Mohon tunggu...
Azis Budi Setioko
Azis Budi Setioko Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru IPA

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kereta Maglev, Si Kencang yang Melayang

12 Desember 2024   12:15 Diperbarui: 12 Desember 2024   12:57 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Skema penggunaan magnet pada kereta maglev (energy.gov)

Saat kita belajar fisika pada materi magnet, guru seringkali memberikan beberapa contoh penerapan magnet dalam kehidupan sehari-hari. Di antaranya adalah penggunaan magnet pada kompas, pengeras suara, hiasan kulkas, dan bel listrik. Contoh-contoh tersebut merupakan contoh yang sangat sederhana sehingga kurang memancing rasa ingin tahu peserta didik untuk mempelajari konsep magnet lebih dalam. Guru perlu memberikan contoh penerapan magnet yang lebih canggih dan modern serta dikaitkan dengan perkembangan teknologi terbaru untuk memantik rasa ingin tahu peserta didik tersebut. Salah satu penerapan magnet yang paling modern saat ini adalah kereta maglev atau magnetic levitation.

Mengenal Kereta Maglev

Kereta maglev (magnetic levitation) atau dalam Bahasa Indonesia disebut kereta rel magnet (KRM) merupakan kereta yang tidak lagi menggunakan roda baja dan rel seperti kereta konvensional, namun kereta ini melayang di atas rel pemandu dengan menggunakan prinsip elektromagnet. Dengan posisi melayang tersebut, tidak ada gesekan atau hambatan pada rel sehingga membuat kereta ini dapat mencapai kecepatan ratusan kilometer per jam.

Realisasi konsep kereta magnet ini dimulai pada tahun 1960 dengan Inggris Raya sebagai pelopor. Namun, kereta maglev komersial pertama dimulai  pada tahun 1984 di Inggris dengan jalur yang membentang sekitar 2.000 kaki dari bandara Birmingham ke stasiun kereta api dan beroperasi selama 11 tahun. Saat ini, Jepang, Tiongkok, dan Jerman yang sedang unggul dalam layanan kereta maglev.

Rekor kecepatan tertinggi kereta maglev tercatat pada tahun 2015. Kereta SCMAGLEV yang dioperasikan oleh Central Japan Railway Company (JR Central) memecahkan rekor dunia kecepatan kereta api dengan mencatat waktu 603 km/jam (374 mph) di jalur Yamanashi Maglev dekat Gunung Fuji. Sementara itu, Maglev Shanghai memegang rekor kecepatan operasional tertinggi sebesar 431 km/jam. Kereta ini menghubungkan Bandara Internasional Pudong Shanghai dengan pinggiran Pudong, Shanghai, dan mampu menempuh jarak 30,5 km hanya dalam waktu 8 menit.

Prinsip Kerja Kereta Maglev

Salah satu konsep sederhana yang kita pelajari saat mempelajari materi magnet di sekolah adalah magnet memiliki dua jenis kutub yaitu kutub utara dan kutub selatan. Jika kutub-kutub magnet didekatkan maka akan ada gaya tolakan atau tarikan yang terjadi pada kutub-kutub magnet. Kutub-kutub yang sejenis akan terjadi gaya tolak menolak sedangkan kutub-kutub yang berlawanan jenis akan terjadi gaya tarik menarik. Gaya tolak menolak yang terjadi pada kutub-kutub sejenis ini yang dimanfaatkan pada kereta maglev untuk menciptakan gaya levitasi yang membuat kereta menjadi melayang. Kutub magnet yang sejenis diletakkan pada bagain bawah kereta dan rel pemandu. Sedangkan tenaga penggerak kereta maglev dibuat oleh gaya tolakan dan tarikan antara badan kereta dan dinding pembatas di kiri dan kanan kereta.

Skema penggunaan magnet pada kereta maglev (energy.gov)
Skema penggunaan magnet pada kereta maglev (energy.gov)

Selain konsep kutub magnet, kita juga mempelajari tentang Hukum Oersted yang menyatakan bahwa jika kuat arus listrik mengalir pada kawat penghantar konduktor, maka akan timbul akibat gaya magnetik disekitar kawat berarus tersebut. Jenis kutub magnet yang dihasilkan oleh kawat berarus tersebut bergantung pada arah kuat arusnya. Konsep Hukum Oersted ini digunakan dalam sistem rel kereta maglev.

Sistem magnet pada rel pemandu kereta maglev (science.howstuffworks.com)
Sistem magnet pada rel pemandu kereta maglev (science.howstuffworks.com)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun