Mohon tunggu...
Kharis Fahmi Azhar
Kharis Fahmi Azhar Mohon Tunggu... -

Most of my friends called me Haris .I'm a simple person with a simple life and mind.As of recent events in my life I have some new things to say.life is a short journey.I try everyday to smile and be grateful for what I have and who I am.\r\n\r\nGeneral Characteristics :\r\nEnthusiastic; Trusting; Optimistic; Persuasive; Talkative; Impulsive; Emotional - Good listener; Team player; Possessive; Steady; Predictable; Understanding; Friendly\r\n\r\nPossible Weaknesses :\r\nResists change; Sensitive to criticism; Difficulty establishing priorities, More concerned with popularity than tangible results; Inattentive to detail.\r\n\r\nValue To Team :\r\nCreative problem solver; Great encourager; Motivates others to achieve; Positive sense of humor; Negotiates conflicts; Peace maker - Reliable and dependable; Loyal team worker; Compliant towards authority; Good listener; Patient and empathetic; Good and reconciling conflicts\r\n\r\nNobody is perfect.. but i trying to understand the weaknesses and try to change.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kuatnya Kata-kata dalam "Kepemimpinan"

27 Februari 2010   03:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:43 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kepemimpinan membawa arti filosofis suatu energi untuk menggerakkan orang lain ke arah suatu tujuan. Di sisi lain, pemimpin juga merupakan tempat angootanya bercermin. Ketika “perkataan” adalah implementasi strategis untuk menggerakkan orang dan juga membangun pondasi-pondasi sebuah bangunan cermin. Maka kasus rapor merah kepemimpinan organisasi kita, bisa kita tarik keatas serat-seratnya sebagai memerahnya nilai dari perkataan para pemimpin.

Kekuatan kata-kata telah membingkai peradaban, membalut perjuangan, dan menggoreskan sandi munculnya para pemimpin besar. Mengantarkan seorang mantan budak barbar bernama Tariq bin Ziyad menjadi pemimpin besar Islam penakluk Eropa. Dengan ucapannya yang cukup terkenal ketika memerintahkan pasukannya membakar kapal-kapal mereka sendiri, “Kita datang ke sini tidak untuk kembali. Kita hanya punya pilihan, menaklukkan negeri ini dan menetap di sini, atau kita semua syahid”.

Kekuatan kata-kata para pemimpin, juga telah menjadi sumbu keberhasilan puluhan proyek mercusuar dan “mission impossible” di Jepang. Adalah kisah sukses pemimpin-pemimpin tak dikenal (mumei no hitotachi), dalam pengembangan teknologi, pembangunan fisik, perbaikan metode pendidikan, dsb. Memberi insiprasi kepada seorang produser TV NHK Jepang (Akira Imai) untuk menyusun acara TV berjudul Project X, dan juga menulis sebuah buku berjudul “Project X - Rida Tachi no Kotoba (Perkataan Para Pemimpin)”.

Terlepas dari kesalahan politik masa lalu, harus kita akui juga bahwa militer Indonesia (baca TNI) adalah salah satu contoh lembaga yang cukup cerdik mewarnai sistem kaderisasi internal dengan menggunakan metode “positive therapy” yang dipondasi oleh kekuatan kata-kata. Maka jargon, mars, slogan, dan doktrin kata-kata bijak para pendahulu adalah “makanan” sehari-hari para taruna muda dan menjadi motivator penting penyemangat pergerakan mereka. Menengok ke dalam sistem pendidikan Islam yang ada, belumlah kita sampai pada suatu tahapan sistem kaderisasi dimana hadits nabi, kata bijak para sahabat dan ulama setelahnya, berkedudukan penting sebagai jargon, cermin ataupun elemen motivator perjuangan kita.

Namun bagaimanapun juga kekuatan kata-kata adalah bagaikan pedang bermata dua. Perkataan para pemimpin, di satu sisi bisa membawa manfaat, tetapi juga bisa membawa kerusakkan yang dahsyat bagi organisasinya. Keterpurukan organisasi kita yang sudah berjalan secara turun temurun, salah satunya juga diakibatkan oleh efek negatif kekuatan kata-kata para pemimpin kita.

Lalu, bagaimana sebenarnya kita harus berkata-kata? Konsepsi dan metode berkata-kata, telah diajarkan secara gamblang oleh Allah kepada kita.

Konsepsi qaulan ma’rufa (perkataan yang baik). Perkataan baik yang mendidik, dan dapat bersifat sebagai cermin dalam tindakan masyarakat.

Konsepsi qaulan sadida (perkataan yang tegas dan benar) membawa implikasi bahwa perkataan seorang pemimpin haruslah tegas, benar, straight to the point, dan terbebas dari “pemerkosaan bahasa”. Pemimpin bukanlah seorang orator yang bisanya hanya menipu anggota maupun rakyat dengan kata-kata yang abstrak, “ngeles”, ataupun kata-kata ambigu yang membius. Tegas bukan berarti keras atau kasar, tetapi tegas membawa makna konsistensi dan keteguhan prinsip.

Konsepsi qaulan layyina (perkataan yang lemah lembut). Dilatar belakangi oleh kisah nabi Musa dan Harun yang diperintahkan oleh Allah untuk menghadapi Fir’aun dengan perkataan yang lemah lembut. Allah memberi nasehat kepada kita untuk tetap lembut, meskipun yang dihadapi adalah seorang jahil dan perusak.Tentu ini tidak bisa dihantamkan dengan konsepsi qaulan sadida. Justru ketegasan merupakan pengokoh kelembutan.

Konsepsi qaulan maisura (perkataan yang pantas). Janganlah menggunakan kata-kata yang tidak pantas dan "MENYINGGUNG PERASAAN", meskipun itu kepada bawahan kita, kepada penerima infaq harta-harta kita, dan juga terutama kepada orang-orang yang lebih tua daripada kita.

Konsepsi qaulan baligha (perkataan yang membekas pada jiwa), adalah ucapan berbobot yang menyentuh jiwa dan ruh para pendengarnya. Dengan menggunakan “bahasa” sesuai dengan kemampuan massa yang dihadapi, fasih dan jelas maknanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun