Berbicara tentang makan siang gratis, program ini muncul ketika negara sedang dilanda inflasi . Program makan siang gratis untuk anak sekolah menjadi salah satu pemecahan masalah gizi masarakat dan keluarga miskin. Lalu, benarkah program makan siang gratis sebagai opsi solusi tepat untuk dirilis saat ekonomi negara sedang buruk? Artikel ini memaparkan kontra dari program makan siang gratis serta beberapa dampak yang ditimbulkan dari inflasi (Lead).
Â
Mengingat akan inflasi saat ini, saya pikir wacana tentang penerapan program gratis sangat penting. Tentu saja, itu sangat berguna karena memberi anak-anak dan keluarga yang kurang mampu kesempatan untuk menerima gizi yang cukup. Tetapi justru karena pandemi dan kondisi ekonomi saat ini, seharusnya pemerintah tidak terburu-buru menerapkan program semacam itu tanpa mempertimbangkannya lebih lanjut :
1. Beban Anggaran yang besar
Argumen lain yang membuat saya mendukung pendapat tersebut adalah kenyataan bahwa implementasi pemrograman pendanaan berbasis anggaran akan memerlukan banyak uang. Dan anggaran dari kas negara, yang situs kemungkinan akan mengalihkan sebagian dari anggarannya ke sektor lain, yang sama pentingnya dengan pendidikan, kesehatan, dll. Dan karena semuanya menggunakan anggaran berbasis inflasi saat ini, dana besar untuk program kembali berubah menjadi bumerang karena memperparah defisit fiskal.
2. Keberlanjutan dan Efektivitas
Selanjutnya, terkait dengan kelanjutan dan efektivitas program, bagaimanakah mekanisme pelaksanaan yang dilakukan? Apakah program ini akan mencakup semua siswa di Indonesia tanpa pandang kekayaan keluarganya? Lalu, ketika dalam pelaksanaannya, apakah pejabat yang mengawasi program tersebut dapat menjalankannya dengan baik dan tidak korup? Semua pertanyaan tersebut memerlukan jawaban yang lebih jelas agar program tersebut tidak menjadi proyek tidak jelas dan mubazir.
3. Dampak Jangka Panjang
Memberikan makan siang gratis memang dapat membantu anak-anak dalam jangka pendek. Namun, program ini tidak menyelesaikan akar permasalahan kemiskinan dan gizi buruk. Tanpa edukasi gizi dan pola makan yang sehat, program ini hanya menjdai temporer dan tidak berkelanjutan.
4. Potensi Ketergantungan
Menurut saya, program ini dapat menciptakan mentalitas ketergantungan pada bantuan pemerintah. Masyarakat, khusunya orang tua, mungkin akan bisa dengan program ini dan lalai dalam memenuhi kebutuhan gizi anak-anak mereka secara mandiri. Hal ini tentu kontraproduktif dengan tujuan jangka Panjang untuk membangun klemandirian dan ketahanan ekonomi masyarakat.