Narathiwat, Thailand Selatan-Â Thailand Selatan merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan Malaysia dan dikenal sebagai pusat peradapan Melayu-Islam di Thailand. Selain kaya akann warisan budaya, kawasan ini juga memiliki banyak pantai dan pulau yang indah. Selain itu, Thailand Selatan juga dikenal sebagai Patani, sebuah kerajaan terpisah yang dihuni oleh muslim Melayu. Thailand Selatan juga menyimpan kekayaan budaya dan sejarah islam yang luar biasa. salah satu peninggalan berharga adalah masjid berusia lebih dari 400 tahun yang terletak di Narathiwat dan menjadi salah satu simbol peradapan Islam di Negeri Gajah Putih ini.
Sebagai mahasiswa Universitas Islam Raden Rahmat Malang (UNIRA) yang tengah mengikuti program Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Praktik Pengalaman Lingkungan (PPL) di Sekolah Bukit Pracha Uppatham, kami-Azimatul Mahmudah (Prodi IPS) dan Riza Aulia (Prodi PGSD)- mendapatkan kesempatan berharga untuk mengunjungi masjid ini. Kami juga berbincang dengan penjaga masjid yang telah mengabdikan diri selama lebih dari 70 tahun dan memperoleh berbagai informasi menarik tentang sejarah dan keunikan bangunan ini.
Sejarah Masjid Telok Manok
Masjid ini dikenal dengan dua nama:Â Masjid Telok Manok (berdasarkan lokasinya) dan Masjid Wadi al-Hussein. Masjid ini dibangun oleh Syekh Husain, yang memiliki nama asli Ali Nur Anam atau nama panjangnya Wan Hussen As-Sanawi Al-Fathoni. Beliau merupakan sepupu Sunan Ampel, salah satu Wali Songo yang memiliki peran dalam penyebaran Islam di Nusantara.
Keberadaan masjid ini menunjukkan eratnya hubungan sejarah antara Thailand Selatan dan dunia islam, khususnya dengan komunitas Muslim Melau di wilayah Patani.
Keunikan Arsitektur Masjid
Masjid Telok Manok memiliki ciri khas yang memadukan arsitektur Thailand, Cina, dan Melayu. Ciri khas lainnya yang membuat masjid ini istimewa adalah konstruksinya yang tidak menggunakan paku atau besi sama sekali. Kombinasi teknik tradisional ini menunjukkan keindahan dari kekuatan seni bangunan masa lampau.
Bangunan masjid ini memiliki dua lapisan atap. Bagian depan merupakan struktur asli yang tetap dipertahankan, sementara bagian luar merupakan tambahan yang lebih baru. Di dalam masjid, terdapat mimbar dengan sebuah tangga mengarah ke atap yang pada zaman dahulu digunakan muazin untuk adzan sebelum adanya pengeras suara. Muazin menggunakan tempat ini untuk mengumandangkan adzan agar suaranya dapat menjangkau wilayah yang lebih luas.