Jalannya pertempurannya ini pun terbilang cukup sengit pasukan Sultan Mahmud Badaruddin dan Jenderal Mungtinghe saling berbalas tembakan dan meriam.
Kisah pertempuran ini pun bahwa sempat dibadikan dalama sebuah syair yang berjudul "Syair Perang Menteng".
- Takhluknya Kesultanan Palembang
Kisah mengenai pertempuran Sultan Mahmud Badaruddin II ini memang menjadi salah satu pertempuran dasyat yang pernah terjadi kala itu.
Mengutip dari, "Syair Perang Palembang" (1994), kejatuhan dari Kesultanan Palembang ditandai dengan penangkapan Sultan Mahmud Badaruddin II sebagai tawanan ke Betawi.
Sultan Mahmud Badaruddin II bersama keluarganya pun diasingkan di Ternate. Di sinilah Sultan Mahmud Badaruddin II menghabiskan masa-masa akhir hidupnya dan meninggal pada 26 September 1852.
Pasca kehilangan sosok kharismatiknya Kesultanan Palembang pun digantikan oleh putra Sultan Mahmud Badaruddin II yaitu Pangeran Prabukesuma dan menantunya Pangeran II.
Sejak saat itulah, kepemimpinan di Kesultanan Palembang mulai berganti-ganti. Pergantian ini tergantung dari kebijakan pemerintah Belanda.
Meskipun, sejak Sultan Mahmud Badaruddin II diasingkan perlawanan yang dilakukan oleh rakyat menjadi tidak terlalu berpengaruh dan menemui kekalahan. Kesultanan Palembang pun secara perlahan runtuh dan digantikan oleh Residen Kolonial Belanda.
Sumber:
Direktorat Jenderal Kebudayaan Museum Negeri Sumatera Selatan, "Syair Perang Palembang", Sumatera Selatan: Balaputera Dewa, Â 1994.
Rizem Aizid, "Sejarah Islam Nusantara: Dari Analisis Historis hingga Arkeologis tentang Penyebaran Islam di Nusantara", YogyakartaL Divapress, 2016.