Mohon tunggu...
Aziz Abdul Ngashim
Aziz Abdul Ngashim Mohon Tunggu... Administrasi - pembaca tanda dan angka

suka dunia jurnalistik, sosial media strategy, kampanye media sosial, internet marketing. sisanya nulis buat enjoy aja. smile

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dari Titik hingga Ruang

30 Desember 2010   02:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:13 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

semua berawal dari titik, titik yang berderet itu membentuk garis, garis terus akan meliuk dan tumbuh terus menerus, dan akhirnya deretan titik yang membentuk garis itu kembali ke titik awal hingga menjadi ruang. sesungguhnya titik tolak itu pada dasarnya adalah titik akhir. ruang yang tercipta membentuk karakter tersendiri, membentuk dirinya sendiri, membentuk komunitasnya sendiri hingga membentuk karakternya sendiri. sebuah ruang menghindarkan diri daruang yang lain, tapi kadang kala ada rung berkait seperti yang tergambar dalam diagram ven. antar ruang terpisah dan ruang yang terkait dengan ruang lain, padahal kesemuanya itu berada dalam satu ruang.

ruang adalah tempat berteduh, tempat berlari, tempat istirahat hingga tempat kembali. ruang bisa membuat perang ruang bisa menjadi barang jualan. ruang terkadang ajang pamer. ruang dalam ruang membuat ruang baru hingga saat ruang itu menjadi besar, ruang lupa pada titik. ruang terlalu besar untuk mengakui dirinya hanyalah titik. padahal sesungguhnya ruang hanyal titik. terlalu banyak ruang dalam ruang hingga muncul ruang dalam ruang. hingga ruang-ruang kecil lupa pada awal ruang, bahwa deretan titik yang menjadi ruang kini adalah titk yang muncul dalam ruang besar. titik yang menetes pada ruang besar telah membentuk ruang baru hingga titik baru yang muncul kesulitan mencari ruang di ruang besar.

jika saja titik tetap menjadi titik dalam ruang besar yang awal, tentu akan lebih banyak lagi titik, sehingga titik-titik itu berjejer membentuk warna pada ruang utama. tapi titik telah berjejer dengan titik membentuk ruang-ruang baru. hingga titik baru harus membuat pilihan, berada di ruang besar dengan menjadi titik sendiri, berbaris memperbesar ruang dalam ruang, atau yang ketiga masuk dalam ruang di dalam ruang atau justru menjadi titik dan menjadi besar sebagai titik. dan kini diriku hanyalah titik dalam ruang besar, hanya titik di pojokan, titik semu yang semakin pudar. aku tak bisa menjadi titik utama hingga mencolok. kunikmati diriku setitik, walau itu noda.

--

tulisan lain terdahulu:

Dedramatisasi Laskar Pelangi

Jangan Fitnah Siti Nurbaya

Selamat Ulang Tahun, Wi

Secangkir Kopi dan Seiris Hati

Kata-Kata Malam

Tulisan dari beberapa teman yang mungkin terlewat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun