Suku Batak terkenal dengan bermacam-macam marga. Bukan orang Batak namanya kalau tidak memiliki marga. Marga atau klan adalah nama yang diberikan turun temurun sebagai tanda silsilah suatu keluarga.Â
Marga memiliki makna yang dalam. Karena, menjelaskan asal keluarga seseorang. Marga menjadi identitas seseorang baik laki-laki ataupun perempuan dalam bergaul, sekaligus menjadi acuan dan cara bertutur memanggil orang.Â
Suku Batak menganut patrilineal artinya marga hanya diturunkan oleh pihak laki-laki. Oleh karenanya, anak laki-laki berperan penting sebagai penerus suatu marga.Â
Sedangkan tarombo atau silsilah adalah cara orang batak menyimpan dan mengetahui daftar silsilah keluarga masing-masing, sedangkan martarombo adalah kata kerja dalam proses kejadian. Tarombo merupakan hal yang penting agar saling mengetahui letak kekerabatan (partuturanna) dalam suatu marga.Â
Misalnya laki laki bermarga Ritonga martarombo dengan perempuan marga Rambe, maka diketahui si perempuan adalah boru tulang dan otomatis kedua marga ini sangat serasi dijadikan pasangan keluarga pada adat batak. Akan tetapi jika si laki-laki tadi martarombo dengan perempuan bermarga Ritonga, maka jatuhnya adalah iboto dan secara adat dilarang menjadi pasangan berkeluarga.Â
Baca juga: Marga dan Nama: Mana Depan Mana Belakang?
Tarombo biasanya diadakan dalam acara keluarga, tujuannya agar penerus keluarga tersebut mengetahui silsilah keluarganya, dan mengetahui siapa nenek moyang yang pertama kali menurunkan marga dikeluarganya. Hal ini sudah menjadi pengetahuan dasar pada keluarga Batak, baik laki-laki maupun perempuan.
Mengenai sejarah marga Batak, masih banyak perbedaan pendapat dikalangan sejarawan.  Mengutip beberapa artikel mengenai sejarah marga Batak, diketahui nenek moyang suku Batak yakni Si Raja Batak  memiliki 2 orang putra bernama Guru Tatea Bulan dan Si Raja Isumbaon.Â
Guru Tatae Bulan memiliki 5 orang putra yakni, Raja Uti (Raja Biakbiak), Saribu Raja, Limbong Mulana, Sagala Raja, dan Malau Raja. Sementara, Si Raja Isumbaon mempunyai 3 anak putra yaitu, Tuan Songimangaraja, Si Raja Asiasi dan Sangkar Somalidang.Â
Dari keturunan (pinompar) mereka inilah yang menyebar ke segala penjuru Tapanuli. Sehingga muncullah bermacam marga-marga Batak. Setiap marga saling berkaitan (walau ada yang berbeda tempat) sehingga tetap ada hubungan kekerabatan (partuturanna) diantara marga satu dengan marga lainnya.Â
Karena setelah dirunut dalam silsilah atau tarombo akan bertemu pada satu keturunan. Contohnya, seperti kekerabatan marga Siregar dengan marga Ritonga, marga Hasibuan dengan marga Hutabarat, dan lainnya.