Mohon tunggu...
Aziizirrahiim
Aziizirrahiim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti

Haloo! Saya Aziz (Muhammad Ibdi Nur Aziizirrahiim), mahasiswa penerima Beasiswa Unggulan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Tahun 2018 di STP Trisakti prodi S1 Pariwisata

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sereceh Apa Pencapaianmu Tahun Ini?

31 Desember 2020   11:44 Diperbarui: 31 Desember 2020   11:58 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto bersama di Bandara Guilin. Sumber: Dokumentasi pribadi

Kamis, 31 Desember adalah hari kita menutup tahun 2020 dan besok kita akan membuka lembaran baru. Lembaran yang tidak akan kita sangka sebelumnya setelah melewati serangkaian peristiwa yang terjadi di tahun 2020. Tahun di mana banyak sekali orang yang kecewa, sedih, marah, frustasi, dan segala ekspresi yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. 

Tidak terasa kita sudah bertahan dan berjuang di tahun yang penuh kejutan ini. Mari kita bersyukur dahulu karena ini adalah pencapaian yang mesti kita apresiasi, sebesar atau sekecil apapun itu. Respect buat umat manusia yang bertahan dan berjuang di tahun ini!

Sebelum kita menyambut tahun baru dengan harapan yang baru, mari kita flashback sebentar apa yang sudah kita lakukan di tahun 2020. Apakah kita sudah berusaha sebaik mungkin di tahun ini? Apakah kita sudah menghargai diri kita sendiri beserta orang yang ada di sekeliling kita? Apakah kita sudah mendapat pelajaran yang sangat berharga di tahun penuh cobaan ini? Apabila belum, masih ada waktu untuk memikirkan hal tersebut sebelum kita menyambut tahun 2021, tahun penuh harapan. Mari kita mulai dengan memikirkan pencapaian receh tahun ini!

Perkenalkan nama saya Muhammad Ibdi Nur Aziizirrahiim, biasa dipanggil Aziz. Saya mahasiswa Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti yang mengambil program double degree di Guilin Tourism University, China. Saya salah satu mahasiswa yang ikut terdampak pandemi Covid-19. Padahal kami berencana untuk menghabiskan liburan semester di China. Rencana hanyalah tinggal rencana, tanggal 03 Februari 2020, saya dengan 12 teman yang lain harus kembali ke Indonesia atas imbauan KBRI Beijing & STP Trisakti. 

Foto bersama di Bandara Guilin. Sumber: Dokumentasi pribadi
Foto bersama di Bandara Guilin. Sumber: Dokumentasi pribadi

Awalnya kami cemas sekaligus senang. Senang karena kami bisa kembali Indonesia, cemas karena kami takut terpapar virus corona dan menularkannya ke orang lain. Namun kecemasan kami hanya berlangsung sesaat karena setelah kami menginjakkan kaki di Jakarta, keesokan harinya kami melakukan tes kesehatan di rumah sakit yang disarankan pemerintah, yaitu RS. Prof. Dr. Suliati Saroso. Setelah melakukan serangkaian tes, Alhamdulillah kami semua sehat dan tidak terdeteksi membawa virus corona. 

Pencapaian receh pertama saya, di mana kami bisa kembali ke Indonesia tanpa terpapar virus corona. Mungkin bagi orang lain ini adalah informasi yang tidak berguna, tapi bagi saya tidak. Saya sangat senang bisa bertemu dengan Ibu saya tanpa takut menularkan virus corona.

  • Pencapaian receh kedua

Hari demi hari berlalu, kehidupan sudah mulai berubah ke digital. Hampir semua kegiatan dilakukan secara online, kelas online, seminar online, bahkan memesan makanan online (walaupun ini sebetulnya sebelum pandemi juga udah sering, hehe). 

Sumber: Pixabay.com
Sumber: Pixabay.com

Ada titik jenuh di saat saya harus memegang HP dan laptop seharian demi mengikuti perkuliahan. Saya merasa kegiatan ini monoton sekali. Pagi saya harus kuliah online dengan Guilin Tourism University, ketika siang saya harus mengikuti perkuliahan dengan STP Trisakti. Terkadang sore - malam saya harus mengerjakan tugas dari dosen. Hal tersebut membuat saya frustasi terhadap rutinitas yang begitu-begitu saja. Sampai saya terkadang menunda waktu agar bisa istirahat lebih lama dan berkata, 

"Santaiii, masih ada hari esok!", 

"Kenapa harus sekarang kalau masih ada hari esok?", 

"Aku akan bersantai meski itu akan membunuhku!",

"Aduh! Besok deadline! Ah, gapapa. Masih bisa lembur"

Namun saya teringat bahwa biaya kuliah saya dibiayai negara, saya tidak boleh bersantai dan menyepelekan waktu ketika saya kuliah atas beasiswa dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui program Beasiswa Unggulan (BU). 

Mulai saat itu saya belajar manajemen waktu yang lebih baik lagi, saya rela bangun lebih awal demi belajar dan menyelesaikan seluruh tugas yang diberikan oleh dosen. Berkat perubahan perilaku tersebut, saya bisa menyelesaikan tugas tepat waktu dan tidak pernah terlambat. Hidup mulai lebih teratur walaupun jadwal cukup padat.

  • Pencapaian receh ketiga

Saya merasa senang ketika tulisan pertama saya di kompasiana langsung menjadi artikel utama. Mungkin ini adalah hal biasa dan dianggap receh, tapi besar atau kecil, sereceh apapun pencapaian mesti diapresiasi, dong! Hehehe. Bahkan kerecehan ini membuat saya semangat untuk menulis lagi ke depannya, saya merasa dihargai dan diapresiasi. 

Tulisan saya yang menjadi artikel utama. Sumber: Dokumentasi pribadi
Tulisan saya yang menjadi artikel utama. Sumber: Dokumentasi pribadi


Tahun ini memang bukan tahun yang baik bagi semua orang, tapi dari sini saya bisa belajar dan memahami diri saya sendiri untuk lebih baik lagi ke depan. Menghargai diri sendiri dan orang lain, mengalah, mengontrol emosi, bersyukur, belajar bertanggung jawab, belajar manajemen waktu yang lebih baik lagi. 

Itu adalah pencapaian recehku, apa pencapaian recehmu tahun ini?

Sebelum menutup artikel ini saya ingin mengucapkan selamat kepada seluruh umat manusia. Besar atau kecil, setiap pencapaian mesti disyukuri dan diapresiasi. Respect buat umat manusia yang bertahan dan berjuang di tahun ini. Mari kita sambut tahun 2021 dengan penuh semangat, harapan, disertai doa dan usaha yang maksimal. Semoga luka yang kita dapatkan di 2020 tidak terjadi di 2021. Aamiin. 

Sebagai kalimat penutup, saya ingin mengutip kalimat dari dosen saya, dosen Manajemen MICE, Ibu Monalisa Eka Shinta, S. ST., M. Par.

Selama kita masih hidup, itu kesempatan kita untuk memperbaiki diri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun