seperti malam-malam sebelumnya di tahun 2010 maka malam-malam yang akan datang di tahun 2011 juga tak akan jauh beda. hanya ada dua pilihan malam malam itu akan bertabur cahaya bintang dalam pijar indah rembulan atau akan gelap gulita tanpa cahaya. dan -kebetulan- malam ini di jogja diperkenankan oleh Allah untuk mendapat pilihan pertama. suasana cerah berbagi tawa anak-anak manusia yang menyambut datangnya tahun baru. tapi sesungguhnya entah suka cita apa yang dirayakan, kisah selama 2010 atau harapan di 2011. manusia tak pernaha tau apa yang akan terjadi nanti, seperti itupulalah hakikat manusia sebenarnya, selalu menjalani "sandiwara" yang di sutradarai Allah SWT.
antara desa dan kota
ketika secara perlahan hidup saya pindah dari desa ke kota maka sesungguhnya tanpa di sadari saya mengalami apa itu yang disebut "shock city" kekagetan akan kehidupan kota dengan segala macam tetek-bengeknya termasuk di dalamnya kekagetan dalam perayaan tahun baru. aya tak pernah betul-betul memahami, mengapa orang –khususnya di kota-kota--selalu menyambut Tahun Baru dengan suka ria.
Pesta-pesta dan hura-hura untuk memeriahkan pergantian tahun dilangsungkan dimana-mana bahkan sering kali dengan menghamburkan uang yang tidak sedikit. Apakah itu sekedar mengikuti tradisi yang sudah berjalan atau merupakan naluri dari kesenangan manusia terhadap sesuatu yang baru. Senang Tahun Baru seperti senang kepada baju atau sepatu baru, atau naluri senang kepada peningkatan dan pertambahan. padahal sesungguhnya esensi tahun baru beda dengan kata "baru" yang lain, karena tahun baru adalah lepasnya tahun-tahun yang telah lampau.
saat saya di kampung, tahun baru hampir tidak pernah spesial, berlengsung biasa saja, justru perayaan tahun baru hijriah lebih meriah diisi dengan pawai obor sambil bersholawat. mungkin masih kentalnya lingkup adat lokal dan agama membuat tahun baru diisi dengan bermuhasabah diri, bukan dengan pesta-pesta dan hura-hura. ini semua membuat saya rindu akan kampung di mana perayaan tahun baru diisi dengan "kesunyian".
tahun baru itu
tahun baru itu sesungguhnya adalah mengenang kembali perjuangan ketika ibumu rela memutuskan 40 urat nadi di dinding rahminya dengaun peluh keringat dan darah disertai jeritan perjuangan hanya untuk membuatmu melihat cerahnya mentari pagi dan engkau bisa menghirup nafas kehidupan, supaya kau tahu apa artinya sebuah cinta dan kasih sayang
tahun baru itu sesungguhnya adalah mengang kembali wajah khawatir bapakmu ketika bibirnya tak lepas dari doa ketika menyaksikan perjuangan ibumu. saat itu adalah saat dimana mendengarkan kembali alunan adzan yang terlauntun di telingamu sebagai awal suara pertama yang bapakmu isi sebagai bekal perjalanan hidupmu kelak, supaya kau tahu apa artinya kehormatan
tahun baru itu sesungguhnya adalah mengenang kembali waktu yang telah hilang dimasa lampau. merasakan kembali sejarah manis getir hidupmu yang telah kau lewati selama ini. semua yang ada pada dirimu saat ini adalah sebuah proyeksi atas apa yang telah kau lakukan dimasa hidup yang telah kau lewati dulu supaya kau tahu apa artinya kehidupan
tahun baru itu sesungguhnya adalah menatap laju kedepan sebagai sebuah persiapan mengejar cita-cita dan harapan. mempersiapkan diri untuk perjalanan dan lika-liku hidup yang penuh misteri yang tak pernah kau tahu akan hal itu karena kita dimasa depan adalah apa yang kita lakukan sekarang. lepaskan semua harapan dari belenggu kekahawatiran untuk cita dimasa depan supaya kau tahu apa artinya perjuangan
tahun baru itu sesungguhnya adalah melihat sisa usia pada diri kita yang penuh noda. karena pada setiap kembang api bersinar sekejap lalu padam yang padam, pada setiap gema trompet yang kita tiup adalah pertanda mulai padam dan terpotongnya jatah usia kita untuk beribadah dan berbakti sebagai anak dan hamba. mozaik itu adalah epos nyata suaya kau tahu apa artinya pengabdian