Mohon tunggu...
aziz ahlaf
aziz ahlaf Mohon Tunggu... Editor - kita hanya berbeda acara dalam menggapai ridho tuhan

setiap kita punya cara unik dalam mengumpulkan pundi-pundi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bagaimana Jika Beneran Lockdown?

22 Maret 2020   19:46 Diperbarui: 22 Maret 2020   20:00 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi jika lockdown//dokpri

mati itu pasti, manusia hanyalah makhluk ciptaan. setiap yang diciptakan sudah tentu pasti binasa. hanya waktu dan cara yang tidak dapat dipastikan, itu wilayah tuhan.

Apa yang mesti ditafakuri?

Bahwa makhluk zombie supernini virus corona yang tidak kasat mata dan tidak berakal, namun dapat membuat manusia yang berakal justru dibuat panik gelisak cemas takut. Tidak kah berfikir betapa hinanya manusia atas virus corona dari sisi anatomi?, lantas apa masih juga mempertahankan ego dan kesombongannya?.

Virus corona tidak punya mobil tidak punya hp, sayap, mobil, pesawat, jabatan, pangkat, namun mereka dapat bergerak bebas, seolah mampu terbang mondar mandir kesana kemari secepat pesawat Mig 31 saat mengejar pesawat SR 71, hingga mampu membuat manusia yang konon punya fasilitas otak super jenius namun dibuat kalang kabut oleh makhluk hina seperti covid-19.

2. syukuri

waduh.. sedang wabah virus corona kok malah disyukuri ya?, ya iya lah, itu artinya kita masih diberi hidup jika mengalami kondisi lockdown. Sesimpel itu kah? Iya. Hidup itu sudah banyak kerumitan, tidak perlu lagi ditambah kerumitan berikutnya. Lockdown emang kondisi sangat tidak diharapkan.

Antisipasi itu perlu, agar punya kesiapan terhadap kondisi terburuk yang tidak diinginkan. Setidaknya secara mental masih punya kemampuan berfikir positif dan fokus pada solusi.

Hal lain yang patut disyukuri adalah tidak terjadi pemutusan saluran listrik dan jaringan seluler. Entah apa jadinya kehidupan saat ini, jika saluran listrik dan jaringan selular juga di stop oleh tuhan dengan cara-NYA secara mendadak tanpa ada kesiapan sebelumnya?. 

Tapi kan ini lagi momennya wabah corona, loh kok merambat ke listri dan jaringan seluler sih?. Iya bener, emang enggak nyambung sih, ini hanyalah sebagai bahan agar rasa syukur kita atas wabah corona namun masih diberikan nikmat lain berupa pasokan listrik dan jaringan seluler.

Meski sedang dilanda wabah corona, bukan berarti kita abaikan rasa syukur, itu intinya. Bayangkan, rumah gelap gulita, kulkas tumbang, ac modyar, lampu merah tak jelas arah, laptop bangkar, hp tak berfungsi karena kehabisan energi batere, aktifitas lumpuh total, belum lagi yang di rumah sakit dalam kondisi tanpa listrik, ruang IGD, sedang menjalani operasi, infufan pasien, penangan pasien virus corona bisa makin parah. Itu misal listrik di stop oleh tuhan secara mendadak.

Andai di tambah lagi dengan diberhentikan pula jaringan seluler?, wow... mungkin hanya kata "kiamat" yang pantas untuk diucapkan. Komunikasi terputus, koordinasi berantakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun