Dampak dari Pandemi Covid-19
Di tengah pandemi Covid-19, sering kita jumpai banyak sekali relawan dari berbagai organisasi membagi-bagikan donasi yang mereka kumpulkan untuk masyarakat yang membutuhkan. Banyak masyarakat yang terkena imbas dari PSBB yang ditetapkan pemerintah pada tanggal 31 Maret 2020 lalu. Para kerja yang kehilangan mata pencaharian terpaksa melakukan apapun demi mencukupi kebutuhan anak istri di rumah.
Dampak ril yang sangat berefek besar ialah kehilangan mata pencaharian. Masyarakat menengah kebawah yang standarnya berpenghasilan UMR harus dipaksa memutar otak agar penghasilannya tidak berkurang, atau bahkan hilang akibat Covid-19.
Sebagai makhluk sosial yang memilki jiwa empati, sudah seharusnya bagi kita yang alhamdulillah masih berkecukupan dengan harta untuk menyisihkan sebagian harta yang kita miliki untuk disedekahkan kepada mereka yang membutuhkan. Memang kedengarannya simpel dan biasa saja, tapi dibalik proses tersebut terdapat manfaat yang luar biasa. Sedekah adalah pemberian sukarela yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, terutama kepada orang-orang miskin, tanpa adanya aturan baik jenis, jumlah maupun waktunya. Dengan bersedekah, harta kita tidak akan berkurang, dan justru akan bertambah.Â
Banyak contoh yang bisa kita ambil pelajaran darinya, kita bisa melihat Mark Zuckerberg yang mendonasikan jutaan dollar pertahunnya, apakah hartanya berkurang? Tentu tidak. Hingga saat ini total kekayaan Mark Zuckerberg terus bertambah hingga mencapai  67 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 958,4 triliun.
Pembahasan Psikologis mengenai Sedekah.
Kita pasti pernah merasakan perasaan puas dan senang setelah memberi sesuatu kepada orang lain. Perasaan puas ini memang merupakan respon diri kita terhadap aktivitas bersedekah. Apabila kita explore lebih dalam, ternyata perasaan ini terjadi di otak bagian tengah.
Setiap kali kita memberikan sesuatu kepada orang lain, tubuh kita akan melepaskan hormon endorfin yang akan bereaksi dengan senyawa opiate dari otak bagian tengah. hasil reaksi ini akan menimbulkan euphoria (nyaman dan gembira). Selain itu, produksi neurotransmitter serotonin meningkat. Hal ini membuat kita merasa bahagia dan penuh dengan perasaan positif. Serangkaian proses ini disebut dengan 'warm glow', yang biasanya terjadi tidak begitu lama setelah memberi sesuatu.
Menurut penelitian Psikologis yang dilakukan oleh Dunn, Aknin, dan Norton, mereka menemukan bahwa orang-orang yang mendermakan sebagian uang mereka dalam kegiatan amal, jauh lebih bahagia dibandingkan dengan mereka yang hanya menghabiskan uangnya untuk mencukupi kebutuhan pribadi.
Sebuah studi tahun 2008 oleh profesor dari Harvard Business School, Michael Norton dan rekan-rekan menemukan bahwa memberikan uang kepada orang lain meningkatkan kebahagiaan lebih banyak daripada membelanjakannya untuk diri mereka sendiri. Sonja Lyubomirsky, Profesor Psikologi di University of California, Riverside, melihat hasil yang sama ketika dia meminta orang untuk melakukan lima perilaku baik setiap minggu selama 6 minggu.Â
"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS. al-Baqarah: 261).
Wallahu a'lam.
catatan
Endorfin : Â Hormon Penghilang Stres dan Pereda Rasa Sakit Alami
Serotonin : Hormon ini juga berfungsi untuk membantu mengatur tidur, nafsu makan, dan mood
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H