Mohon tunggu...
Aziz Abdul Ngashim
Aziz Abdul Ngashim Mohon Tunggu... Administrasi - pembaca tanda dan angka

suka dunia jurnalistik, sosial media strategy, kampanye media sosial, internet marketing. sisanya nulis buat enjoy aja. smile

Selanjutnya

Tutup

Politik

nasi goreng, gasing, rodat, debus, ketupat, cendol milik malayasia! jangan protes

21 Agustus 2010   07:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:50 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

hingar bingar keramaian ulah malasia atas kelakuannya di perairan indonesia dengan meangkap 3 petugas KKP sedikit demi sedikit mulai reda, tapi tentu saja hubungan dua negara ini tidaklah reda begitu saja. bagai apa dalam sekam, hubungan dua negara bertetangga apalagi yang memiliki banyak kesamaan selalu saja menimbulkan konflik, seperti Indonesia dan malayasia. sejarah panjang hubungan indonesia naik-turun, diawali saat Presiden Sokarno kala itu naik pitam gara-gara kalimantan utara "dicaplok" secara tidak sah dengan pembatalan sepihak oleh pihak malaysia dan inggris atas proses referendum.

hinga kini hubungan edua negara yang dianggap serumpun ini selalu kembali memanas, dari TKI/TKW, perbatasan, perlakuan, hingga budaya dan makanan. nah untuk yang satu ini memang sangat sensitif, soal budaya, benda, tari dan makanan. berikiut ini beberapa hal yang sudah "membumi" di Indonesia tapi masuk dalam bagian dari warisan kebangsaan malaysia. saya tidak masalah jika budaya Indonesia diperlakukan sama dengan budaya India dan China. apa pasal, di dalam list budaya warisan malaysia, disebutkan asal negara tari/benda kecuali indonesia. contohnya, dalam list dua bab objek warisan  nomer 7 Tarian Giddha (tari punjab india) dengan akta P.U (A) 78 atau nomer 13 Gendang duapuluh empat perayaan (gendhang china) dengan dengan akta P.U (B) 349. bandingkan dengan tarian rodat asal indonesia di nomer 12, hanya ditulis Rodat tanpa keterangan negara asal, padahal di kampung saya, desa pesahangan cilacap, saya adalah pemain rodat generasi kelima, jauh sebelum malaysia lahir, rodat sudah hidup dikampung.

yang lebih parah debus atau dalam malaysia ditulis dabus diklaim milik malaysia, padahal kesenian itu telah mendarah daging di banten, dan parahnya tidak ada kata-kata asal indonesia, seperti selalu diletakan pada tari atau budaya dari negara lain. contohnya ada tarian kipas yang ada keterangan dalam kurung "tari kaum china". jelas ini mengecewakan. bahkan dalam daftar makanan warisan malaysia, dengan tegas disebutkan bahwa nasi goreng dan ketupat milik malaysia dengan nomer akte masing-masing, P.U (A) 454 dan satu lagi saya lupa. ada pula mainan gasing masuk dalam daftar list tersebut.

yang lebih keran lagi cendol pun terdaftar dalam warisan budaya malaysia, ini parah. tidakkah malaysia lebih kreatif hingga makanan cendil, ketupat dan nasi goreng masuk dalam list warrisan budaya. da yan paling membuat saya kecewa, malaysia tidak pernah mencantumkan asal negara dari budaya tersebut seperti diperlakukan untuk budaya /tari asal india dan china. ataukah ini pertanda bahwa malaysia merasa menjadi bagian dari indonesia. hemm..

ini lebih parah, Air Kelapa masuk daftar warisan Malaysia dengan nomer akte P.U (A) 454 dan tanggal pengesahan 25 Dis 2008. heehe

daripada saya berpanjanlebar silahkan nikmati sendiri daftar warisan udaya malaysia, dan jangan ketawa diikuti geram, melihat cendol, sate, hadrah, gasing, nasi goreng, gasing, air kelapa dan lain-lain masuk daftar tersebut. ada yang parah juga Tulisn jawi masuk daftar tersebut di urutan 185 dua baris di bawah pantun yang diakui sebagi warisan budaya malaysia. hahahah...

silahkan disini daftarnya warisan budaya kebangsaan malaysia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun