Mohon tunggu...
Azizah
Azizah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Penyuka twitter

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pelangi Bukanlah Pemicu Cederanya Indonesia

5 Mei 2020   08:15 Diperbarui: 5 Mei 2020   08:12 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang berani bilang jika pelangi tak memiliki estetika? Warnanya yang beragam mulai dari merah, jingga, kuning, hingga ungu adalah salah satu faktor yang menjadikan pelangi nikmat jika dipandang. Pelangi ternyata tak hanya dimiliki oleh angkasa, di darat pun ada yang memilikinya.

Adalah Indonesia yang memiliki pelangi yang tak kalah indah jika dipandang. Misalnya di Pulau Kalimatan Timur yang memiliki Suku Dayak, di Pulau Sulawesi memiliki Suku Bugis, dan Pulau Jawa memiliki Suku Jawa dan Suku Betawi. Dari segi keyakinan, Indonesia pun memiliki berbagai agama mulai dari Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Buddha, Kong Hu Chu dan kepercayaan lainnya.

Tak hanya suku dan agama, dari segi ras pun demikian. Misalnya Pulau Papua yang memiliki ras kulit hitam dan rambut keriting serta ras kulit sawo matang dan rambut lurus yang dimiliki oleh Pulau Jawa.

Negara yang diapit oleh dua samudra yaitu Samudra Pasifik dan Samudra Hindia juga memiliki berbagai keturunan dari luar daerah Indonesia. Misalnya keturunan bangsa Tionghoa, bangsa Arab, dan bangsa India yang tersebar luas di bumi pertiwi.

Budaya Indonesia juga tak kalah melimpah coraknya, seperti budaya di Pulau Jawa tepatnya Jawa Tengah yang memiliki rumah adat yaitu rumah adat Joglo, lalu budaya di Pulau Sumatera Utara yang memiliki rumah adat Jabu Balon, dan di Pulau Sulawesi tepatnya di Sulawesi Barat yang juga memiliki rumah adat yaitu rumah adat Boyang.

Lantas, apakah dengan adanya pelangi yang telah dijelaskan sebelumnya menjadikan Indonesia cedera? Jika pelangi di angkasa saja tak pernah disebut cedera walaupun hanya muncul sesaat, mengapa pelangi Indonesia dijadikan alasan cederanya bumi pertiwi padahal keberadaanya tak mudah hilang?

Untuk membangun pondasi negara ini, tak perlu mempermasalahan adanya pelangi Indonesia. Adanya pelangi tersebut harusnya dijadikan identitas bahkan kebanggaan negara ini. Hal tersebut telah dicontohkan oleh atlet andalan kita yaitu Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.

Owi/Butet, sapaan akrabnya telah mencetak berbagai pertandingan kelas dunia mulai dari menjuarai Indonesia Open pada tahun 2017-2018, menjuarai All England yang merupakan turnamen bulutangkis tertua di dunia yaitu pada tahun 2013-2015, menjadi Juara Dunia pada tahun 2013 dan 2017, hingga meraih medali emas Olimpiade Rio de Janeiro, Brazil pada tahun 2016, dan masih banyak lagi.

Medali emas Olimpiade Rio de Janeiro adalah sebuah kebanggaan tersendiri di tengah terpuruknya prestasi olahraga Indonesia dan adanya manusia bangsa ini yang mempermasalahkan pelangi Indonesia. Selain itu, medali emas Olimpiade tersebut diraih bertepatan pada Hari Kemerdekaan Indonesia yang jatuh pada tanggal 17 Agustus.

Dari latar belakang yang ditunjukan Owi/Butet adalah bukanlah sebuah problematik yang harus diselesaikan. Ketika Owi/Butet berlatih bersama dan mematuhi perintah pelatih serta membangun strategi untuk menumbangkan lawannya, apakah dalam proses tersebut mereka mempermasalahkan perbedaan yang ada di dalam diri mereka masing-masing?

Ya, Owi/Butet memiliki berbagai perbedaan seperti Owi yang memeluk agama Islam, Butet yang memeluk agama Kristiani, Owi yang berasal dari Suku Jawa, Butet yang berasal dari keturunan Tiongkok, hingga Butet yang memiliki warna kulit putih dan Owi yang memiliki kulit sawo matang.

Jika mereka mempermasalahkan hal-hal demikian, maka tak sampailah mereka membuat kita jatuh cinta berkali-kali akan prestasinya. Dengan demikian, Owi/Butet adalah contoh yang harus diteladani bahwa pelangi Indonesia bukanlah masalah yang harus diselesaikan, melainkan kekuatan untuk menyatukan bangsa yang membuat kita jatuh hati.

Jika negeri kita ingin lebih maju, maka, kita tak perlu mempermasalahkan suku, ras, agama, kepercayaan dan lain sebagainya. Biarlah kita menjalankan peran tersebut. Toh, Tuhan memang sengaja menciptakan berbagai macam corak agar kita bisa saling mengenal satu sama lain.

Tim KKN DR 48 IAIN Pekalongan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun