Mohon tunggu...
Azhar Nasih
Azhar Nasih Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

Pengamat pendidikan dan praktisi bisnis (newbie)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bom Waktu Si Kotak Ajaib

2 Mei 2016   11:32 Diperbarui: 1 Januari 2021   18:09 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bom Waktu Si Kotak Ajaib

Bangsa ini semakin berpenyakit dengan banyaknya virus-virus bobrok yang ditebarkan oleh si Kotak Ajaib. Saya menyebutnya sebagai kotak ajaib karena pengaruhnya yang begitu luar biasa. Masyarakat dengan mudahnya dapat dihipnotis dengan tayangan murahan dan penuh kedustaan. Ini merupakan pembodohan terselubung yang dilakukan secara jama’ah. Perlahan tapi pasti masyarakat kita seperti menderita penyakit yang mematikan, waktu demi waktu stadium penyakit tersebut kian meningkat. Hingga suatu waktu nanti, meledaklah penyakit tersebut menjadi sebuah kehancuran.

Bertindak Preventif dan Represif

Ironi memang ketika dalam suatu situs surat kabar, sempat saya baca salah satu komentar peneliti dari luar negeri “I’ve been in many households in Indonesia that have a dirt floor, but they also have a television.” Kungkung kebodohan kian kuat memenjarakan bangsa. Tayangan televisi menjadi konsumsi favorit masyarakat bangsa ini, tidak terkecuali mayarakat menengah kebawah.

Si Kotak Ajaib tak akan berhenti memberikan pengaruhnya kepada masyarakat kita, selama komersialisasi dan kapitalisme menjajah ranah tersebut. Tentu hal tersebut secara tidak langsung menjajah negeri kita dalam kungkung kebodohan. Berbagai tindakan harus segera kita lakukan, demi utuhnya bangsa ini, kini hingga masa mendatang. Tindakan tersebut dapat berupa pencegahan maupun tindakan langsung ketika kebodohan terlihat jelas melakukan persuasi dialayar kaca.

Tentu kita bisa mencegah dampak negatif si Kotak Ajaib dengan membatasi keluarga kita dari tayangan yang tak bermutu. Tetapi kita juga perlu bijak, karena tidak semua tayangan televisi mengandung unsur negatif. Masih terdapat unsur positif yang bisa kita porsikan untuk konsumsi keluarga. Hanya ada dua pilihan bijak, “Matikan televisi atau pilih tayangan bermutu!”. Pencegahan seperti ini tentu butuh ketegasan agar nantinya menjadi aturan dan kebiasaan yang membawa kearah positif.

Selain itu kita memiliki KPI (Komisi Penyiaran Indonesia). Tapi fungsi yang dijalankan dirasa sangat kurang. Karena masih banyak tayangan ditelevisi yang dapat lolos penyiaran padahal mengandung unsur negatif dan minim etika. KPI harus tegas bersikap tanpa pandang bulu demi utuhnya negeri ini. Selain itu, fungsi yang telah dicanangkan harus dijalankan dan kita dukung sepenuh hati, seperti dalam slogannya “Jadikan penyiaran Indonesia yang sehat, bermanfaat dan bermartabat”. Bila penyiaran televisi tidak mendapat perhatian serius, saya yakin hal ini akan menjadi bom waktu bagi bangsa kita. Lama-kelamaan jika dibiarkan akan membawa ledakan kehancuran. Kita harus meredam ledakannya, bahkan mematikan bom waktu yang kian berjalan mundur!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun