Mohon tunggu...
aziz ahlaf
aziz ahlaf Mohon Tunggu... Editor - kita hanya berbeda acara dalam menggapai ridho tuhan

setiap kita punya cara unik dalam mengumpulkan pundi-pundi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tips Ghina Menghafal Al Quran

17 Oktober 2021   03:02 Diperbarui: 17 Oktober 2021   04:03 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ponpes hidayatul quran cirebon

Diluar waktu yang dijadwalkaan oleh pembimbing hafalan, cara lain yang dilakukan dalam murojaah pun terbilang sangat unik, sambil mencuci baju, sambil tiduran, sambil santai di taman atau halaman pesantren, bahkan sambil nongkrong di bibir sawah bagi yang kebetulan lokasi pesantren berdekatan dengan area persawahan, di emperan kolam, di perkebunan. Mereka selalu mencari dan menemukan lokasi yang dianggap santai atau nyaman untuk murojaah.

Tidur jam 11 siang merupakan subyetifitas, beda dengan muroja'ah merupakan hal wajib yang harus dilakukan para hufadz untuk mempertahankan hafalannya, hanya setiap individu melakukan cara unik sesuai kenyamanan masing-masing.

Terpisah, Beberapa bulan setelah pulang dari pesantren pada tahun 2004 ditinggal pergi ayahnya menghadap sang ilahi, Ghina belum juga terbesit menekuni hafalan Al Quran padahal telah miliki bekal menghafal 5 juz selama tinggal di Pesantren Pandanaran Yogyakarta.

Selesai dari pandanaran, berlanjut ke pesantren lokal yang ada di Kabupaten Cirebon, mengikuti kegiatan sebagaimana santri pada umumnya, lulus dari pesantren tersebut hafalan bertambah 5 juz.

Pulang ke rumah telah berbekal hafalan 10 juz, berlanjut menjalani akfititas rumahan sebagaimana umumnya masyarakat biasa, bertambah lagi 3 juz. Total telah menghafal 13 juz, hidup melanglang buana hingga ke pulau maluku daerah tual selama beberapa bulan, belum juga terbesit menjadi hufadz.

Di usianya yang ke 24 tahun, terbangun dari lamunan untuk menekuni menghafal Al Quran. Yang uniknya adalah, keseriusan niat tersebut justru ketika sedang berada di dalam kamar kecil.

Tepatnya awal 2009, mulai meluruskan niat untuk mengkhususkan waktu dan target menghafal 30 juz Al Quran. Di usianya yang tergolong tidak lagi produktif karena sudah pernah bercampur dengan hiruk pikuk kehidupan sosial luas, atas restu ibunda tercinta, Ghina melanjutkan ke salah satu pesantren di Kabupaten Cirebon, meski harus dimulai lagi dari nol, bukan meneruskan hafalan dari juz ke 14. Berpegang pada "sam'an wa tho'atan" (dengarkan dan taati) yang merupakan pengabdian kepada yang guru, ghina mengikuti apa yang diperintahkan sang guru.

Hingga pada akhirnya, pertengahan 2010 telah selesai menghafal 30 juz Al Quran. Bi barokatil quranil adzim (atas keberkahan Al Quran yang agung). Merupakan anak sulung dari 4 bersaudara, ditinggal ayahnya, seorang ibunda menjadi single parent bekerja di salah satu rumah sakit swasta sebagai pegawai biasa, tidak mematahkan semangat Ghina menjadi seorang hufadz.

Pelajaran yang dapat diambil

  • Datangnya niat mulia tidak pandang tempat, siapa sangka ketika di dalam kamar kecil justru terlahir niat agung untuk menghafal 30 juz Al Quran
  • Terkadang niat mulia datang terlambat, ketekunan dapat mengubah kata terlambat menjadi terdepan membuka masa depan
  • Menjadi hufadz tidak harus mahal secara finansial, terkadang mahalnya pengalaman menjadi pembuka hafalan Al Quran
  • Tidur disaat yang tepat dapat menjadi kekuatan dahsyat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun