Mohon tunggu...
Azizah
Azizah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Penyuka twitter

Selanjutnya

Tutup

Diary

"Trobos Ajalah, Anjing!" adalah Prinsip Hidup yang Paling Apik

17 Februari 2021   08:36 Diperbarui: 17 Februari 2021   08:49 830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Anak twitter pasti udah nggak asing lagi sama kalimat "trobos ajalah, anjing!" Namun, saya tidak tahu persis bagaimana asal-usul kalimat "trobos ajalah, anjing!". Yang jelas kalimat tersebut selalu saja muncul dalam kolom reply terutama di akun para seleb twit.

Saking seringnya saya melihat kalimat tersebut di akun twitter (maklum, anak twitter holic soalnya) sempat ingin saya jadikan di motto skripsi saya. Namun, karena tuntutan di panduan skripsi di kampus saya mengaharuskan motto dan tema penelitian harus sinkron, akhirnya saya urungkan niat itu.

Lagi pula, mana mungkin saya menggunakan kalimat tersebut untuk dijadikan motto dalam penelitian saya? Jelas tidak mungkinlah. Apalagi saya kuliah di Institut Islam. Kecuali kalau memang saya tidak mau lulus dalam ujian munaqosah (sidang skripsi).

Walaupun kalimat "trobos ajalah, anjing!" tidak dapat ditulis dalam penelitian saya, namun paling tidak kalimat ini bisa saya jadikan prinsip hidup saya. Dan memang benar, ketika saya menerapkan prinsip tersebut saya merasa bangga dan menang melawan diri saya sendiri.

Singkat cerita, saat dua tahun silam saya mengalami kecelakaan parah. Saat itu, saya akan menyalip truk dari sisi kiri. Namun, karena ruang untuk menyalip tidak cukup untuk saya lewati bersama motor Supra 125, akhirnya saya memutuskan untuk ngerem mendadak dan berakhir tangan saya kelindas truk. Saat itu, darah di tangan kanan dan air mata saya langsung mengalir. Dengan terjadinya peristiwa itu, yang ada di benak saya adalah saya tidak lagi bisa melakukan aktivitas seperti biasanya.

Namun, berkat keluarga, Jasa Raharja, dan Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang pastinya juga ada campur tangan Tuhan, akhirnya tangan saya bisa sembuh walaupun tak bisa kembali normal seperti dahulu. Tetapi, saya tetap bersyukur akhirnya saya bisa melakukan aktivitas seperti sedia kala.

Setelah mengalami masa-masa tersebut, ternyata masalah baru pun muncul yaitu takut untuk mengendarai motor sekalipun itu di jalanan pedesaan. Namun, saat bersamaan saya juga berpikir, mau sampai kapan saya terkukung dalam takut? Kalau seperti ini terus saya akan terus merepotkan orang lain. Minta diantar jemputlah dan tidak bisa pergi kemana pun sesuka hati.

Akhirnya, saya beranikan diri dan mulai menerapkan prinsip "trobos ajalah, anjing!" Awal mula mengendarai motor sejak kecelakaan, ketika saya menjemput adik saya di Taman Pendidikan Al Quran (TPQ). Saat itu, menaiki motor dengan sangat pelan. Adik saya pun juga sebenarnya takut. Namun, saya yakinan dia sambil meyakinkan diri juga bahwa jangan takut untuk mengendari motor.

Setelah sampai rumah, hati saya sangat lega. Ternyata saya bisa melawan rasa takut. Dan mulai saat itu pula saya sering menggunakan motor walaupun hanya ke warung terdekat. Tujuan saya adalah untuk kembali latihan mengendarai motor sejak kecelakaan dan melawan rasa takut. Hingga sampai sekarang saya sudah bisa bolak-balik Pemalang-Pekalongan dengan mengendarai motor dan mencari uang dengan kendaraan favorit orang Indonesia.

Prinsip "trobos ajalah, anjing!" juga saya sebarkan ke teman saya. Saat itu, saya memberi info ada lowongan kerja di dekat tempat tinggal dia. Namun, dia ragu untuk melamar kerja di tempat tersebut karena dengan waktu yang bersamaan, dia akan melakukan sidang skripsi dan tidak berpengalaman di bidangnya. Padahal, kualifikasi tempat kerjanya mencantumkan harus berpengalaman di bidangnya. Ketika dia mengatakan tersebut, saya langsung bilang, "trobos ajalah, anjing!"

Dan benar saja, teman saya keterima di tempat kerja tersebut. Walaupun pekerjaan tersebut tidak menggunakan ijazah kuliah, namun setidaknya dia mendapat penghasilan hasil jerih payah sendiri. Maklum, sebelum bekerja dia selalu sambat dengan keuangannya.

Dari kedua peristiwa tersebut, dapat saya simpulkan bahwa kalimat kasar tak melulu bermakna negatif. Kalimat kasar justru bisa sebagai jalan untuk melawan diri kita sendiri. Bahkan, ada yang mengatakan bahwa level pertemanan seseorang dapat dikatakan high class ketika kata atau kalimat kasar terlontar dari mulut, namun mereka tidak marah.

Nah, bagi kamu yang masih takut dan ragu dalam melangkah lebih jauh, ada baiknya kamu menggunakan prinsip "trobos ajalah, anjing!" Selagi hal tersebut adalah masih dalam koridor baik, maka tidak ada salahnya menerapkan prinsip tersebut. Justru, jika kamu tidak menggunakan prinsip itu, bisa jadi rasa penasaran hingga rasa penyesalan akan terus menghantuimu.

Jadi, marilah gunakan prinsip "trobos ajalah, anjing!"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun