Mohon tunggu...
Azizah
Azizah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Penyuka twitter

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kamu Sebenarnya Siapa?

15 Juni 2020   08:44 Diperbarui: 15 Juni 2020   08:50 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Terik matahari tak menghalangi Rosa mengendarai motornya ke kampus biru untuk mengisi acara seminar yang bertajuk "Agama Kita adalah Agama Kemanusiaan." Jarak dari rumah kecil yang ia beli tempo hari menuju ke kampus tersebut pun terbilang lumayan jauh. Butuh waktu setidaknya 45 menit agar sampai ke tempat tujuan.

Rosa memang sengaja tidak menerima tawaran dari pihak penyelenggara untuk tidur di hotel satu malam dan dijemput menggunakan mobil saat acara akan dimulai. Ia lebih memilih menghabiskan malam bersama suaminya dan anjing kecilnya yang imut. Menurutnya, ini lebih mengasyikkan dibanding harus tidur di hotel sendirian.

Rosa memang kerap dipanggil ke sana ke mari untuk mengisi seminar, gelar wicara, bahkan sekolah jurnalistik. Tahun lalu ia bahkan menghabiskan setengah tahunnya hanya untuk menjadi pemateri untuk acara-acara tersebut. Ia bahkan berani resign dari kantor pemberitaan di sebuah media daring hanya untuk memenuhi acara-acara tersebut. Tak hanya itu, ia juga disibukkan menulis buku dan esai tentang HAM di media daring.

Sesampainya di sana, Rosa langsung menuju lahan parkir. Ketika ia sedang mengunci motornya, tiba-tiba ia langsung disapa dua perempuan dari panitia acara seminar tersebut. Ia langsung diantar menuju tempat transit sambil menunggu pukul 10.00, waktu seminar dimulai.

Sesampainya di sana, Rosa langsung bersalaman dengan reporter laki-laki, Andi Nuriman dari sebuah majalah ternama yang sama-sama akan mengisi acara tersebut. Di tempat itu, mereka asyik berdiskusi dan bercanda sambil disungguhkan cemilan ringan yang ada di meja coklat itu. Dalam perbincangan tersebut, Rosa tak merasa ada sekat dengan Andi yang lebih senior darinya. Bahkan ia merasa enjoy.

Pukul 10.00 tiba, saatnya mereka langsung menuju tempat seminar yang sudah dihadiri puluhan peserta. Setelah acara pembukaan selesai, kini saatnya tiba untuk para pengisi acara memaparkan gagasannya di depan puluhan orang yang hadir.

Tiga puluh menit telah dilalui Andi, untuk memberikan gagasannya mengenai tema yang diusung oleh para panitia. Salah satu yang ia bicarakan adalah seorang kawan karibnya yang memilih tak beragama. Menurut Andi, ini adalah pilihan yang sulit. Apalagi saat ini temannya belum bertemu lagi dengan keluarganya yang terkenal dengan kesalehannya karena pilihan hidupnya.

Walaupun demikian teman Andi tetap bersemangat dalam menggapai mimpinya. Kini, ia sedang menjalani kuliah magisternya di Kanada. Selain itu, di sana ia juga ikut mengurus rumah anak yatim piatu bersama kawan-kawannya.

Pernyataan Andi pun dapat respon positif dari para peserta dan juga Rosa. Rosa juga menanggapi jika pilihan hidup seseorang tak dapat diganggu gugat selagi tidak mengganggu orang lain. Sebagai manusia, kita tetap harus merangkul minoritas agar hidup ini tak perlu lagi mempermasalahkan mengenai identitas.

Seperti misalnya, kita memiliki kulit putih, hitam, coklat, dan kuning. Yang menentukan warna kulit tersebut adalah Tuhan. Kita hanya bisa merawat dan menerima. Maka dari itu, kita tidak perlu mengejek ciptaan Tuhan. Bukankah, Tuhan menciptakan berbagai corak agar kita saling mengenal?

***

120 menit sudah waktu dihabiskan untuk acara tersebut. Setelah diberi bingkisan dari panitia, Rosa tiba-tiba dihampiri Mei dan Lala, teman kala SMA yang kebetulan menjadi peserta acara seminar tersebut. Di tengah kegembiraan pertemuan tersebut, Mei mengajak teman-temannya untuk makan siang di sebuah warteg yang tak jauh dari kampus biru itu.

Sesampainya di warteg, mereka terus melontarkan gurauan karena obrolannya tentang tingkah laku mereka dan teman-temannya semasa SMA. Bahkan, Lala sampai mengeluarkan air mata karena saking lucunya.

Di tengah-tengah candaan mereka, tiba-tiba smartphone Mei bergetar. Mei langsung keluar dan bergegas untuk mengangkat telepon. Selesai berbicara dengan lawan bicaranya di telepon, Mei langsung bercerita dengan teman-temannya.

"Aku seneng banget, akhirnya besok aku interview di stasiun teve lokal, setelah tiga bulan cuma di rumah doang. Barusan aku ditelepon," ujar Mei sambil tersenyum lebar.

"Wah, aku ikut seneng ya Mei, semoga nanti lancar dan kamu bisa kerja di sana," ucap Lala.

"Jadi, nanti kamu di sana kerja jadi apa Mei?" tanya Rosa.

"Aku sih nglamarnya jadi presenter di sebuah acara kuliner gitu. Kebetulan emang akhir-akhir ini aku sering nulis soal kuliner dan ngevlog juga di youtube," jawab Mei

"Aku nggak yakin deh, kalau kamu nanti bisa kerja di sana. Secara kamu tuh kurang good looking, kulit kamu juga hitam, rambut kamu juga kaya kurang tertata gitu. Kamu pantasnya tuh di belakang kamera aja, lagi pula kamu kan jago editing video," papar Rosa

"Aku nggak nyangka kamu bisa berpikiran seperti itu. Kenapa kamu masih melanggengkan stereotipe seorang presenter? Terus, kalau misalkan aku berkulit hitam, aku nggak berhak tampil di teve? Nggak nyangka aku, kamu masih berpikir seperti itu di samping kamu sering diundang ke sana kemari," timpal Mei dengan raut wajah masam tanda tak percaya dengan pernyataan Rosa.

"Jadi, kalau sudah seperti ini, kamu tuh sebenarnya siapa? Rosa seorang penulis HAM atau Rosa yang cuma cari cuan dengan dalih jadi penulis HAM? Nggak pantes kamu diundang lagi, punya double standar gitu," lanjut Rosa dengan nada yang agak keras dan lanjut mengambil tas lalu pergi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun