Beralih ke dunia fashion, tren Tie Dye kembali menjadi sorotan di tengah karantina pandemi Covid-19.
Tren Tie Dye yang diaplikasikan dalam baju yang dikenakan sehari-hari ini sebenarnya bukan hal baru di industri fashion. Tren ini pernah terjadi pada beberapa tahun lalu. Awalnya tren Tie Dye ini merupakan simbol perlawanan di Amerika Serikat.
Kayla Marci, analisis pasar di perusahaan analisis data ritel Edited mengungkapkan Tie Dye menonjol di Barat selama gerakan perlawanan budaya pada 1960-an dan 1970-an.
Pada era 70-an, ia melihat perubahan politik dan budaya. Kondisi demikian kurang lebih mirip dengan kondisi saat ini sehingga ada kebangkitan tren.
"Fashion yang bersifat nostalgia bisa digunakan sebagai bentuk pelarian karena konsumen menghadapi masalah global termasuk pandemi, resesi dan kerusuhan sipil," kata Marci (dikutip dari South China Morning Post).
Biasanya motif Tie Dye banyak ditemui di toko-toko baju di pinggir pantai. Selain menarik, motif Tie Dye juga mampu memberikan kesan nyaman, santai, dan keren.
Cukup mudah dan sederhana, membuat kaos berpola Tie Dye dapat dilakukan dengan mempersiapkan bahan seperti kaos polos berwarna putih, karet, dan berbagai pewarna pakaian.
Kemudian, pola dapat dikreasikan dengan mengikat kaos dengan berbagai teknik, lalu dicelupkan atau ditetesi pewarna pakaian, setelah itu hanya tinggal menunggu bahan kaos mengering.
Pada masa pandemi, motif Tie Dye tidak hanya dibuat untuk pakaian saja, banyak dari masyarakat yang memanfaatkan motif Tie Dye untuk diaplikasikan pada masker.
5. Tren Sepeda di tengah Pandemi