Kumparan magnet di sepanjang rel pemandu akan menolak magnet besar pada bagian bawah kereta, yang memungkinkan kereta melayang antara 0,39 dan 3,93 inci (1 hingga 10 sentimeter) di atas rel pemandu. Setelah kereta melayang, tenaga dorongan timbul dari kumparan yang berada di dalam dinding samping kiri dan kanan untuk menciptakan sistem medan magnet yang menarik dan mendorong kereta sepanjang rel pemandu. Arus listrik yang disuplai ke kumparan di dinding terus-menerus berganti arah untuk mengubah kutub atau polaritas kumparan magnet. Perubahan polaritas ini menyebabkan medan magnet di depan kereta menarik kendaraan ke depan, sementara medan magnet di belakang kereta menambah daya dorong ke depan.
Kereta Cepat di Indonesia
Dengan keunggulannya dalam hal kecepatan, tidak dapat dipungkuri bahwa dalam pembangunan proyek kereta maglev ini membutuhkan biaya yang sangat mahal. Kota-kota AS dari Los Angeles ke Pittsburgh ke San Diego memiliki rencana jalur kereta maglev dengan biaya sekitar $ 50 juta hingga $ 200 juta per mil. Hal ini telah menjadi penghalang dan akhirnya membunuh sebagian besar proyek yang diusulkan. Beberapa kritikus mengecam proyek kereta maglev ini karena biayanya mungkin lima kali lipat dari jalur kereta api konvensional.
Saat ini, Indonesia sudah memiliki Kereta Cepat Jakarta Bandung dengan jalur sepanjang 142 kilometer, menghubungkan kawasan Halim di Jakarta Timur dengan Tegalluar yang masuk ke wilayah Kabupaten Bandung. Jalur ini menelan keseluruhan biaya investasi sebesar Rp 110,22 triliun. Kereta cepat yang dimiliki Indonesia ini masih berbasis rel baja, bukan menggunakan teknologi maglev, sehingga kecepatannya hanya sekitar 350 km/jam. Apakah ke depannya Indonesia berencana membangun kereta maglev? Belum ada wacana mengenai hal tersebut. Rencana yang saat ini sedang dikaji adalah meneruskan pembangunan kereta cepat hingga Surabaya. Dengan biaya kereta cepat yang sudah sangat besar, sepertinya kecil kemungkinan Indonesia akan membangun kereta maglev dalam waktu dekat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H