Mohon tunggu...
Azis Tri Budianto
Azis Tri Budianto Mohon Tunggu... Dosen - Manusia biasa

Sedang mencari apa yang dicari.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Bertrand Russel; Mengkaji Seni Menarik Kesimpulan

4 Juni 2023   00:19 Diperbarui: 4 Juni 2023   00:56 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bertrand Arthur William Russel (AI gambar)

Pada Era teknologi dan informasi yang cepat seperti saat ini, seringkali kita cenderung mengambil kesimpulan dengan gegabah. Namun, kesimpulan semacam itu sering kali tidak proporsional ketika dilihat dari pengalaman di masa mendatang.

Kesimpulan yang tidak proporsional tersebut dapat menunjukkan adanya indikasi kesalahan berpikir, yang disebut sebagai fallacy atau kesesatan logika. Kesalahan ini terjadi ketika kesimpulan yang diambil melanggar prinsip-prinsip logika, tata bahasa, atau penggunaan kata yang salah, yang secara tidak sengaja atau disengaja menghasilkan asosiasi gagasan yang tidak tepat.

Padahal, logika memiliki nilai penting dalam meningkatkan kemampuan manusia untuk berpikir secara rasional, kritis, teratur, metodis, dan koheren. Logika juga membantu meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, teliti, dan objektif, serta mengembangkan kemampuan manusia untuk mencari kebenaran dan menghindari kesalahan serta kesesatan (Jan Hendrik Rapar 2012: 5).

Secara singkat, logika dapat didefinisikan sebagai seni menarik kesimpulan. Tujuannya adalah untuk menghindari pengambilan kesimpulan yang tidak dapat diandalkan. Meskipun kesimpulan yang diambil seringkali tidak memberikan kepastian, tingkat kemungkinan yang tinggi sudah cukup bagi manusia untuk bertindak.

Karya dan Kontribusi Bertrand Russell dalam Dunia Pemikiran

Bertrand Arthur William Russell (1872-1970), yang selanjutnya disebut Russell, adalah seorang filsuf dari Britania Raya. Ia telah memberikan banyak kontribusi, termasuk dalam seni menarik kesimpulan yang dijelaskan dalam bukunya berjudul "The Art of Philosophizing & Other Essays". Buku ini berisi kumpulan esai yang membahas tentang seni berpikir dalam bidang matematika, logika, dan filsafat.

Buku Russell tersebut telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul "Berpikir ala Filsuf". Pada kesempatan lain, Russell menulis, "Masalah yang sebenarnya di dunia adalah orang-orang bodoh dan fanatik yang selalu yakin pada diri sendiri, sementara orang bijak penuh dengan keraguan" (Bertrand Russell 2002: vi).

Sejalan dengan karya Russell di atas, seringkali manusia mengambil kesimpulan yang tidak valid meskipun disampaikan dengan keyakinan. Dalam membedakan orang yang kurang terampil dan orang yang cerdas, dapat dilihat dari kemampuan mereka dalam seni berpikir. Russell percaya bahwa orang dengan pemahaman matematika yang memadai akan lebih sukses dalam mengembangkan kemampuan berpikir rasional dan mengambil kesimpulan yang logis.

Seni Menarik Kesimpulan Bertrand Russell: Deduktif dan Induktif

Menurut Russell, logika deduktif berguna ketika dasar-dasar pemikiran umumnya diketahui, dan kita melakukan asumsi untuk melihat apakah konsekuensi-konsekuensinya sejalan dengan pengalaman (Bertrand Russell 2002: 38). Contoh utama dari logika deduktif adalah matematika murni. Dalam matematika murni, kita memulainya dengan prinsip-prinsip umum dan mengambil kesimpulan dari prinsip-prinsip tersebut.

Namun, Russell tidak mengatakan bahwa semua argumen deduktif termasuk dalam matematika murni. Hal ini tidak benar, karena materi yang menjadi objek argumen tersebut mungkin berada di luar bidang matematika, misalnya dalam bidang hukum. Terkadang logikanya sederhana, seperti dalam kasus bahwa pembunuh harus dihukum mati, orang ini adalah pembunuh, jadi dia harus dihukum mati.

Salah satu contoh silogisme terkenal adalah "Tidak ada manusia yang abadi; Socrates adalah manusia; maka Socrates tidak abadi." Hal ini diketahui melalui pengalaman di dunia. Ketiga premis tersebut tidak memiliki kesamaan umum yang diperlukan dalam logika dan matematika.

Logika deduktif memiliki banyak kegunaan, namun juga memiliki batasan. Russell tidak memberikan petunjuk tentang apa yang harus dipercayai, tetapi ia menyatakan bahwa jika Anda mempercayai A, maka Anda juga harus mempercayai B. Jika Anda percaya bahwa semua manusia sama, Anda juga harus menentang perbudakan dan mendukung hak suara bagi perempuan (Bertrand Russell 2002: 42-43).

Di sisi lain, logika induktif dianggap lebih berguna daripada logika deduktif, tetapi juga lebih sulit. Bentuk paling sederhana dari induksi adalah generalisasi sederhana. Dalam semua kasus yang diketahui oleh Russell, A selalu diikuti atau disertai oleh B; maka kemungkinan besar A berikutnya yang Russell temui juga akan diikuti atau disertai oleh B. Meskipun kemungkinannya lebih rendah, A akan selalu diikuti atau disertai oleh B.

Dalam contoh yang disebutkan di atas, fenomena pergantian siang dan malam dapat digunakan sebagai ilustrasi. Malam selalu diikuti oleh siang. Jadi secara alamiah, kita dapat memprediksi bahwa hal itu akan terus terjadi. Namun, sejumlah astronaut memperkirakan bahwa pada saat-saat tertentu, perubahan gelombang pasang dapat menyebabkan bagian tertentu dari bumi selalu menghadap matahari, sehingga malam tidak lagi diikuti oleh siang.

Menurut Russell, logika induktif berhubungan dengan probabilitas, tidak hanya dalam arti bahwa kesimpulan dari induksi hanya merupakan kemungkinan, tetapi juga dalam cara lain. Misalnya, jika hipotesis yang sejalan dengan semua fakta yang ada mendorong Anda untuk memprediksi sesuatu yang tampaknya sangat tidak mungkin, dan prediksi itu ternyata benar, maka kemungkinan besar hipotesis Anda juga benar (Bertrand Russell 2002: 54-55).

Tujuan dari logika induktif adalah untuk menemukan hukum-hukum umum dari peristiwa-peristiwa khusus. Sementara logika deduktif melakukan sebaliknya, yaitu dimulai dari dasar-dasar pemikiran umum. Pernyataan "dua kali dua sama dengan empat" setara dengan pernyataan "satu yard sama dengan tiga kaki".

Pernyataan tersebut tidak perlu diuji melalui pengamatan, karena itu bukan hukum alam, tetapi keputusan tentang penggunaan kata-kata. Itulah mengapa matematika murni dapat dilakukan tanpa pengamatan atau eksperimen.

Namun, di luar logika dan matematika murni, pertanyaan tentang dasar-dasar pemikiran umum tidak dapat diselesaikan dengan mudah. Penggunaan yang paling penting dari induksi adalah dalam membuat kesimpulan tentang hipotesis yang akan diuji melalui pengamatan atau eksperimen. Misalnya, jika ingin membangun sebuah jembatan kereta api, tidak perlu menunggu kereta api melewati jembatan tersebut untuk mengetahui apakah jembatan itu stabil atau tidak.

Dalam semua pembahasan di atas, seringkali ditemukan penggunaan kata-kata seperti kemungkinan atau probabilitas. Seorang ahli logika modern menyadari bahwa dalam tingkat tertentu, semua pengetahuan manusia hanyalah kemungkinan, bukan pengetahuan yang pasti dan meyakinkan.

Oleh karena itu, gagasan Bertrand Russell tentang logika deduktif dan logika induktif dapat menjadi dasar bagi kita dalam menarik kesimpulan. Setidaknya keduanya dapat menjadi pengontrol dalam menghadapi arus informasi yang cepat dalam era teknologi dan informasi saat ini. Dengan demikian, kita dapat mencegah terjadinya penyebaran informasi yang menyesatkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun