Mohon tunggu...
Chairia
Chairia Mohon Tunggu... Musisi - Jurnalist

Musisi indie dan organisasi

Selanjutnya

Tutup

Music

RapeMe Membombardir dalam Diam

27 November 2022   16:55 Diperbarui: 28 November 2022   07:35 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maraknya pasar industri digital saat ini, tidak membuat grup musik RapeMe tergugah untuk ikut-ikutan, Trend jejak band indie lainnya seolah tak di persoalkannya, tidak mencoba berbeda dan menjauhi pasar namun keadaan lah yang membuat jalur industri mereka berbeda menurut sudut padang saya selaku penggiat musik .

Melalui musik mereka mampu menyuarakan bahwa generasi muda itu harus berani bertindak dan berpikir tangkas sekalipun harus mendobrak dinding pembatas yang melemahkan kepercayaan diri dan ketergantungan terhadap sebuah sistem roda perekonomian.

berbekal goresan lirik sarkastik serta isu yang membuat mereka resah, Perihal mudahnya berkomentar tetapi lupa dalam melakukan intropeksi akan menjadi pembicaraan yang cukup menarik bagi saya,melihat kondisi yang menjangkit sekarang ini.

Salah satunya ikut menyuarakan sesuatu informasi yang belum jelas kebenarannya tanpa berfikir panjang dengan tujuan hanya untuk terlihat exis dan update.

Sumber: Rapeme1904
Sumber: Rapeme1904
Salah satu materi lagu berjudul Koruptor dalam album pertama mereka yang telah resmi diluncurkan pada 14 desember 2019 kemarin berhasil mencuri perhatian saya. Entah mengapa disetiap bait kata dalam materi lagu tersebut mencerminkan gambaran nyata yang terpampang pada

ruang publik saat ini.

Lagu tersebut mengandung kegeraman mereka terhadap oknum yang katanya mewakil rakyat dan tak jarang  menyelewengkan hak-hak rakyat.

Selain itu yang turut menjadi perhatian mereka adalah perihal hukum yang seolah-olah tumpul keatas namun
tajam kebawah.

Membawakan tema-tema tersebut dalam balutan rock era90-an. saya rasa akhirnya membawa mereka kepada kebebasan dalam bermusik, sekaligus merubah kecenderungan penikmat selera musik tertentu untuk menyukai genre-genre yang"apaadanya"tanpa terpengaruh tren.

mempromosikan karya lewat kanal musik streaming merupakan suatu hal yang lumrah,tetapi bagi grup band satu ini strategi pemasaran tersebut kurang dirasa cocok bagi mereka.

karya-karya mereka yang berbentuk album handmade hanya dapat dinikmati dalam bentuk rilisan fisik semata.selain guna mendongkrak lemahnya penjualan rilisan fisik. 

dengan tujuan agar pendengar mereka mendapatkan esensi mendengarkan musik yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun