Mohon tunggu...
Azis Alzubaidy
Azis Alzubaidy Mohon Tunggu... Relawan -

Suka kopi hitam, mencintai sastra, dan bercanda

Selanjutnya

Tutup

Money

Antara Keinginan Elit dan Mengungkapkan Realita Maluku

27 Oktober 2017   20:40 Diperbarui: 27 Oktober 2017   20:44 1082
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jauh-jauh hari, Maluku sudah dikenal secara internasional. Hal ini dibuktikan dengan kedatangan Bangsa Belanda, Portugis, Cina dan Arab melalui jalur rempah. Bauh bunga pala dan cengkeh mampu merangsang orang dari kejauhan untuk menyebrangi lautan, berpelukan ombak dan terselimuti angin hingga tiba di Maluku.

Tak dipungkiri, di masa lalu Maluku menjadi negeri yang kaya akan rempah-rempah. Mulai dari pala, cengkeh, kelapa dan coklat. Hingga Manahakam yang begitu megah pun ingin ditukarkan untuk mendapatkan pulau Run di kepulauan Banda Provinsi Maluku. Namun, belakangan ini kekayaan itu mulai hilang secara perlahan-lahan.

Keinginan Elit

Dengan berjalannya waktu, para elit mulai bernyanyi untuk mengembalikan kejayaan Maluku pada jalur rempah. Hal ini boleh dilihat pada beberapa bulan lalu, salah satu pasangan bakal calon gubernur Maluku dengan akronim HEBAT mengusung visi-missi untuk membangun perkebunan rakyat dengan menanam tanaman endemik Maluku, dengan tujuan dapat mengembalikan kejayaan Maluku pada jalur rempah. Dilihat ke belakang, sebetulnya visi-missi ini pernah ditawarkan pada pilgub 2013 oleh Abdullah Vanath, yang kala itu maju sebagai calon gubernur Maluku yang berpasangan dengan Martin Jonas Maspaitella. 

Berangkat dari keinginan dimaksud, mantan bupati SBT dua periode itu menjadikan perkebunan pala yang dimiliki itu menjadi acuan akan mengembalikan kejayaan rempah-rempah yang dahulu dimiliki Maluku, terutama pada tanaman pala dan cengkeh yang menjadi khas Maluku.

Selain Abdullah Vanath, hal yang sama juga disampaikan salah satu anggota DPR-RI, Merchy Barends dalam kegiatan sosialisasi di Pulau Saparua beberapa waktu lalu. Sebagaimana yang beritakan Kabar Timur Online edisi jumad, 27 Oktober 2017. "Inilah titik, dimana pulau ini dulunya menjadi pusat perhatian bangsa Eropa. Ikon sebagai pulau rempah-rempah itulah yang harus kembali dihidupkan, agar Saparua mampu bangkit dengan ikon sebagai pulau penghasil rempah,"

Tak cukup di elit daerah, hal senada juga menjadi keinginan pemerintah pusat dengan kehadiran menteri pertanian beberapa waktu lalu di Ambon. Dalam kunjungannya, berkeinginan untuk menjadikan Maluku sebagai lumbung pangan dengan mengembalikan kerjaan Maluku pada jalur rempah.

Kembali, keinginan itu muncul dari pemerintah provinsi. Bahwa wakil gubernur Maluku, Zath Sahuburua berkeinginan untuk Maluku perlu inovasi kembalikan kejayaan rempah.

Sebetulnya, kita tak perlu banyak berhayal yang menguras tenaga. Kalaupun pemerintah berkeinginan untuk dapat mengembalikan Maluku pada jalur rempah, paling tidak ada langkah strategis yang sudah diambil. Bukan hanya mengumbar cerita kesana kemari. Bagaimana keinginan ini dapat terwujud, sementara agenda tamu dan acara seminar saja sudah menguras habis uang daerah.

Apa Langkah Strategis Pemprov

Untuk mengembalikan kejayaan masa lalu bukanlah sesuatu yang semudah difikirkan. Pemda meski memiliki konsep tepat untuk dapat menjawab keinginan besar ini.

Bagaimana keinginan ini terwujud, sementara pemerintah sendiri melakukan penggusuran besar-besaran terhadap tanaman endemik Maluku. Misalkan penggusuran pohon sagu, pala dan cengkeh untuk pembangunan sarana dan prasarana.

Belum lagi penggusuran untuk pengalihan pada perkebunan kelapa sawit, tebu, padi, dan jagung. Padahal sebetulnya, beberapa tanaman ini bukanlah tanaman endemik yang dimiliki Maluku.

Jika memang iya, langkah utama yang meski dilakukan adalah memberikan bibit kepada masyarakat dan melalui dinas pertanian di masing-masing Kabupaten/kota dapat mengawasi, menuntun dan mengajarkan cara menanam dan merawat yang baik kepada masyarakat. Dengan  demikian, keinginan besar ini akan dapat terwujud secara berkala. (AA) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun