Kasman Singodimedjo merupakan salah satu tokoh bersejarah yang wajib kamu ketahui. Ia adalah ketua KNIP atau Komisi Nasional Indonesia Pusat yang pertama.
KNIP sendiri dibentuk sejak 29 Agustus 1945 yang memiliki tugas untuk membantu presiden dalam menjalankan tugas-tugasnya.
Keanggota KNIP sendiri berasal dari orang-orang berpengaruh di kalangan masyarakat di berbagai daerah. Selain itu juga mereka yang tergabung dalam PPKI juga dimasukkan ke dalam keanggota KNIP.
Sistem legislatif inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya Dewa Perwakilan Rakyat atau DPR. Sehinggal tanggal pembentukannya pada 29 Agustus seringkali dijadikan sebaga hari ulang tahun DPR RI.
Melalui berbagai sumber yang telah dikaji tulisan ini akan membahas Kasman Singodimedo, tokoh Muhammadiyah yang menjadi ketua KNIP pertama
- Profil Kasman Singodimedjo
Kasman Singodimedjo lahir dari pasangan suami istri yang bernama H. Singodimedjo dan Kartini. Ia lahir tepat pada tanggal 25 Februari 1904. Semasa hidup, H. Singodimedjo berprofesi sebagai lebai atau modin yang bertugas menjadi pengurus keagamaan, sosial, sampai mengurus orang sakit dan meninggal.
Ia juga pernah menjadi juru tulis (carik) dan pegawai polisi di Tabanan, Bali, dan di Gunung Sugih, Lampung Tengah.
Kasman Singodimedjo mendapatkan pendidikan pertama kali di Purworejo. Kemudian melanjutkan sekolah di Holland Indische School, Jakarta. Pendidikannya di Jakarta ini kemudian membuatnya melanjutkan pendidikan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs atau MULO yang ada di Magelang, Jawa Tengah.
Setelah puas menempuh pendidikan di MULO, Kasman pun melanjutkan pendidikan di STOVIA yang ada di Jakarta. Meskipun tidak menyelesaikan pendidikannya di STOVIA, Namun sejak masuk STOVIA Kasma aktif dalam kegitan organisasi.
Salah satu organisasi yang dia dirikan adalah Jong Islamieten Bond (JIB) tahun 1925 yang berasaskan pada Islam.
Sebelum menamatkan pendidikannya di STOVIA, Kasman kemudian melanjutkan pendidikan di Rechtshoogeschool te Batavia (Sekolah Tinggi Hukum).
Mengutip sebuah buku yang berjudul, "Percikan Pemikiran Tokoh Muhammadiyah untuk Indonesia Berkemajuan" (2018), pengalamannya selama bertahun-tahun mendapatkan pendidikan barat dan militer inilah yang membentuk karaternya menjadi pribadi yang tegas dan disiplin.
- Aktif dalam Organisasi Muhammadiyah
Mengutip buku karya Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah yang berjudul, “100 Tokoh Muhammadiyah yang Menginspirasi”(2014), Kasman Singodimedjo sudah aktif di Muhammadiyah sejak muda dan mengenal secara dekat tokoh-tokoh seperti K.H. Ahmad Dahlan dan Ki Bagus Hadikusumo.
Meskipun sudah mengenal Muhammadiyah sejak lama, Kasman baru resmi menjadi anggota Muhammadiyah pada tahun 1949. Ia tidak pernah absen dalam setiap kegiatan Muhammadiyah sejak menjadi anggota resmi. Selama di Muhammadiyah Kasman pernah menjabat sebagai ketua Muhammadiyah Cabang Jakarta, dan pernah juga menjadi koordinator wilayah khusus daerah Jakarta, Bogor, dan Banten.
Bahkan untuk tingkat Pimpinan Pusat Kasma pernah menjadi salah satu ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang ada di Jakarta selama 3 periode.
Selama masa-masa sebelum pengesahan Pembukaan UUD 1945, Kasman Singodimedjo adalah orang yang berperan aktif dalam melobi golongan Islam untuk mau menerima perubahan 7 kata dalam sila pertama Piagam Jakarta. Waktu itu Ki Bagus Hadikusumo menjadi satu-satunya representasi kelompok Islam yang masih tidak goyah dalam mempertahankan 7 kata tersebut.
Kasman lah yang kemudian membujuk Ki Bagus Hadikusumo untuk mau menerima perubahan tersebut. Ia menyatakan bahwa perubahan tersebut semata-mata bukan untuk menyudutkan umat Islam, melainkan sebagai kepentingan bangsa dan negara.
Akhirnya berkat lobi yang dilakukan oleh Kasman, Ki Bagus Hadikusumo mau menerima keputusan tersebut. Meskipun menurut beberapa pihak, faktor kedekatan organisasi di Muhammadiyah menjadi salah satu faktor yang penting pula.
- Menjadi Ketua KNIP Pertama
Kasman Singodimedjo pernah juga menjadi anggota PPKI. Selepas menunaikan amanahnya ini dia ditunjuk sebagai ketua KNIP.
Kasman Singodimedjo diangkat tepat 29 Agustus 1945 sebagai Ketua Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang merupakan cikal bakal lembaga parlemen di Indonesia.
Menurut Floriberta Aning dalam, “100 Tokoh Yang Mengubah Indonesia: Biografi Singkat Seratus Tokoh Paling Berpengaruh Dalam Sejarah Indonesia Abad 20”, (2005), meskipun hanya menjabat selama 2 bulan ia dapat membentuk KNIP untuk tingkat provinsi dan kabupaten.
Hal ini menjadi bukti bahwa ia telah meletakkan dasar terbentuknya parlemen di tingkat provinsi atau daerah. Kelak lembaga parlemen di tingkat daerah ini kita kenal dengan sebutan DPRD atau Dewan perwakilan Rakyat Daerah.
Meskipun menjabat sebagai Ketua KNIP hanya selama 2 bulan, tidak bisa dipungkiri bahwa sumbangsih Kasman sangatlah besar.
Selepas dari jabatannya itu dia ditunjuk sebagai Jaksa Agung, jabatannya sebagai Jaksa Agung ini pun terbilang singkat karena setelah itu ia ditunjuk menjadi Kepala Urusan Kehakiman dan Mahkamah Tinggi.
Setelah amanahnya sebagai Kepala Urusan Kehakiman dan Mahkamah Tinggu selesai, Kasman diangkat kembali menjadi Kepala Kehakiman dan Pengadilan Militer pada Kementerian Pertahanan.
Menurut Jenderal TNI A.H. Nasution keterampilan dalam memimpin tugas-tugas negara selama masa-masa kritis ini bukanlah perkara yang mudah. Mengingat pada waktu itu Indonesia masing sering mengalami konflik dengan negara lain dan di dalam negeri.
Kecakapan Kasma Singodimedjo dalam memimpin jabatan-jabatan politiknya bukanlah hal yang didapatkannya secara instan.
Bahkan setelah tidak masuk lagi dalam pemerintah Kasman masih terus aktif di dalam organisasi Muhammadiyah. Kontribusi aktif Kasman pada negara dan Muhammadiyah inilah yang membuat namanya dikenang sebagai salah satu tokoh Islam yang berperan penting pada masa-masa awal kemerdekaan.
Daftar Pustaka:
Floriberta Aning, “100 Tokoh Yang Mengubah Indonesia: Biografi Singkat Seratus Tokoh Paling Berpengaruh Dalam Sejarah Indonesia Abad 20”, Yogyakarta: Penerbit Narasi, 2005.
Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah, “100 Tokoh Muhammadiyah yang Menginspirasi”, Yogyakarta: MPI PP Muhammadiyah, 2014.
Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah, “Percikan Pemikiran Tokoh Muhammadiyah untuk Indonesia Berkemajuan", Yogyakarta: MPI PP Muhammadiyah, 2018.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H