Sebaik-baiknya dari dirimu sendiri
mirip kah?
amat sangat mirip, malah kalau kata bahasa ngapak namanya plek-jiplek. namun tuduhan atas tindakan plagiat ini dibantah oleh Fadli Zon, fadli Zon menggap bahwa "tuduhan plagiat adalah tuduhan serius dan bisa menjadi kematian perdata bagi penulis. Oleh karena itu harus dibuktikan dimana plagiatnya." ketika ditanyakan lebih lanjut, Fadli Zon sebagai Ketua Panitia 55 Tahun TI berkarya tidak pernah tahu karya TI itu. Tidak pernah dengar juga TI membacakannya. Padahal hampir di setiap pembacaan puisi TI dirinya selalu hadir. Demikian pula tak ada di buku kumpulan puisinya yang 1076 halaman itu.
kesimpulannya dari diskusi sampai tadi malam di "lapak" pegiat sastra, kebudayaan, dan teater Bramantyo Priyosusilo yang pernah aktif di Bengkel Teater Rendra 1983-18987. kuatnya argumen dari Fadli Zon bahwa tidak pernah menemukan satupun puisi berjudul "Kerendahan Hati" di daftar semua karya dari Taufiq Ismail dari tahun 1953. tidak ada argumen kuat yang menyatakan Taufiq Ismail melakukan plagiat jika tidak ada bukti "refrensi" resmi, tidak sekedar saling kutip di internet. hinggap saya sempat urun kata, "saya kira kita mendapatkan kesimpulan dari diskusi ini".
menarik jika kita mengutip pernyataan Bambang Eko Susilo, "perlu diketahui juga, bahwa "Kerendahan Hati" itu salah satu bahan perenungan yg dibacakan pada apel pagi di hadapan 100an lebih siswa pendidikan dasar sebuah perhimpunan pendaki gunung penempuh rimba tertua yg dimiliki bangsa ini, dan itu dilakukan sejak 70an hingga terakhir th. 2010 lalu. pada halaman buku materi latihan pokoknya pun dilampirkan pula bait-bait "Kerendahan Hati" tanpa tulisan "Taufik Ismail" di bawahnya."
artinya kata-kata itu sudah banyak beredar sejak lama, tanpa nama Taufiq Ismail, bahkan sumber tertua yang saya dapat dari internet yaitu pada tahun 2007, dan kemudian muncul di youtube sekitar 2010. pertanyaan besarnya kemudian adalah apakah Taufiq Ismail tahu tentang hal ini (Kerendahan Hati dianggap milik Taufiq Ismail)? jika tahu mengapa tidak pernah ada klarifikasi? pertanyaan ini terus mengemuka dibeberapa kalangan.
saat pernyataan Fadli Zon tadi malam seputar bukti otentik cetak atau pernyataan Taufiq Ismail soal Puisi tersebut belum bisa dibuktikan. hari ini saya mendapat gambar scan dari sebuh buku mata pelajaran bahasa indonesia dari saut situmorang.
[caption id="attachment_98957" align="aligncenter" width="501" caption="puisi "][/caption] dengan munculnya "bukti" ini maka pertanyaan Fadli Zon seputar bukti otentik tersebut terjawab sudah. apakah taufik ismail itu taufiq ismail? silahkan tebak sendiri. ini seperti pertanyaan gunawan muhammad atau goenawan muhammad. saya tidak akan berdebat ini karya taufik atau taufiq saya kira anda faham kan. maka bukti ini memunculkan 2 kemungkinan: pertama. sang penulis proyek buku bahasa indonesia tersebut memang mengutip karya taufiq ismail dari refensi resmi, maka refrensinya dari mana? kedua. penulis buku tersebut hanya asal kutip tanpa refrensi dan tanpa ijin, jika itu benar "karya" taufiq ismail. maka kemudian kunci jawaban atas kasus ini terletak pada penulis buku "Terampil Berbahasa Indonesia Kelas VIII SMP/MTs". silahkan anda sendiri yang menilai, namun jangan terburu nafsu karena Taufiq Ismail sendiri masih belum mengeluarkan pernyataan hingga saat ini. bersabarlah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H