“Adat suku Batak tidak akan berubah, hanya saja pasti ada di antara kedua pihak yang merasa sedikit kesulitan dalam mengerjakan adatnya,” tutur Kak Fajar, ketika penulis bertanya tentang adat. “Contohnya seperti martarombo, martahi dan lainnya. Tidak ada perubahan di dalam adat-adat tersebut,” terangnya.
Keadaan toleransi antar umat beragama ini masih terjaga hingga sekarang. Bahkan, keadaannya sangat baik. Bahkan ada pantangan atau larangan yang dibuat untuk saling menghormati, seperti tidak makan di depan orang yang berpuasa, tidak mengganggu orang yang sedang melakukan ibadah, dan bermacam lainnya.
Hanya saja yang menjadi perhatian bersama sekarang adalah dalam penggunaan media sosial saat ini. Banyak yang menggunakan media sosial sebagai alat pemecah belah bangsa, seperti berita-berita palsu yang beredar, perkelahian antar pengguna media sosial dengan ejek-mengejek dan kontroversi lainnya. Bila hal ini terus terjadi persatuan yang sudah diwariskan leluhur kita di antara masyarakat Sumatera Utara bahkan negri kita akan retak. Tentu akan sulit bila hal ini terjadi.
Sebaiknya sebagai penerus bangsa, kita menggunakan media social dengan teliti dan cermat. Gunakanlah media social sebagai alat pemersatu bangsa, kerukunan antar masyarakat Sumatera Utara dan negri tercinta tetap terjaga. Marilah kita menjaga persatuan dan kerukunan bersama. Juga saling menghormati dan menghargai perbedaan yang ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H