Mohon tunggu...
Azizah Herawati
Azizah Herawati Mohon Tunggu... Penulis - Penyuluh

Pembelajar yang 'sok tangguh'

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Toleransi Tanpa Basa-Basi

3 Januari 2021   13:43 Diperbarui: 3 Januari 2021   13:56 1100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lantas, bagaimana ketika  terjadi perbedaan hari raya? Hemm, no problemo. Usai melaksanakan Sholat Id, tidak ada saling kunjung pada Idul Fitri pertama. Menunggu sampai besok semua berhari raya. Potret hidup damai dalam toleransi yang sudah semakin langka. Praktek toleransi ini menjadi semakin lengkap ketika perayaan malam tirakatan 17 Agustus (di luar pandemi covid 19) digelar nonton bareng film fenomenal tentang sejarah dua organisasi Islam terbesar negeri ini. Film "Sang Pencerah"  yang berkisah tentang Kyai Ahmad Dahlan ketika mendirikan organisasi Muhammadiyah dan "Sang Kyai" yang mengangkat potret Kyai Hasyim Asy'ari ketika mendirikan Nahdatul Ulama.

Pelajaran langka yang sangat berharga. Bagaimana kita siap dan mampu tetap berdiri di tengah perbedaan. Semua punya prinsip, semua punya dasar. "Lana a'maluna wa lakum a'malukum." Bagimu amalanku dan bagimu amalanku.

Moment Hari Amal Bakti (HAB) Kementerian Agama tahun ini sudah seharusnya menjadi momen muhasabah bagi kita. Sebagai bagian dari pemerintah, sudah saatnya Kementerian Agama harus berada di garda terdepan dalam menyemai kerukunan intern umat beragama dan antar umat beragama. Bergandengan erat, menggenggam kuat, saling mengokohkan di bawah bingkai kebhinekaan.

Memperingati HAB di tengah pandemi yang belum juga berujung, jauh dari hingar bingar perayaan sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, mengajak kita untuk merenung. Apa yang sudah kita perbuat untuk umat? Sudahkah semua merasa terayomi? Hidup damai dan saling mengisi. Saling asah, asih dan asuh. Jangan lagi ada dusta di antara kita. Saatnya meluruskan arti toleransi yang sesungguhnya. Toleransi yang saling menghormati, saling menghargai, tanpa harus mencampuri. Ya, toleransi tanpa basa basi.

Saya jadi teringat tulisan salah satu sahabat baik saya di wall facebooknya,"Toleransi itu ibarat saya menyukai teh dan anda penyuka kopi. Kita nikmati bersama sambil ngobrol dan ngudap ubi rebus. Tak perlu saya tuang teh ke kopi anda, ataupun sebaliknya. Karena justru akan mengacaukan rasa. Yuk, sruput  masing-masing. Anda menyruput kopi anda dan sayapun menikmati secangkir teh kesukaan saya." Begitu nikmat bukan?

grid.id
grid.id
Dirgahayu Hari Amal Bakti Kementerian Agama Republik Indonesia ke-75. Indonesia Rukun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun