Begitulah sebagaimana kita saksikan sebelum pandemi sebuah taman di lereng gunung Merapi menjadi lokasi selfie atau berswafoto. Kini berubah total menjadi kebun cabai. Tentu saja ada berjuta harapan dari empunya lahan akan hasil panen yang lebih baik untuk menopang ekonomi keluarga yang terpuruk akibat pandemi.
Sebagai hamba yang beriman sudah seharusnya kita menimba pelajaran dari kondisi ini. Lautan hikmah yang terbentang luas sudah selayaknya kita petik. Antara lain:
1. Tidak putus asa dari rahmat Allah
Putus asa bukanlah sifat orang yang beriman. Karena menganggap tidak ada lagi harapan baginya. Padahal ada Allah Sang Maha Pengasih.
 "......janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS Az zumar [39]: 53)
2. Allah tidak akan membebani hamba-Nya kecuali menurut kemampuannya
Dalam berbagai ayat, meski dengan redaksi yang berbeda namun sangat jelas bagi kita bahwa Allah sudah mengukur kemampuan kita selaku hamba yang lemah, "......Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan". (QS. At talaq [65]:7)
3. Penuh harap disertai instrospeksi dan wawas diri
Sikap ini mengajarkan kita untuk tidak menimpakan kesalahan kepada orang lain, apalagi kepada Allah. Pantang  berprasangka buruk (su'udhan) kepada Allah meski doa yang setiap saat kita panjatkan belum juga dikabulkan. Berusaha mengevaluasi diri kalau-kalau perjuangan dan doa yang dilakukan belum optimal. Karena Allah mengetahui mana yang terbaik untuk kita.
"......Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui". (QS Al Baqarah [2]: 216)
4. Setiap kesulitan pasti ada kemudahan