Saya jadi teringat waktu Hari Ibu tahun lalu. Anak kedua saya memang ekspresif. Selalu saja ada kejutan istimewa yang tak terduga di hari istimewa itu. Nah, persembahannya untuk saya saat itu adalah selembar kertas berisi gambar perempuan berhijab dengan ucapan Selamat Hari Ibu dalam bahasa Inggris.
Gambar perempuan berhijab itu dikelilingi gambar-gambar lucu dengan keterangan di bawahnya. Gambar dan tulisan yang membuat saya makjleb, tersenyum, terharu, tersanjung atau malah geli sendiri. Tak peduli itu sebuah bentuk apresiasi, penilaian, dugaan, kesimpulan, atau bisa jadi sebuah bentuk protes. Yang jelas, saya sangat menyukainya.
Gambar pertama di sisi kanan atas adalah gambar topi chef bertuliskan koki. Gambaran rekaman yang sangat jelas bahwa di matanya saya adalah sosok koki yang selalu menyempatkan diri untuk memasak, meskipun dia tahu saya sangat sibuk.
Baginya masakan saya adalah istimewa. Meski tidak seenak dan seistimewa masakan chef Juna, tapi saya merasakan bahwa masakan saya selalu dinanti.
Di bawah gambar topi koki ada gambar radio dengan tulisan penyiar radio. Kesimpulan ala anak yang bagi saya sangat simple. Munculnya rekaman ini tidak lain karena dia sering mendengar suara saya di radio. Bahkan sesekali saya ajak main ke radio bersama adiknya.
Padahal sejatinya, saya bukanlah penyiar, tapi pengisi acara sebuah kajian rutin rohani Islam. Itulah kesimpulan anak, no problemo.
Tidak ketinggalan gambar laptop bertuliskan orang kantoran. Gambaran yang sangat jelas dari rekamannya sejak dia masih kecil yang disaksikannya setiap hari. Saya berangkat kerja di pagi hari dan pulang di sore hari. Persis orang kantoran.
Bersyukurlah kalau si anak mengapresiasi rutinitas musiman itu seolah-olah saya juga rajin bersih-bersih. Tapi, benar juga sih, kalau sedang mood, saya melakukan aktivitas bersih-bersih rumah dengan all out.
Beberapa gambar di sisi kiri benar-benar membuat hati saya makjleb. Salah satunya tulisan traveler di bawah gambar pesawat terbang. Entah ini protes atau apresiasi.
Sejak kecil saya memang sering meninggalkannya ke luar kota untuk melaksanakan tugas, baik tugas profesi maupun organisasi. Kadang dia sangat enjoy karena sudah terbiasa, tapi tidak jarang dia protes sering ditinggal. Hemmmm... tidak makjleb.