Mohon tunggu...
Siti Nur Azizah Fitriani Akbar
Siti Nur Azizah Fitriani Akbar Mohon Tunggu... Freelancer - Pembaca

Pay it forward to the people who left behind.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kunjungi Museum dengan Geliga, ''Museumkan'' Pegalmu

8 Januari 2018   13:47 Diperbarui: 8 Januari 2018   13:57 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Liburan dengan berdiam diri di rumah membuat saya jenuh. Detik demi detik terasa berjalan melambat. Melihat dinding yang sama setiap waktunya, bertempat di ruang yang sama setiap detiknya, ah sungguh membosankan. Sebenarnya saya benar-benar ingin menikmati liburan kali ini. Saya ingin menikmati bersantai bersama keluarga di tempat selain rumah. Saya ingin seru-seruan bersama teman-teman di tempat selain kampus. Namun, apalah daya, saya harus mengakui tidak dapat melakukan itu karena pegal yang sangat luar biasa mendera. Rasa pegal akibat mengikuti kegiatan fisik beberapa hari lalu membuat saya melemah. Liburan yang saya dambakan dengan segala keseruannya terbuang sudah.

Pada pagi hari di tanggal 23 Desember 2017, saya menerima kabar bahwa UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) yang saya ikuti akan mengadakan kegiatan Fun Trip bertajuk "Belajar dari sejarah, museum di hatiku, aku duta museum". Saya sungguh tertarik untuk mengikutinya. Pasalnya, saya adalah 'anak bawang' di UKM tersebut, masih menjadi anggota baru yang  fresh from the oven, masih hangat dengan segala kepolosan (opo igi:v). Namun, saya terbelalak melihat tanggal kegiatannya. Hah? Besok? Bisakah saya mengikutinya dengan kondisi badan yang masih terasa pegal?

Saya mencoba berpikir dan mencari solusi agar badan saya dapat kembali segar bugar.

Pikiran saya melayang dan menangkap bayangan job yang selama ini saya kerjakan.

Jadi tukang urut / tukang pijit / tukang kerik.

Job yang so anti mainstream bagi kids jaman now seperti saya.

Ya, saya adalah tukang di rumah. Membantu mengembalikan kebugaran kedua orang tua dan nenek adalah tugas saya sehari-hari. Terkadang sepulang kuliah, saya harus mengerjakan 3 job sekaligus. Nenek dikerik. Ibu diurut dan dikerik. Bapak dipijit. Meskipun tidak dibayar (jangan sampai dibayar sih. Job saya tidak akan mampu membalas jasa-jasa mereka selama ini), saya senang melakukannya. 

Terdapat satu benda yang selalu saya temukan tiap kali melakukan pekerjaan saya. Balsem berwarna putih -- tutupnya berwarna biru -- tulisan merknya berwarna merah. Hayo tebak, balsem apakah itu ? Ya, betul. Balsem otot Geliga. Sebenarnya, balsem ini bukan hanya selalu saya temukan sih, tapi juga selalu digunakan untuk menghangatkan orang-orang yang telah memberikan saya kehangatan cinta dan kasih sayang.

Jadi, saya mau bercerita tentang peranan balsem yang satu ini dalam job saya. Check this out !

Nenek sering dikerik karena 2 hal. Hal pertama yaitu dadanya sering sakit, yang kedua ialah karena punggungnya sering gatal tanpa diketahui sebabnya. Setiap nenek akan dikerik, ia menyuguhkan sendok (alat makan yang dialihfungsikan oleh nenek menjadi alat kerik), minyak zaitun, dan balsem geliga. Geliga yang hot tersebut ternyata juga mampu meredakan gatal,lho. Tidak hanya itu, hangatnya geliga juga membuat nenek saya menjadi lebih fit.

Jika ada penghargaan orang yang paling sering masuk angin di rumah kami, maka saya yakin ibu memenangkan nominasi  penghargaan tersebut. Sebagai seorang ibu yang berkarir di rumah, beliau sangat akrab dengan air. Cuci baju, cuci piring, cuci ikan, cuci ayam, cuci beras adalah beberapa pekerjaan ibu di rumah. Kadang, saya membantunya. 

Namun, kuliah yang menyita waktu dari pagi hingga malam membuat saya hanya kadang-kadang saja berperan serta dalam pekerjaan rumah. Karena ibu sering masuk angin jika berhubungan dengan air, maka sebagai ganti karena hanya kadang-kadang membantu ibu, maka saya mengerik atau mengurut ibu saat masuk angin. Saya juga selalu menggunakan balsem geliga saat mengerik ibu karena kehangatan geliga mampu mengusir angin dari dalam tubuh ibu.

Bapak adalah sosok pekerja keras. Kadang, sepulang bekerja, badan dan kakinya terasa pegal. Mengoleskan balsem geliga sembari memijit bapak adalah kebahagiaan tersendiri untuknya. Ada satu kebiasaan 'aneh' bapak yaitu meminta saya untuk mengoleskan balsem geliga yang hangat tersebut ke dahi dan kepala berambut hitam yang diselingi uban itu. Kalau dahi, mungkin tidak terlalu aneh. Tapi, lain hal nya jika balsem geliga menempel di rambut. Namun, bapak saya berkata bahwa memijit kepalanya dengan balsem geliga sangat ampuh untuk meredakan sakit kepala.

Wah, balsem geliga memang serba guna. Inikah the miracle of balsem Geliga  ?

Setelah memikirkan keajaiban dari balsem geliga, saya memutuskan untuk meminta tolong ke ibu agar dipijit menggunakan balsem geliga. Hangatnya balsem geliga mampu memuseumkan pegal saya. Badan saya pun mulai terasa segar. Pegal pun raib sudah. Balsem geliga benar-benar terbukti ampuh meredakan nyeri otot dan sendi, seperti nyeri akibat pukulan/memar, keseleo, pegal-pegal, dan nyeri pada otot punggung. Nah, balsem geliga juga digunakan sebagai balsem untuk memanaskan otot atlit. Wah, balsem geliga memang sangat komplit khasiatnya.

Berbicara tentang keseleo, mungkin pembaca sering menonton adegan romantis di sinetron, film, drama korea, dan serial india. Ketika si doi terjatuh dan keseleo, maka tokoh utama akan segera menolongnya. Tokoh utama perlu menggunakan balsem geliga untuk menyembuhkan keseleo. Sekarang, pertanyaannya ialah maukah pembaca menjadi seperti tokoh utama yang menolongnya dengan balsem geliga? Maukah pembaca bermodus ria menggunakan balsem geliga? Siapa tahu perusahaan balsem geliga, PT Eagle Indo Pharma mau menjadi sponsor dalam pernikahan pembaca dengan si doi karena terharu dengan kisah PDKT pembaca? Tentunya dapat menghemat biaya resepsi kan ? (opo igi :v)

Paragraf di atas hanya intermezzo, ya. Just kidding kalau kata kids jaman now mah. Tapi, kalau mau diseriusin juga gapapa kok. Sekalian noh buruan seriusin si dia (kids jaman now quotes :v)

Esok harinya, saya berinisiatif untuk membawa balsem geliga ke Museum La Galigo (Eh sebentar. Geliga dan La Galigo terdengar mirip ya? Cie jodoh :v). Hal yang menjadi pertimbangan saya ialah saya ingin memuseumkan pegal dengan geliga. Saya ingin tidak ada pegal dalam kamus hidup saya, salah satu caranya adalah dengan membawa geliga sembari traveling. Tahukah kamu? Museum La Galigo merupakan bangunan yang lumayan panjang. Tentunya dibutuhkan kaki yang bebas pegal untuk menyusuri bangunan bergaya kolonial ini.

Kalau kamu  ingin lebih simpel dalam  memuseumkan pegalmu dengan geliga, kamu dapat menggunakan Geliga Krim. Nah, Geliga Krim ini sangat cocok bagi kids jaman now yang kekinian abiz. Kemasan dan isinya yang gaul abiz akan membuatmu kepincut. Saya mah belum beli Geliga Krim, jadi pakai balsem geliga dulu saat jalan-jalan ke museum. Tapi, sebagai kids jaman now yang ngehitz, I will buy it. Because of what ? Because pegal is kuno dan layak dimuseumkan dengan geliga. 

Jadi, tunggu apa lagi? 

Museumkan pegalmu dengan Geliga !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun