Mohon tunggu...
Azis Bachtiar AS
Azis Bachtiar AS Mohon Tunggu... -

Pemerhati masalah-masalah sosial, politik dan keagamaan, serta penggiat Institute Study Agama Civil Society (ISACS)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Analisis Tragedi Nasional G-30-S Berdasarkan Bukti Empiris

21 Februari 2012   22:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:21 5694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[13]
Peristiwa Gerakan 30 September 1965, dimanivestasikan dalam bentuk film dokumenter yang berjudul: "Penghianatan G-30-S / PKI." Masyarakat yang pro maupun yang kontra terhadap Soeharto mengatakan: bahwa film tersebut adalah bagus, dalam kategori film dokumenter. Karena secara tersurat film tersebut mengangkat citra Soeharto, tetapi secara tersirat menunjukkan peristiwa yang sebenarnya. Paling tidak penulis menemukan tiga bukti kebenaran di dalam film tersebut.

1. Waktu Soeharto bertemu dengan
komandan Angkatan Udara,
Soeharto berkata: "kalau pasukanmu
nanti pukul 6 sore tidak kembali ke
Markas, berarti kamu berhadapan
dengan saya (maksudnya, oknum
pasukan dari salah satu institusi
yang disusupkan ke pasukan
Angkatan Udara, pukul 6 sore kalau
tidak kembali ke Markas asal
kesatuannya, berarti DESERSE).

2. Senjata dan Uniform Angkatan
Udara sebagai barang bukti yang
ditunjukkan kepada Bung Karno di
Istana Bogor (maksudnya,
melaporkan kepada Presiden,
bahwa yang berbuat adalah oknum
dari Angkatan Udara).

3. Peristiwa yang sebesar itu, anggota
Polisi bernama Sukitman yang
disandera di 'hutan' pinggiran Halim
Perdana Kusumah koq bisa lolos?!
(Sengaja diloloskan, sebagai saksi
untuk menunjukkan di mana tempat
lubang yang dibuat menimbun
ketujuh mayat Jendral tersebut),
karena skenario selanjutnya
LUBANG (BUAYA) tersebut akan
dijadikan Monumen Pacasiala Sakti,
yang setiap tahun akan diperingati,
untuk melanggengkan STIGMA
negatif masyarakat terhadap
kekejaman Komunis.

"Kemudian pada Nopember 1967, Korporasi Multinasional Perusahaan-Perusahaan Minyak dan Bank, mengadakan pertemuan di Jenewa Swiss. Diantaranya; General Motor, Imperial Chemical Industries, British American Tobacco, American Express, Siemens, Good Year, The International Paper Corporation, US-Steel, ICI, Leman Brothers. Asean Development Bank, dan Chase Manhattan Bank."

"Sedangkan Tim Ekonomi Indonesia hanya menawarkan Buruh yang banyak dan murah, Cadangan Sumber Alam Melimpah dan Pangsa Pasar yang Besar."

"Ini menggambarkan bagaimana kekayaan alam Indonesia dibagi-bagi, bagaikan pampasan perang oleh Perusahaan-Perusahaan Asing, pasca jatuhnya Bung Karno. Yang kemudian Freeport mendapat Gunung Emas di Papua Barat, Caltex mendapatkan Ladang Minyak di Riau, Mobil Oil mendapatkan Ladang Gas di Natuna, dan Perusahaan-Perusahaan lain menjarah Hutan Tropis Indonesia. Kebijakan Ekonomi pro Neo-Leberalisme~Kapitalisme sejak saat itu ditetapkan."

Bung Karno pernah mengatakan: "kalau kita belum mampu mengolah tambang sendiri, biarkan tersimpan di dalam perut bumi, biar nanti anak cucu kita yang mengolahnya." Maka pada waktu Gus Dur (Abdurrahman Wahid) menjadi Presiden Indonesia (1999-2001) berniat untuk RENEGOSIASI Perusahaan-Perusahaan Asing tersebut.

[14]
KESIMPULAN
Peristiwa Gerakan 30 September 1965, adalah peristiwa KUDETA TERSELUBUNG,
Lempar batu sembunyi tangan / maling teriak maling (yang berbuat adalah oknum dari salah satu institusi mengatasnamakan komunis mengkambing hitamkan institusi lain), yang skenarionya dari Amerika Serikat.

Sepanjang penulis pelajari sejarah negara dunia ketiga (negara berkembang), sekali kudeta selamanya akan kudeta. Karena masyarakatnya hanya berkonsentrasi untuk merebut kekuasaan, bukan untuk membangun bangsa dan negaranya.

Contoh kongkrit yang masih aktual adalah kejadian di negara Irak dan negara Philipina. Di kedua negara tersebut sampai saat ini (01/10/'03) masih diacak-acak oleh Amerika Serikat.
(Sekarang negara Mesir, dan negara Libya). Inilah keinginan Amerika Serikat yang paling dicegah dan dibenci Bung Karno dulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun