Mohon tunggu...
Muhammad Azhar
Muhammad Azhar Mohon Tunggu... Freelancer - Analis Sepak Bola Dadakan

Orang yang senang menulis tentang hal apa saja yang dianggap menarik di dunia sepak bola. Suka bercerita dengan gaya sastra, tapi tetap didukung dengan riset dan pengambilan sumber yang terpercaya

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Transfer Analisis: Wahai Liverpool, Menjual Salah Sepertinya adalah Keputusan Benar

3 Agustus 2023   08:25 Diperbarui: 4 Agustus 2023   02:42 2130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Wikimedia Commons/Mehdi Bolourian

2022/23, Liverpool menjalani musim bagai rollercoaster. Peforma mereka sangat inkonsisten. Tentunya hal ini tidak ingin diulangi oleh Liverpool musim depan. Karena itulah mereka segera berbenah, mendatangkan pemain-pemain baru. Namun, agaknya pergerakan transfer mereka sejauh ini belum memberikan dampak yang memuaskan. Liverpool perlu pergerakan yang lebih radikal.

Liverpool telah mendatangkan Alexis MacAllister dan Dominic Szoboszlai, serta dikabarkan masih mengejar tanda tangan Romeo Lavia. Penambahan gelandang itu dipuji oleh banyak pengamat. Banyak yang menganggap Liverpool meng-upgrade sektor yang tepat. Sayangnya hasil upgrade itu belum menutupi masalah Liverpool sepenuhnya. Belum lagi musim berjalan, Liverpool sudah dipermalukan Bayern Munchen di Singapura Rabu kemarin.

Jadi, sepertinya masalah Liverpool belum beres bukan? Memahami masalah Liverpool haruslah menengok jauh ke belakang. Sebab masalah mereka ini berjalin rumit semenjak Si Merah diambil alih sang maestro Jerman, Jurgen Klopp. Dengan memahami akar masalahnya, maka solusi yang diberikan juga akan tepat sasaran.

Jurgen Klopp tak pelak, membangun Liverpool jadi sebuah tim super. Selama periode 2018-2022, Liverpool adalah kekuatan besar di Eropa. Tentu untuk membangun tim sekuat ini, Klopp, yang percaya pada proses, perlu waktu yang panjang.

Titik tonggak pembangunan Liverpool-nya Klopp adalah kedatangan Mo Salah dari AS Roma. Salah menyelesaikan permasalahan Liverpool di depan, dia menghadirkan jaminan gol.

Kedatangan Salah kemudian diikuti penjualan Coutinho dan diikuti lagi pembelian Van Dijk. Kedatangan Van Dijk adalah keputusan transfer yang sangat jitu dan logis. Lini belakang Liverpool (khususnya bek), harus diperkuat.

Musim panas 2018, Liverpool kembali memperkuat diri. Liverpool perlu kiper, Karius tak bisa diandalkan. Didatangkanlah Alisson. Lalu sektor tengah Liverpool juga harus diperkuat. Harus ada sosok pemain dominan yang menemani Jordan Henderson. Maka didatangkanlah Fabinho dan Naby Keita.

Ketika menjuarai Liga Champions 2018/19, serta Liga Inggris 2019/2020, skuad inti Liverpool nyaris tak ada cela. Alisson kiper yang bagus, bisa shoot-stopper sekaligus menguasai bola dengan cukup baik. Van Dijk adalah bek yang tidak bisa dilewati lawan. Dua bek sayap Liverpool adalah yang terbaik di dunia. Lini tengah mereka yang dikawal Fabinho-Hendo-Ginio sangat solid. Lini depan, jangan ditanya. Ketika menjuarai EFL dan FA Cup di tahun 2022, strukturnya masih sama, kecuali Ginio yang digantikan Thiago.

Telah banyak yang bilang, bahwa perbedaan utama antara Liverpool dengan Manchester City itu adalah kedalaman skuad. Kalau Liverpool bisa memainkan full skuad-nya, maka mereka tim yang sangat mengerikan. Namun kalau salah satu pemainnya absen, mereka akan terpincang-pincang. Itu semua benar.

Musim 2022/23, kekurangan Liverpool ini benar-benar dihukum oleh lawan-lawannya. Ketika skuad mereka full dan padu, mereka bisa mengalahkan MU dengan skor besar. Tapi saat mereka merosot, mereka bahkan ditahan imbang oleh Soton dengan skor 4-4.

Sejumlah media internasional termasuk The Analyst dan The Athletic sama-sama menuding lini tengah Liverpool sebagai biang kerok buruknya peforma mereka musim lalu. Itu tidak salah.

Di situs penggemar, This is Anfield, rating gelandang-gelandang Liverpool berada di luar 15 besar. Namun menyalahkan gelandang Liverpool atas peforma buruk tim, sepertinya bukan ide bagus. Pertandingan lawan Munchen kemarin adalah buktinya.

Liverpool hampir bermasalah di semua lini. Lini belakangnya kocar-kacir, tidak kompak pressing, lini depannya juga masih kurang menggigit meski berhasil mencetak 3 gol. Liverpool dan Klopp memang harus mengakui, kapal yang mengangkut tim ini sudah tua secara keseluruhan. Sehingga harus diganti seluruhnya pula. Bukan cuma gelandangnya.

Liverpool telah menjual Fabinho dan Henderson, mereka meraup setidaknya 50 juta Euro dari penjualan dua gelandang senior tersebut. Kini biaya yang dikeluarkan untuk membeli MacAllister dan Szoboszlai sudah kembali separuhnya.

Memang, kalau urusan bisnis, pemilik Liverpool ini jago. John W. Henry dan FSG sangat peka terhadap rincian bisnis dan bukan tipikal pemilik yang jor-joran, tapi justru disitulah masalahnya.

Pembenahan di semua lini, memerlukan dana yang besar. Sementara FSG sudah punya hitung-hitungannya sendiri. Liverpool seharusnya mendatangkan bek, atau setidaknya pemain bertahan baru, bukan mendatangkan gelandang serang baru. Mereka seharusnya bergabung dengan MU dalam perburuan Amrabat, atau dengan Chelsea dalam mendatangkan Caicedo, atau barangkali mereka bisa menanyakan ke Real Madrid, tentang ketersediaan Valverde di pasar transfer.

Pertanyaan kritisnya adalah, "duitnya darimana?" Pemilik Liverpool sudah menentukan sikap sejak mundur dari perburuan Bellingham. Mereka ogah mendatangkan pemain dengan harga mahal. Atau ogah mengeluarkan uang untuk membeli pemain mahal. Kalau sudah begini, Klopp ada baiknya mengeluarkan jurus lama. Liverpool bisa menjual pemain bintang yang ada, dengan harga mahal. Seperti mereka menjual Coutinho dulu. Namun, siapa yang mau dijual?

Pemain dengan prospek paling tinggi di Liverpool saat ini barangkali adalah Luiz Diaz dan Trent Alexander Arnold. Sayangnya, tidak pernah ada rumor yang mengaitkan mereka berdua dengan kepindahan ke klub tertentu. Jika begini, ada satu pemain lagi yang bisa ditumbalkan Liverpool. Pemain yang bisa dijual mahal untuk membiayai pembangunan baru skuad Liverpool. Dia adalah Mo Salah.

Loh, loh? Memangnya Salah masih dihargai mahal? Tentu. Musim lalu, kendati Liverpool sedang jeblok, dia adalah pemain terbaik di Anfield. Sayangnya, dia sudah berusia di atas 30 tahun. Agak susah menjualnya ke klub lain. Namun tenang saja, masih ada klub-klub gila yang mau membayar bintang Eropa dengan harga selangit. Yap, klub-klub dari Arab Saudi.

Tidak ada salahnya Liverpool menawarkan Salah ke salah satu klub yang dimiliki PIF itu. Jika negonya bagus, Salah bisa laku dengan harga di atas 100 juta Euro, mengingat musim lalu dia masih bersaing jadi topskor di EPL.

Kepindahan Salah juga bisa berdampak baik bagi kedua pihak. Liverpool bisa memperbaharui skuadnya, dan Salah bisa menikmati sisa karier di liga yang lebih rendah intensitasnya. Dia bahkan bisa bertemu rekannya, Sadio Mane di sana.

Nah, uang penjualan Salah itu bisa dipakai untuk membeli bek, gelandang bertahan serta seorang winger yang akan menggantikan posisi Salah. Uang 100 juta Euro rasa-rasanya cukup untuk itu. Asal Liverpool pandai mengalokasikannya.

Keputusan ini lebih masuk akal, daripada berkeras mengejar Romeo Lavia dan berharap sisa bagian kapal berkarat akan bersinar kembali di Anfield musim depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun