi kebutuhan sehari-hari, apalagi di masa pandemi. Angkringan yang awalnya merupakan usaha tambal ban dan bensin milik orang tuanya ini tetap ia syukuri.

"Dulu ibu saya, udah lama sih,  dari tahun 70-an nambal ban sama jualan bensin di trotoar ini, terus ganti ke angkringan." ucap Mas Gondrong. Awal mula usaha tambah ban ini berganti menjadi angkringan dikarenakan dari istri kakaknya (istri Ongki) berhenti dari pekerjaannya, yang kemudian tidak betah di jika harus di rumah saja, maka dari itu muncul ide untuk membuka angkringan.  

Berawal dari kejenuhan istri karena berhenti dari pekerjaan membuat angkringan Pa' Ong ini laris diminati masyarakat lokal bahkan turis mancanegara. Dengan menjajakan berbagai panganan khas kaki lima seperti nasi kucing tentu memiliki daya tarik tersendiri, tidak heran jika banyak turis berdatangan.

foto bersama Mas Gondrong (dokpri)
foto bersama Mas Gondrong (dokpri)

Angkringan yang berada di Jalan Bintaran Wetan, Wirogunan, Pakualaman ini meski terlihat sederhana, namun tak kalah dengan cita rasa bintang lima. Tidak hanya kawula muda saja yang memadati angkringan ini, bahkan orang dewasa hingga lanjut usia pun ikut kecanduan untuk menjajakan makanan yang disediakan.

Tidak perlu khawatir, angkringan ini menyediakan tempat yang cukup luas dan cocok untuk keluarga. Ditambah lagi dengan suasana syahdu khas Kota Jogja yang ikut serta mendukung kamu untuk berlama-lama di angkringan ini.

Biasanya, angkringan ini mulai ramai dikunjungi orang dewasa ketika jam pulang kerja, sekitar pukul 17:00 WIB. Menjelang malam, banyak kawula muda yang mulai memadati tempat ini, entah untuk nongkrong sambil ngopi atau sekedar bercanda gurau bersama teman saja.

beragam jenis sate-satean (dokpri)
beragam jenis sate-satean (dokpri)

Alasan mengapa angkringan ini banyak diminati anak muda karena makanan dan minuman yang disajikan cukup murah dan terjangkau untuk kantong pelajar dan mahasiswa. Bagaimana tidak, untuk dapat menyantap berbagai jenis sate-satean dibandrol mulai dengan harga Rp.2000 saja per tusuknya. Jangan khawatir dengan menu sate yang itu-itu saja.

Di angkringan ini menyediakan berbagai macam sate seperti, sate telur ikan, sate ayam, sate telur puyuh, sate bakso, sate sempol ayam, sate jamur, sate usus, dan berbagai jenis sate lainnya.

aneka nasi kucing yang disediakan (dokpri)
aneka nasi kucing yang disediakan (dokpri)

Tidak hanya itu, beragam nasi kucing juga disediakan dengan harga yang murah meriah tentunya. Mulai dari harga Rp. 2000, kalian sudah bisa menyatap satu bungkus nasi kucing. Berbagai isian dari nasi kucing juga tersedia di angkringan ini seperti, nasi oseng tempe, nasi sambal teri, nasi oseng teri, nasi sambel belut, nasi oseng so'un, nasi sambel pindang, nasi oseng kikil, dan berbagai macam nasi lainnya.

Sementara untuk gorengan, di angkringan ini dibandrol mulai dengan harga Rp. 1000 saja, tentunya harga ini sangat terjangkau untuk pelajar dan mahasiswa. Jika kalian mencari menu termahal, cobalah dengan memesan anake jenis perkopian di angringan ini.

Di angkringan ini kopi berkisar Rp.10.000 an untuk satu cangkirnya. Jika kalian bukan salah satu orang yang dapat merasakan nikmatnya secangkir kopi, cobalah untuk memesan minuman signature yang disediakan di angkringan ini.

Misalnya, jahe sereh, teh khas Yogyakarta, wedang jeruk, lemon sereh, wedang asem susu jahe, susu tape atau pun minuman sachet lainnya. Salah satu minuman unik di angkringan itu yaitu, Klisikan, minuman dengan perpaduan rempah-rempah termasuk jahe dan serah yang dicampur dengan gula batu dan susu kental manis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun